Desapenari.id – Jakarta diguncang kabar miris! Sebanyak 20 anak yang tinggal di kawasan Perumahan Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur, harus menderita akibat uji coba pabrik pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan di Jakarta Utara. Dengan sangat jelas, laporan menyebutkan bahwa anak-anak ini menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga infeksi mata yang diduga kuat merupakan imbas dari operasi percobaan pabrik tersebut.

Melalui konfirmasi pada Senin (3/10/2025), Wahyu Andre, sang Ketua RT 18, RW 14, Klaster Shinano JGC, dengan tegas menyatakan bahwa proses uji coba RDF Rorotan ini kembali memunculkan bau sampah yang sangat menyengat sejak tanggal 3 Oktober 2025. “Uji cobanya udah dari 3 Oktober 2025,” ucap Wahyu dengan nada prihatin. Awalnya, bau yang muncul hanya samar dan tidak konstan; namun, situasi justru berubah drastis.

Tepat sejak 29 Oktober 2025, aroma sampah dari RDF Rorotan dengan mudahnya tercium sangat jelas dan menusuk, tidak hanya di Perumahan JGC, tetapi bahkan menjalar hingga ke kawasan Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat! Sejak momen inilah, Wahyu mulai kebanjiran laporan dari para orang tua di JGC yang panik karena anak-anak mereka jatuh sakit, dan mereka dengan yakin menduga bahwa bau tak sedap dari RDF Rorotan adalah biang keroknya.

Berikut ini adalah daftar lengkap para korban kecil yang harus menderita akibat dugaan kuat dampak operasi RDF Rorotan. Pertama, Nathan (4 tahun) harus berjuang melawan sakit mata dan batuk pilek sejak 29 Oktober. Kemudian, adiknya, Keenan (2 tahun), juga mengalami nasib serupa. Tidak kalah mengharukan, Yuna yang masih tujuh bulan harus menahan muntah, demam, dan batuk pilek sejak 1 November. Selanjutnya, Axelle (9 bulan) harus merasakan pedihnya mata merah sejak 31 Oktober.

Lalu, Kenshin (7 tahun) mengeluhkan sakit mata sejak 30 Oktober. Iori (6 tahun) menderita batuk dan pilek yang tak kunjung reda. Matthew (9 tahun) juga harus berurusan dengan batuk pilek sejak 30 Oktober. Rayyan (5 tahun) dan Resya (4 tahun) sama-sama mengalami batuk yang dimulai pada 29 Oktober. Ayaka (6 tahun) dan Arshaka (3 tahun) juga ikut terkena imbas dengan batuk dan pilek sejak tanggal yang sama.

Kondisi semakin memprihatinkan ketika Darren (9 tahun) harus berobat ke dokter spesialis anak hingga dua kali, tetapi batuknya tak kunjung sembuh. Joshua (7 tahun) juga mengalami hal serupa dengan batuk yang terus menerus. Yang paling mengkhawatirkan, Kyle (2 tahun) harus menjalani perawatan inap di rumah sakit akibat ISPA dari 24 hingga 26 Oktober! Arthur (7 tahun), Kael (2 tahun), dan Aqiella (4 tahun) semuanya mengalami batuk pilek yang berkepanjangan.

Selain itu, Aiden (7 tahun) harus bertarung dengan ISPA sejak 28 Oktober. Moses (3 tahun) mengalami kombinasi ISPA dan mata merah sejak 1 November. Terakhir, Kirana Putri juga ikut menjadi korban dengan sakit mata dan batuk pilek sejak 31 Oktober. Intinya, dua puluh anak ini menjadi bukti nyata betapa berbahayanya dampak dari uji coba ini.

