Desapenari.id – Begendang, seorang warga Suku Anak Dalam (SAD) yang dengan tulus merawat Bilqis, kini justru harus menghadapi teror tuduhan tak berdasar. Akibatnya, ia mengaku diliputi ketakutan luar biasa setelah masyarakat ramai-ramai menuding anak kandungnya sebagai Kenzie dan Alvaro, dua bocah hilang yang hingga detik ini belum ditemukan. “Malam-malam dia (Begendang) mendatangi rumah saya dengan wajah penuh ketakutan. Ia panik karena orang-orang menyebarkan kabar bahwa anak-anaknya sangat mirip dengan Kenzie dan Alvaro,” jelas Temenggung Joni, seorang tokoh berpengaruh di SAD, saat kami berhasil menemui di kediamannya yang terletak di Desa Mentawak, Kabupaten Merangin, Jambi, pada hari Kamis (13/11/2025).
Tanpa membuang waktu, keesokan paginya, tepatnya Senin (10/11/2025), setelah prosesi pemulangan Bilqis ke Makassar usai, Joni segera mengambil tindakan proaktif. Dengan penuh kesadaran, ia melaporkan seluruh rangkaian tuduhan liar ini kepada Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Bungo dan Merangin, sekaligus meminta nasihat dari tokoh agama setempat yang dihormati. Setelah laporan resmi itu disampaikan, berbagai unsur masyarakat pun bergerak cepat; mereka secara langsung mendatangi permukiman SAD dan dengan cermat memeriksa seluruh dokumen resmi milik anak-anak Begendang.
Pada akhirnya, pemeriksaan tersebut justru membuktikan bahwa semua tuduhan itu sama sekali tidak benar. “Kami dapat memastikan bahwa anak-anak Begendang itu bukanlah hasil penculikan, karena secara hukum dia telah memiliki akta kelahiran dan tercantum dalam kartu keluarganya sendiri,” tegas Joni dengan lugas. Bahkan, polisi dan tokoh agama yang turun tangan langsung juga memberikan konfirmasi bahwa anak berusia 2,5 tahun itu pasti bukan Kenzie; secara fisik pun keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas.
Selanjutnya, Joni pun mengungkapkan kebingungannya yang mendalam. Ia sama sekali tidak memahami mengapa sebuah foto yang beredar luas di media sosial bisa dengan mudahnya mengaitkan anak Begendang dengan kasus bocah hilang tersebut. “Video yang beredar itu memang asli adanya. Akan tetapi, konten tersebut sebenarnya menampilkan Pak Guru Oki yang sedang mengajar baca-tulis di kediaman Begendang,” ujarnya sambil menegaskan bahwa semua tudingan yang beredar sama sekali tidak memiliki dasar fakta yang kuat. Sebagai informasi, Kenzie sendiri hilang tiga tahun lalu saat berusia tiga tahun, sehingga seharusnya kini ia sudah berusia enam tahun. “Sementara, anak kandung Begendang saat ini usianya baru menginjak 2,5 tahun,” tambah Joni. Ia pun dengan tegas meminta seluruh warganet untuk segera menghentikan segala bentuk tuduhan yang berseliweran. Ia juga mengingatkan, jika nantinya tudingan itu terbukti salah, ia siap menjatuhkan sanksi denda adat yang berlaku.
Di sisi lain, kekhawatiran akan eskalasi konflik juga sangat besar. “Bayangkan, kalau nanti sampai terjadi perang antara SAD dengan orang luar, siapa yang akan bertanggung jawab? Seseorang boleh saja melakukan tudingan, asalkan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya,” tuturnya dengan nada serius. Sementara itu, perasaan terpukul juga dirasakan oleh Temenggung Sikar, yang merupakan mertua dari Begendang. Dengan sedih, ia bercerita bahwa setelah Bilqis berhasil dikembalikan kepada orangtuanya, komunitas SAD justru kembali disudutkan. Kali ini, cucu kandungnya sendiri dituding sebagai anak hilang. “Cucu saya itu lahir secara sah di kebun inti 1 perusahaan PT SAL. Pihak perusahaan pun sudah membantu proses pembuatan Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga,” katanya membela.
Akibatnya, tekanan dari tuduhan warganet dan rasa kehilangan yang mendalam setelah kepergian Bilqis memicu keputusan drastis dari Begendang dan istrinya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melangun – sebuah tradisi berpindah tempat – dan pergi menjauh hingga ke perbatasan Jambi–Sumatera Barat. “Saat ini, mereka sedang melangun atau beranjak sampai sangat jauh karena kesedihan dan ketakutan yang amat sangat akan kehilangan anak-anak kandungnya sendiri,” ungkap Sikar dengan suara bergetar. Ia pun kembali memohon kepada semua pihak untuk segera menghentikan prasangka-prasangka buruk yang justru memperkeruh keadaan. “Itu adalah cucu saya yang asli, sama sekali bukan hasil penculikan. Apalagi sampai dikait-kaitkan dengan Kenzie, anak yang hilang dari Bungo. Itu sungguh tidak benar,” desaknya.
Pada akhirnya, kesedihan mendalam akibat perpisahan dengan Bilqislah yang mendorong Begendang untuk menjauh lebih dari biasanya. Biasanya, ia hanya berpindah dari satu area kebun ke area lainnya untuk sekadar mencari sumber makanan atau air. Namun, kali ini, hanya dua hari setelah Bilqis dibawa kembali oleh petugas pada Minggu (9/11/2025), ia memilih untuk menuju wilayah perbatasan Jambi–Sumatera Barat yang jauh. Tujuannya hanya satu: meredakan duka yang begitu membebani hatinya. “Begendang sudah pergi beranjak (melangun) sangat jauh, karena dio (dia) sedang diliputi kesedihan dan ketakutan yang teramat dalam. Hatinya benar-benar terpukul setelah kehilangan Bilqis,” kata Temenggung Sikar, pada Kamis (14/11/2025), mengakhiri cerita yang menyentuh hati ini.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
