Ormas Gentayangan, Menperin Apresiasi Pabrik Baru Daimler

CIKARANG, Depapenari.id – Aksi organisasi masyarakat (ormas) yang diduga mengganggu pembangunan pabrik raksasa otomotif China, BYD, di Subang, Jawa Barat, terus mencuri perhatian publik. Bahkan, kasus ini sampai menjadi sorotan media China, lho! Tak heran, kejadian ini bikin sejumlah pengusaha—baik lokal maupun asing—jadi was-was.

Nah, di tengah situasi ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita justru memberi apresiasi tinggi pada pembukaan pabrik baru Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia (DCVMI). Menurutnya, meski isu ormas sedang ramai, pabrik truk dan bus di Cikarang, Jawa Barat ini tetap beroperasi lancar hingga tahap peresmian.

Pendekatan Daimler Jadi Contoh Positif

Agus bilang, Daimler menunjukkan cara yang tepat dalam membangun hubungan dengan masyarakat sekitar. “Ini contoh bagus dari Daimler. Tadi kami cek, mereka benar-benar perhatikan komunitas lokal. Mereka lakukan pendekatan, kasih program CSR, bahkan sebelum bangun pabrik pun, warga sekitar sudah menerima mereka,” ujarnya saat peluncuran pabrik Daimler di Cikarang, Selasa (10/6/2025).

Ia menekankan, strategi Daimler dalam menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap pabrik ini patut diacungi jempol. Selain itu, kehadiran pabrik ini membuktikan bahwa Indonesia masih jadi incaran perusahaan multinasional.

“Ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan multinasional yang masih lihat Indonesia sebagai tempat potensial untuk produksi dan manufaktur,” tegas Agus.

Dampak Aksi Ormas pada Iklim Investasi

Di sisi lain, kasus BYD di Subang bikin banyak pihak khawatir. Bayangkan, aksi ormas sampai diliput media China! Hal ini tentu bikin investor berpikir dua kali sebelum menanamkan modal di Indonesia. Padahal, kita butuh banget investasi buat dorong pertumbuhan industri.

Tapi, keberhasilan Daimler membangun pabrik tanpa hambatan besar membawa angin segar. Mereka membuktikan bahwa pendekatan baik ke masyarakat bisa jadi kunci sukses. Bandingkan dengan kasus BYD, di mana komunikasi dengan warga mungkin kurang maksimal.

baca juga: BYD Rencanakan Peluncurkan Kendaraan PHEV di Indonesia, Yakin Dapat Meraih Pangsa Pasar EV yang Lebih Besar

CSR dan Komunikasi Jadi Kunci

Agus mencontohkan, Daimler tidak cuma datang, bangun pabrik, lalu beroperasi. Mereka pelan-pelan membangun kepercayaan warga lewat program CSR dan dialog intensif. Hasilnya? Proyek mereka berjalan mulus tanpa protes berarti.

“Kalau perusahaan mau investasi besar, harus perhatikan aspek sosial. Jangan sampai karena kurang komunikasi, malah timbul konflik,” pesan Agus.

Meski ada isu ormas, Menperin optimis Indonesia tetap jadi favorit investor. Apalagi, banyak sektor industri—seperti otomotif—yang masih berkembang pesat. Keberadaan pabrik Daimler jadi bukti nyata bahwa iklim usaha di Indonesia tetap menarik.

“Asal semua pihak bisa kerja sama, mulai dari pemerintah, perusahaan, sampai masyarakat, investasi akan terus mengalir,” ucap Agus.

Jadi, kasus BYD dan kesuksesan Daimler mengajarkan satu hal: pendekatan sosial sama pentingnya dengan aspek bisnis. Perusahaan yang mau investasi harus paham, masyarakat sekitar adalah mitra, bukan penghalang.

Nah, buat pemerintah, ini jadi tantangan buat jaga stabilitas iklim investasi. Jangan sampai aksi-aksi yang tidak terkendali bikin investor kabur. Soalnya, kalau sampai banyak perusahaan mengurungkan niat investasi, yang rugi ya kita juga.

Sementara itu, Daimler membuktikan bahwa dengan strategi tepat, proyek besar bisa berjalan sukses. Semoga ini jadi inspirasi buat perusahaan lain!

#Investasi #Industri #Daimler #BYD #Ormas

More From Author

Timnas Indonesia Siap Hadapi Ronde 4, Kluivert Tegaskan Tidak Butuh Staf Pelatih Baru

Transaksi Kendaraan Bekas di Facebook: Waspada Penipuan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *