YOGYAKARTA, Desapenari.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta secara resmi mengambil langkah tegas dan inovatif dengan menetapkan 7 titik khusus bagi para pengamen untuk menampilkan kebolehannya menghibur wisatawan. Sebagai bukti keseriusannya, Pemkot secara strategis menempatkan seluruh titik tersebut di kawasan jantung pariwisata, yaitu di sepanjang Malioboro dan dua titik lainnya di Jalan Margo Utomo.
Selanjutnya, Wali Kota Yogyakarta, Hasty Wardoyo, dengan penuh semangat memaparkan bahwa kehadiran 7 titik khusus ini secara langsung akan mengakhiri praktik pengamen yang berkeliling di kawasan Malioboro. Menurutnya, kebijakan progresif ini sengaja pemerintah hadirkan untuk menciptakan barrier atau penghalang, yang efektif mencegah para pengamen meminta-minta secara paksa kepada para pelancong, sebuah fenomena yang selama ini kerap mengusik kenyamanan berwisata.
Akibatnya, bagi para pengamen yang masih bandel dan nekat melanggar, pemerintah sudah menyiapkan konsekuensi hukum yang jelas, yaitu sanksi tindak pidana ringan atau tipiring. “Tim Jogomaton akan kami kerahkan untuk secara proaktif menangkap dan menertibkan pengamen ilegal,” tegas Hasto. “Memang, kami tidak serta merta menghukum, karena kami akan beri peringatan terlebih dulu bahwa zona Malioboro kini sudah bukan area bagi pengamen keliling,” tambahnya, menegaskan komitmennya menata kenyamanan publik.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, dengan detail membeberkan ketujuh lokasi strategis tersebut, yang membentang dari ikoniknya Tugu Yogyakarta hingga sepanjang koridor Malioboro. “Kami menyiapkan titik-titiknya di Pasar Beringharjo, eks Mutiara, area Kepatihan (pintu barat), Plaza Malioboro, dan depan Library perpustakaan. Sementara dua titik lainnya kami tempatkan di depan Wisma KAI dan dekat kawasan Dowa,” jelas Yetti, memastikan distribusi lokasi yang merata dan mudah diakses.
Di atas segalanya, kebijakan ini disambut dengan luapan euforia dan rasa syukur oleh para pengamen itu sendiri. Ariska, salah satu pengamen, dengan wajah berbinar mengungkapkan bahwa proses kurasi untuk tampil di Malioboro sebenarnya telah dimulai sejak dua tahun silam, di mana saat itu lima kelompok angklung sempat mengikutinya. “Akhirnya, hari ini impian itu terealisasi dan kami bisa tampil lagi di pedestrian Malioboro,” ujarnya dengan suara penuh kebahagiaan.
Oleh karena itu, perasaan lega dan bahagia tak terelakkan lagi bagi komunitas pengamen. Kebijakan ini dirasakan sebagai angin segar setelah sekian lama mereka vakum dari pusat keramaian. “Akhirnya, kami kembali mendapat ruang untuk berekspresi dan berkesenian. Ini adalah realisasi yang sangat dinantikan, terlebih setelah lima tahun lamanya kami ‘di-off-kan’ dari Malioboro,” pungkas Ariska, mewakili suara banyak rekan seniman jalanan lainnya yang kini bisa bernapas lega.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com