Desapenari.id – Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, secara mengejutkan membeberkan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia sudah lebih dulu memasuki musim hujan bahkan sebelum September 2025! Akibatnya, wilayah-wilayah ini kini harus bersiap-siap menghadapi siraman hujan yang datang lebih awal dari jadwal.
Hebatnya, wilayah yang sudah kebagian hujan ini mencakup area yang sangat luas. BMKG memetakan daerah-daerah tersebut mulai dari sebagian Sumatera bagian utara dan tengah, lalu merambah ke Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, kemudian melompat ke sebagian besar Kalimantan, Gorontalo, Sulawesi, hingga ke Papua Barat Daya. Meski demikian, Anda perlu tahu bahwa mayoritas wilayah Indonesia justru baru akan benar-benar merasakan puncak musim hujan pada periode September hingga November 2025.
Ardhasena dengan gamblang memaparkan detailnya saat dikonfirmasi, Selasa (30/9/2025). “Dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, kami memprediksi sebanyak 79 ZOM atau 11,3 persen akan mulai hujan pada September. Selanjutnya, 149 ZOM atau 21,3 persen akan masuk musim hujan pada Oktober, dan 105 ZOM atau 15 persen pada November,” jelasnya. Dengan kata lain, gelombang musim hujan akan datang secara bertahap.
Lalu, daerah mana saja yang akan merasakan guyuran hujan lebih cepat? Ternyata, pada bulan September nanti, BMKG memperkirakan sejumlah wilayah akan mulai basah. Daerah-daerah tersebut antara lain meliputi sebagian besar Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat bagian utara, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, serta sebagian Papua. Jadi, jika Anda tinggal di sini, siapkan payung dan jas hujan mulai sekarang!
Selanjutnya, pada bulan Oktober, giliran sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, hingga Papua timur yang akan diguyur hujan secara lebih intensif. Sementara itu, Anda yang tinggal di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur, sebagian Maluku, dan Papua bagian utara harus bersabar, karena daerah kalian baru akan memasuki musim hujan pada November 2025.
Pertanyaannya, bagaimana sih sebenarnya BMKG menentukan awal musim hujan ini? Tenang, BMKG memiliki indikator ilmiah yang sangat jelas dan terukur. Salah satu metode andalan mereka adalah dengan mengamati akumulasi curah hujan per dasarian, yang merupakan periode 10 hari.
Tim BMKG menetapkan awal musim hujan jika curah hujan telah mencapai setidaknya 50 milimeter per dasarian. Namun, mereka tidak berhenti di situ; kondisi ini harus berlangsung secara konsisten minimal tiga dasarian berturut-turut. Ardhasena kemudian menerangkan alasan di balik ambang batas 50 milimeter ini. “Kami menentukan angka 50 milimeter dari rata-rata laju penguapan harian di Indonesia, yang sekitar 5 mm per hari. Dalam 10 hari, penguapan total mencapai 50 mm. Jadi, jika hujan melebihi angka itu, jumlah air yang masuk ke tanah sudah setara atau bahkan lebih banyak daripada air yang hilang akibat penguapan,” terangnya.
Dengan demikian, kondisi ini jelas menunjukkan bahwa ketersediaan air di atmosfer maupun permukaan tanah mulai surplus. Selain itu, surplus ini sangat penting karena menandakan terbentuknya pola basah yang berkelanjutan, bukan sekadar hujan sesaat yang hanya sebentar. Sementara itu, persyaratan tiga dasarian berturut-turut sengaja mereka pakai untuk memastikan bahwa peningkatan curah hujan bukanlah anomali singkat, melainkan bagian dari pola iklim musiman yang lebih stabil dan dapat diandalkan.
Yang lebih menarik lagi, jika kita bandingkan dengan data normal iklim 30 tahun terakhir (1991–2020), BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia justru akan mengalami awal musim hujan yang lebih cepat atau maju! Fakta mengejutkan ini tentu perlu menjadi perhatian kita semua.
Berdasarkan data terbaru, BMKG mencatat ada 294 ZOM atau sekitar 42,1 persen yang akan mengalami musim hujan lebih awal dari biasanya. Wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori “lebih cepat” ini mencakup area yang sangat luas, seperti:
- Sebagian Aceh
- Sebagian Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Bangka Belitung
- Lampung bagian tengah
- Sebagian besar Jawa
- Bali bagian utara
- Sebagian besar NTB
- Sebagian besar NTT
- Kalimantan bagian tengah hingga tenggara
- Sebagian besar Sulawesi
- Sebagian Maluku
- Papua Barat bagian utara
- Papua
- Papua Selatan bagian selatan.
Selain itu, BMKG juga menemukan terdapat 50 ZOM (7,1 persen) yang diperkirakan mengalami awal musim hujan sama persis dengan kondisi normalnya. Beberapa wilayah yang masih mengikuti pola lama ini antara lain:
- Aceh bagian utara
- Sumatera Utara bagian timur
- Sebagian Riau
- Sebagian kecil Jawa
- Sebagian Bali
- Sebagian NTT
- Sebagian Sulawesi
- Papua Tengah bagian timur
- Sebagian Papua
- Papua Pegunungan.
Di sisi lain, jangan kira semua daerah maju. Sebanyak 56 ZOM atau 8 persen justru diperkirakan akan mengalami musim hujan yang mundur dari biasanya. Daerah-daerah yang “ketinggalan” ini meliputi:
- Sebagian Aceh
- Sumatera Utara
- Bengkulu bagian utara
- Sumatera Barat bagian utara
- Sebagian Riau
- Lampung bagian timur
- Sebagian kecil Jawa
- Sebagian Bali
- Sebagian NTT
- Sulawesi Utara bagian tengah
- Sebagian Sulawesi Tengah
- Sulawesi Selatan bagian timur
- Sebagian kecil Maluku
- Papua bagian utara
- Papua Selatan bagian selatan.
Ardhasena menekankan bahwa prediksi musim hujan ini bersifat dinamis dan tidak kaku. “Perubahan bisa saja terjadi, terutama pada wilayah yang musim hujannya jatuh cukup lama setelah prediksi awal diumumkan. Sebagai contoh, Sulawesi Tengah baru kami perkirakan masuk musim hujan pada Maret 2026, sehingga prediksinya sangat rentan untuk berubah,” ujarnya mengingatkan.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, BMKG selalu memperbarui prediksi musim mereka setiap bulan November, atau sekitar tiga bulan setelah prediksi awal mereka keluarkan. Tujuannya sangat jelas: agar prakiraan yang diberikan dapat terus menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini fenomena iklim global seperti El Nino, La Nina, maupun Indian Ocean Dipole.
Dengan strategi pembaruan data yang rutin ini, informasi yang akhirnya diterima oleh masyarakat maupun sektor-sektor vital seperti pertanian, perkebunan, dan energi diharapkan tetap relevan, akurat, dan dapat diandalkan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
most reputable online steroid source
References:
https://setiathome.berkeley.edu/show_user.php?userid=13235638
bodybuilding steroid use
References:
hedge.fachschaft.informatik.uni-kl.de
anabolic steroi
References:
https://www.silverandblackpride.com/