Desapenari.id – Viral di media sosial! Seekor komodo malang ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan di jalan menuju kawasan wisata ikonik, Golo Mori, Labuan Bajo. Lebih miris lagi, dugaan kuat menunjuk bahwa satwa langka tersebut menjadi korban tabrak lari kendaraan yang melintas dengan cepat. Kemudian, kabar menyedihkan ini pertama kali tersebar luas setelah seorang warga bernama Engel Tani dengan sigap membagikan foto dan informasi detail melalui akun Facebook pribadinya. Akibatnya, unggahan tersebut langsung memantik gelombang komentar dan rasa penasaran yang tinggi dari ratusan netizen yang merasa prihatin dan geram.
Merespon laporan warganet yang begitu cepat viral, Kepala Balai Besar BKSDA NTT, Adhi Nurul Hadi, segera memerintahkan timnya untuk bertindak. Selanjutnya, petugas resort pun langsung melakukan verifikasi dengan menghubungi Engel Tani secara langsung untuk memastikan keakuratan informasi. “Berdasarkan hasil komunikasi, yang bersangkutan membenarkan bahwa peristiwa itu terjadi pada Sabtu (18/10/2025) saat ia sedang berjalan-jalan menuju arah Golo Mori. Menurut keterangannya, lokasi kejadian berada di sekitar KM16, tepat di area yang terdapat tulisan besar bertuliskan Golo Mori,” jelas Adhi dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (27/10/2025). Dengan demikian, petugas pun mendapatkan titik lokasi yang sangat jelas untuk disisir.
Menurut penuturan sang pelapor, komodo malang itu sudah dalam kondisi tak bernyawa ketika ditemukan. Kemudian, tanpa pikir panjang, Engel dan beberapa rekannya segera mengambil inisiatif untuk memindahkan bangkai komodo tersebut ke tepi jalan yang lebih aman. Tindakan spontan dan penuh kepedulian ini mereka lakukan dengan dua tujuan utama: pertama, untuk mencegah gangguan lalu lintas di kawasan wisata yang ramai; dan kedua, untuk melindungi tubuh satwa langka itu dari kerusakan lebih parah akibat terlindas kendaraan lainnya. Oleh karena itu, langkah kecil mereka ini patut kita apresiasi sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam konservasi.
Berdasarkan bukti visual di lapangan, Engel dan kawan-kawan menduga sangat kuat bahwa komodo tersebut mati akibat tertabrak kendaraan yang melaju kencang. Sebagai buktinya, kondisi fisik komodo menunjukkan tanda-tanda luka benturan yang cukup serius, ditambah lagi dengan posisi bangkainya yang tergeletak tak berdaya di tengah jalur kendaraan. Akibatnya, tim BKSDA pun semakin yakin bahwa kecelakaan tragis inilah yang merenggut nyawa satwa endemik tersebut. Maka dari itu, kejadian ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi semua pengendara untuk lebih berhati-hati.
Setelah berhasil mengumpulkan semua informasi dan petunjuk lokasi yang akurat, petugas resort pun segera bergerak cepat menuju lokasi kejadian. Sesampainya di TKP, mereka langsung menemukan bangkai komodo dalam kondisi persis seperti yang dilaporkan oleh masyarakat. Selanjutnya, untuk mendukung proses investigasi dan dokumentasi resmi, petugas dengan cermat melakukan pencatatan data lapangan secara menyeluruh. Mereka tidak hanya mencatat posisi temuan, tetapi juga mendokumentasikan kondisi lingkungan sekitar serta berbagai indikasi kuat yang mengarah pada penyebab kematian satwa yang dilindungi undang-undang ini.
Kemudian, untuk mengantisipasi proses pembusukan yang dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan bau tidak sedap, petugas segera memutuskan untuk memindahkan bangkai komodo tersebut ke kantor resort mereka di Labuan Bajo. Setibanya di kantor, proses ilmiah pun dimulai; petugas dengan teliti melakukan pengukuran dan pendataan morfologi tubuh komodo sebagai bagian dari arsip resmi satwa langka. Hasil pengukuran akhirnya mengungkap bahwa komodo jantan malang ini memiliki panjang kepala 12 cm, panjang tubuh total 150 cm, dan panjang ekor 92 cm, yang menempatkannya dalam kategori umur remaja. Sungguh sebuah potensi kehidupan yang terpaksa terputus terlalu soon.
Setelah seluruh proses pencatatan dan dokumentasi ilmiah dinyatakan selesai, petugas kemudian memberikan penghormatan terakhir kepada komodo tersebut dengan melakukan penguburan yang layak di area halaman kantor resort. Proses penguburan ini mereka lakukan dengan sangat khidmat dan penuh hormat, karena mereka menyadari betul bahwa mereka sedang menguburkan satwa endemik kebanggaan Indonesia yang statusnya dilindungi. Selain itu, seluruh prosedur standar penanganan bangkai satwa juga mereka ikuti dengan ketat untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai protokol yang berlaku.
Di akhir laporannya, pihak Balai Besar BKSDA NTT menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, khususnya Engel Tani, yang telah dengan cepat menyampaikan laporan melalui media sosial. Menurut mereka, partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan informasi seperti ini merupakan kunci utama yang sangat vital dalam upaya perlindungan dan pengawasan satwa liar, terutama untuk spesies seunik dan sepenting komodo. “Respons cepat dari masyarakat seperti ini sangat membantu kami dalam menindaklanjuti setiap kejadian di lapangan. Kami berharap kerja sama ini terus terjalin, karena pelestarian komodo bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh pihak,” pungkas Adhi menegaskan. Akhirnya, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat inilah yang akan menentukan masa depan komodo di habitat aslinya.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

