Desapenari.id – Halo, Sobat Semua! Bersiaplah untuk menyimak perkembangan terkini dari salah satu gunung paling aktif di dunia, Gunung Merapi. Faktanya, aktivitas gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta baru-baru ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dan patut kita waspadai bersama. Sebagai contoh, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) baru saja merilis laporan mengejutkan. Ternyata, sepanjang periode 19 hingga 25 September 2025, gunung ini telah tercatat meluncurkan guguran lava pijar sebanyak 88 kali! Bahkan, jarak luncur lava-lava tersebut bisa mencapai dua kilometer, lho! Selain itu, kita juga harus memperhatikan bahwa peningkatan aktivitas ini disertai dengan lonjakan frekuensi kegempaan yang sangat mencolok. Pada akhirnya, data-data terbaru ini semakin mengukuhkan keyakinan para ahli bahwa suplai magma di dalam tubuh Merapi masih terus berlangsung tanpa henti. Oleh karena itu, ancaman mematikan seperti awan panas dan lontaran material vulkanik lainnya tetap harus kita waspadai dengan sangat serius.
Lalu, bagaimana detail dari peningkatan aktivitas Merapi ini? Mari kita kupas data kegempaannya! Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dengan cermat mencatat adanya lonjakan drastis pada kegempaan Merapi hanya dalam waktu sepekan terakhir. Sebagai ilustrasi, berikut adalah rincian gempa yang berhasil mereka catat:
- Pertama, gempa vulkanik dangkal terjadi sebanyak 81 kali.
- Kemudian, gempa fase banyak bahkan tercatat dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi, yaitu 644 kali!
- Selanjutnya, gempa guguran juga tidak kalah banyak, mencapai 520 kali.
- Terakhir, mereka juga mencatat 9 kali kejadian gempa tektonik.
Yang pasti, semua angka fantastis ini jelas jauh lebih tinggi jika kita bandingkan dengan data dari pekan sebelumnya. Tidak heran, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menegaskan pada Sabtu (27/9/2025), “(Ini) secara jelas menandakan adanya dinamika suplai magma di tubuh Merapi.”
Selain gempa, ada lagi fakta mencengangkan lainnya, yaitu tentang guguran lava dan perubahan bentuk kubah lava. Sejalan dengan data kegempaan, BNPB juga melaporkan detail dari 88 kali guguran lava yang terjadi. Lebih detailnya, guguran-guguran lava pijar itu mengalir menuju tiga sungai utama di sekitar Merapi:
- Sebanyak 5 kali guguran mengarah ke Kali Bebeng.
- Lalu, 37 kali guguran lainnya meluncur ke arah Kali Krasak.
- Dan yang terbanyak, 46 kali guguran, mengalir ke Kali Sat/Putih.
Di sisi lain, analisis terkini dari foto udara juga berhasil mengungkap perubahan yang terjadi pada kubah lava Merapi. Terbukti, kubah barat daya mengalami perubahan bentuk dengan volume yang kini mencapai 4,1 juta meter kubik! Sementara itu, kubah tengah dilaporkan berada dalam kondisi yang relatif lebih stabil.
Nah, pertanyaan besarnya sekarang adalah, apa saja potensi bahaya yang mengintai dari peningkatan aktivitas Merapi ini? Walaupun erupsi Merapi saat ini masih bersifat efusif (dimana lava keluar secara perlahan), kita sama sekali tidak boleh menyepelekan potensi bahayanya. Bayangkan saja, awan panas dari guguran lava ini berpotensi meluncur dengan jarak yang sangat jauh, yaitu 5 hingga 7 km, khususnya ke sektor selatan dan barat daya gunung. Selain itu, kita juga harus mewaspadai potensi aliran awan panas di sektor tenggara yang mencakup Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Bahkan, lontaran material vulkanik seperti batu dan kerikil panas juga sangat mungkin terjadi dan menjangkau wilayah dalam radius 3 km dari puncak. Oleh karena segala pertimbangan bahaya inilah, status Merapi hingga detik ini masih tetap dipertahankan pada Level III atau Siaga.
Lantas, apa saja langkah yang harus kita ambil? Simak baik-baik imbauan resmi dari BNPB! Menghadapi situasi yang dinamis ini, BNPB secara khusus meminta perhatian penuh dari masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Merapi, terutama yang berada di Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten. Pertama-tama, BNPB sangat menekankan agar masyarakat sama sekali tidak beraktivitas di dalam zona potensi bahaya yang sudah ditetapkan. Kedua, setiap warga diimbau untuk secara proaktif menyiapkan dan mengenali jalur evakuasi serta titik kumpul tempat pengungsian yang sudah ditentukan. Yang terpenting, BNPB mengingatkan semua pihak untuk selalu setia mengikuti informasi resmi dan terpercaya yang dikeluarkan oleh BPPTKG, BNPB, atau BPBD setempat. Sebagai penutup, Abdul Muhari kembali menegaskan, “Merapi masih erupsi efusif, tapi suplai magma terus berlangsung sehingga ancaman awan panas tetap ada.” Dengan kata lain, kewaspadaan dan kesiapsiagaan adalah kunci utama kita menghadapi Merapi yang terus menunjukkan taringnya ini.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com