Yang membuat kita semua semakin geram, Wahyu Andre mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa bau sampah dari RDF Rorotan masih bisa tercium hingga hari Minggu (2/11/2025), meskipun pihak pengelola sudah menghentikan uji cobanya! “Kemarin masih ada aktivitas cleaning atau pembersihan gudang RDF dan sempat tercium bau, walau cuma sebentar dan sudah tidak sekuat baunya seperti tiga hari berturut-turut kemarin,” ungkap Wahyu dengan nada skeptis.

Akibatnya, aktivitas pembersihan sederhana saja masih menimbulkan bau, sehingga Wahyu pun menyatakan keraguannya yang besar terhadap klaim pengelola jika RDF Rorotan nantinya akan beroperasi dengan aman. “Bayangkan, proses cleaning saja masih tercium bau, gimana proses pengolahannya,” tutur Wahyu dengan logika yang sangat masuk akal dan patut kita renungkan bersama.

Lantas, bagaimana tanggapan dari pihak pengelola? Angga Bagus, selaku Project Manager Pembangunan RDF Plant Jakarta KSO Wika-Jaya Konstruksi, akhirnya angkat bicara. Dia membenarkan bahwa uji coba RDF Rorotan memang sedang berlangsung. Secara meyakinkan, dia juga memastikan bahwa empat unit Deodorizer (penghilang bau) serta Flue Gas Treatment Rotary Dryer telah berfungsi dengan baik.

Namun, Angga kemudian berusaha menjelaskan alasan di balik bau sampah yang sampai ke permukiman warga. Menurut analisisnya, pada kondisi tertentu—seperti pergantian shift pekerja atau pengisian BBM untuk alat berat—pintu hanggar utama terpaksa dibuka. “Hal tersebut diindikasikan mempengaruhi sirkulasi atau tata udara di dalam hanggar dan area sekitarnya,” ujar dia mencoba memberikan penjelasan. Akan tetapi, dia berjanji bahwa ketika mesin kembali beroperasi normal, keempat Deodorizer akan mengendalikan sirkulasi udara di dalam hanggar.

Sebelumnya, kita harus tahu bahwa penolakan warga bukanlah hal baru. Sejak awal, warga Perumahan Jakarta Garden City (JGC) di Cakung, Jakarta Timur, sudah dengan tegas menolak rencana pengoperasian RDF Rorotan yang semula terjadwal pada 24 September 2025. Salah satu alasan utama penolakan ini adalah karena uji coba pertama RDF Rorotan dinilai gagal total dan jelas-jelas menimbulkan pencemaran udara.

“Warga menolak dengan beroperasinya RDF karena pencemaran udara dan efek bau tidak sedap sampai di wilayah warga JGC RW.14 Cakung Timur ketika uji coba tahap awal dilakukan,” tegas Ketua RW 14 Perumahan JGC, Didik Ari Prasetyo, dalam wawancara pada Kamis (11/9/2025). Selain itu, ada satu hal krusial yang menjadi titik sengketa: pengelola RDF Rorotan disebut-sebut belum mampu menunjukkan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) kepada warga.

“Kami menolak dengan RDF beroperasi di wilayah kita, karena dari hasil pertemuan terlast dengan pengelola, izin AMDAL yang kami minta belum bisa ditunjukkan,” ucap Didik dengan tegas. Ironisnya, untuk bisa menyempurnakan AMDAL tersebut, pengelola justru harus melakukan uji coba kembali. Pada akhirnya, dengan berat hati dan setelah mendapat jaminan bahwa prosesnya tidak akan menimbulkan bau, warga pun menyetujui dilakukannya uji coba kedua.

Sayangnya, alih-alin membawa solusi, uji coba kedua yang seharusnya menjadi jalan keluar justru berakhir menjadi bumerang. Bukannya bebas bau, uji coba kali ini malah kembali memicu protes keras dari warga karena aroma sampah yang menyengat kembali meneror permukiman mereka. Dengan demikian, krisis kesehatan dan konflik lingkungan ini masih jauh dari kata selesai, dan keselamatan warga, terutama anak-anak, masih terus terancam.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com