Kisah Inspiratif Lansia Kulon Progo: Menyisihkan Hasil Jual Kelapa demi Ibadah Kurban

KULON PROGO, DesaPenari.id – Di sebuah dusun sunyi di Padukuhan Timpang, Kalurahan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, hidup sepasang lansia sederhana bernama Tris Senu (75) dan Parjiyem (71). Meski usia mereka sudah senja, semangat hidup dan keinginan untuk berbagi tak pernah luntur. Keduanya mengandalkan hasil pekarangan rumah sebagai sumber penghidupan sehari-hari.

Mbah Tris, begitu warga biasa memanggilnya, menjalani hari-harinya dengan penuh kesederhanaan. Pendengarannya yang sudah sangat berkurang membuatnya nyaris tak bisa menangkap suara orang lain, bahkan saat mereka berbicara keras. Namun, hal itu tak menyurutkan rutinitasnya: mengambil air wudhu, salat berjamaah, berjalan pelan di sekitar rumah, lalu beristirahat. Sementara itu, Parjiyem dengan semangatnya yang tak pernah pudar menemani suaminya dengan setia.

Bertahan dari Hasil Pekarangan

Penghasilan utama mereka berasal dari pohon kelapa yang tumbuh di pekarangan. Setiap dua bulan, mereka bisa mendapatkan Rp 200.000–Rp 300.000 jika ada pedagang yang mau membeli. Namun, di musim kemarau, pendapatan itu bisa turun drastis hingga Rp 150.000. Selain kelapa, mereka juga menjual kayu seperti sengon dan jati. Satu pohon biasanya terjual dalam waktu dua hingga tiga tahun dengan harga Rp 500.000–Rp 1.000.000.

Uang hasil penjualan itu mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli bumbu dapur, tahu, tempe, atau lauk kesukaan. Untuk sayuran, mereka mengandalkan kebun sendiri. Hidup mereka memang sangat sederhana, tapi justru di tengah keterbatasan itulah tekad mereka untuk berkurban semakin kuat.

Semangat Berkurban Tak Terkikis Usia

Meski penghasilannya pas-pasan, Mbah Tris tetap menyisihkan uang sedikit demi sedikit. Ia bahkan sudah menyetor iuran sebesar Rp 3,6 juta untuk ikut berkurban sapi bersama warga. “Iya, melu (ikut) kurban,” ujarnya singkat. Penyembelihan hewan kurban biasanya dilakukan di Masjid Al Huda Gebangan, tempat Mbah Tris rutin berjamaah.

Jika tabungannya belum cukup, anak-anaknya turut membantu. Hingga kini, mereka sudah empat kali ikut berkurban. “Sudah empat kali ikut kurban. Lembu,” kata Parjiyem dengan wajah berseri. Bagi mereka, berkurban bukan sekadar kewajiban, melainkan panggilan hati untuk berbagi.

Kurban sebagai Investasi Akhirat

Parjiyem meyakini bahwa ikut berkurban tidak akan membuat hidup mereka kekurangan. Justru, ia melihatnya sebagai tabungan untuk kehidupan setelah dunia. “Sebagai tabungan di akhirat nanti. Kalau ada rezeki (untuk) berkurban,” tuturnya dengan penuh keyakinan.

Dulu, Mbah Tris bekerja sebagai tukang batu. Ia memanfaatkan batu dari pekarangannya sendiri untuk dijual. Berkat kerja kerasnya, keempat anaknya kini sudah mandiri. Bahkan, dari sembilan cucunya, satu sudah menikah. Kini, di usia senjanya, Mbah Tris lebih fokus mengisi hari-hari dengan ibadah dan kebaikan.

Semangat berkurban mereka tumbuh dari pengajian-pengajian yang sering dihadiri. Bagi Mbah Tris dan Parjiyem, sisa umur adalah kesempatan untuk terus berbuat baik. Kisah mereka membuktikan bahwa niat tulus dan semangat berbagi tak pernah terhalang oleh usia maupun keterbatasan materi.

Di balik kesederhanaan hidupnya, Mbah Tris dan Parjiyem memberikan pelajaran berharga tentang ketulusan dan keikhlasan. Mereka tidak menunggu kaya untuk berbagi, tapi justru berbagi dengan apa yang mereka miliki. Kisah inspiratif ini menjadi bukti bahwa berkurban bukan soal besar kecilnya hewan, melainkan seberapa besar hati kita untuk memberi.

Di tengah gemerlap dunia yang seringkali membuat orang lupa, pasangan lansia ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada rasa syukur dan kesediaan untuk berbagi. Semoga semangat mereka menginspirasi banyak orang untuk terus berbuat kebaikan, sekecil apa pun itu.

More From Author

Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis, Pramono: Jakarta mulai Uji Coba

Rano Karno Masih Tunggu Arahan, Shalat Idul Adha Bisa di Balai Kota atau Istiqlal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *