Desapenari.id – Pecinta alam dan traveler, bersiaplah untuk terkejut! Gunung Ile Lewotolok yang terletak di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), baru saja menunjukkan amukannya yang luar biasa. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan cermat mencatat sebuah rekor fantastis: gunung api tersebut telah meletus sebanyak 915 kali hanya dalam waktu sepekan! Bayangkan, hampir seribu kali getaran dan letusan dalam tujuh hari.

Selanjutnya, mari kita bahas periode pengamatan yang menegangkan ini. Ratusan erupsi mencekam itu berhasil terekam oleh para ahli selama periode pengamatan intensif dari Senin, 8 September 2025, hingga Senin, 15 September 2025. Namun, ternyata letusan bukanlah satu-satunya aktivitas yang terjadi. Pada periode yang sama, peralatan seismik juga menangkap satu kali gempa guguran, lalu diikuti oleh 1.153 kali gempa hembusan yang menunjukkan pelepasan gas vulkanik. Selain itu, terdapat juga 4 kali tremor harmonik dan 8 kali tremor non-harmonik yang merekam getaran magma di dalam perut bumi.

Tidak berhenti di situ, data yang lebih mendalam justru memperlihatkan aktivitas yang lebih serius. Kemudian, para ilmuwan juga menemukan adanya 21 kali gempa vulkanik dalam, yang menjadi sinyal dari pergerakan magma dari sumbernya. Ditambah lagi, terjadi 10 kali gempa tektonik lokal dan bahkan 2 kali gempa yang berhasil dirasakan warga dengan skala III MMI (Modified Mercalli Intensity), yang pastinya menimbulkan kepanikan. Terakhir, tercatat juga 12 kali gempa tektonik jauh yang mempengaruhi wilayah tersebut.

Menurut penuturan sang Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, gempa erupsi mulai menunjukkan tren peningkatan yang signifikan sejak tanggal 12 September 2025. Bahkan, angka tersebut kemudian melonjak secara tajam dan sangat mencengangkan pada tanggal 15 September. “Jumlah harian gempa erupsi secara resmi melebihi jumlah kejadian gempa embusan,” tegas Wafid dalam keterangan resminya pada Kamis, 17 September 2025.

Lebih lanjut, Wafid dengan jelas menyampaikan bahwa kedua jenis gempa ini masih mendominasi seluruh rekaman seismik yang ada. Kondisi tersebut dengan tegas mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik dangkal atau yang dekat dengan permukaan masih sangat dominan dan aktif hingga saat ini. Selain itu, gempa vulkanik dalam juga mengalami peningkatan yang patut diwaspadai tepat pada tanggal 12 September.

Kemudian, peningkatan yang cukup signifikan justru terjadi pasca-meningkatnya aktivitas gempa tektonik lokal pada tanggal 14 hingga 15 September 2025. “Peningkatan gempa vulkanik dalam ini dapat mengindikasikan adanya perubahan tekanan atau stres pada tubuh Gunung Ile Lewotolok,” jelas Wafid. Perubahan tekanan ini diduga kuat berkaitan erat dengan proses peretakan batuan yang dipicu oleh suplai fluida, terutama dari dalam sistem magmatik yang berada di kedalaman.

Oleh karena itu, Wafid pun menegaskan dengan sangat tegas bahwa berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh dan komprehensif, status Gunung Ile Lewotolok masih ditetapkan pada level III atau Siaga. Sebagai tindakan pencegahan, masyarakat di sekitar dan seluruh wisatawan sangat diimbau agar sama sekali tidak memasuki dan melakukan aktivitas apa pun di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat erupsi. Keselamatan Anda adalah yang paling utama!

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com