Desapenari.id – Dalam sebuah kejadian yang bakal adegan film thriller, warga Desa Warloka Pesisir, Labuan Bajo, justru hidup dalam ketegangan yang nyata selama sebulan terakhir. Bukannya tanpa alasan, faktanya mereka terus-menerus melaporkan penampakan mengerikan komodo yang nekat memasuki kawasan permukiman dan bahkan area sekolah! Bayangkan saja, reptil raksasa yang biasanya menjadi daya tarik wisata itu, sekarang dengan leluasa berkeliaran di dekat rumah penduduk. Sebagai informasi, desa yang terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini, seolah-olah telah berubah menjadi taman prasejarah yang berbahaya. Situasi ini, tanpa diragukan lagi, menciptakan suasana mencekam bagi seluruh keluarga di sana.
Melalui konfirmasi langsung pada Jumat (21/11/2025) pagi, Riana Farid, seorang warga Desa Warloka Pesisir, dengan gamblang membeberkan kronologi menegangkan tersebut. Lebih detailnya, ia menuturkan bahwa pada Oktober 2025 lalu, mereka telah dua kali mencatat dan merekam dengan jelas kedatangan komodo ke pemukiman. “Pertama pada 13 Oktober 2025 dan kedua tanggal 20 Oktober 2025,” ujar Riana dengan suara yang masih terdengar was-was. Yang membuat kita semua merinding, pada insiden kedua, komodo tersebut ternyata berhasil menyusup ke area belakang SDI Warloka! Coba pikirkan, bagaimana perasaan orang tua yang anak-anaknya bersekolah di tempat yang didatangi hewan buas?
Lantas, apa yang sebenarnya dicari oleh para komodo ini di lingkungan tempat tinggal manusia? Riana dan warga lainnya memiliki analisis yang sangat masuk akal. Mereka dengan yakin menduga bahwa komodo-komodo tersebut berniat memangsa kambing peliharaan warga. Alhasil, hewan ternak yang menjadi sumber penghidupan warga, kini justru berubah menjadi umpan yang memikat predator mematikan itu untuk semakin mendekat. Oleh karena itu, keberadaan komodo ini bukan lagi sekadar gangguan, melainkan sudah merupakan ancaman langsung terhadap ekonomi dan keamanan warga. Ditambah lagi, insting berburu komodo yang tinggi dapat dengan mudah beralih target, dan inilah yang paling dikhawatirkan semua orang.
Merasa kondisi sudah sangat kritis, Riana pun tak tinggal diam. Dengan penuh desakan, ia meminta pemerintah melalui dinas atau lembaga terkait untuk segera mengambil langkah antisipatif. Tujuannya jelas, yaitu mencegah jatuhnya korban jiwa dari kalangan warga. “Sudah masuk di sekitar rumah warga dan sekolah itu sangat berbahaya,” tegasnya. Selanjutnya, ia pun mengusulkan solusi konkret yang mendesak untuk segera direalisasikan. “Pemerintah kalau bisa segera bangun pagar keliling kampung dan sekolah,” imbuhnya. Permintaan ini merupakan suara hati seluruh warga yang merasa haknya untuk hidup aman telah terancam.
Namun, Riana merasa bahwa pemerintah seringkali lamban dalam merespons hal-hal yang dianggap mendesak. Dengan nada prihatin, ia menyampaikan pesan yang sangat tegas, “Jangan tunggu ada korban baru bergerak.” Kalimat ini, sesungguhnya, adalah sebuah kritikan pedas sekaligus peringatan keras bahwa nyawa manusia tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pada intinya, warga tidak ingin insiden mengenaskan seperti serangan komodo di masa lalu terulang kembali di daerah mereka. Mereka menginginkan tindakan pencegahan, bukan penanganan setelah tragedi terjadi.
Sementara warga sudah berteriak-teriak meminta pertolongan, bagaimana tanggapan dari pihak berwenang? Sayangnya, respon yang diterima masih jauh dari kata memuaskan. Dilaporkan bahwa pihak Balai Besar KSDA NTT sama sekali belum memberikan respons ketika dikonfirmasi mengenai laporan mendesak dari warga Desa Warloka ini. Keheningan dari instansi yang seharusnya menjadi ujung tombak penanganan satwa liar ini justru menambah kecemasan warga. Seolah-olah, masalah serius ini belum dianggap sebagai prioritas yang harus segera diselesaikan.
Meskipun demikian, secercah harapan sempat muncul dari Kepala Bidang KSDA wilayah II BB KSDA NTT, Dadang Suryana. Saat dikonfirmasi, Dadang menyampaikan ucapan terima kasih atas informasi yang telah disampaikan oleh warga. Kemudian, ia berjanji akan meneruskan laporan ini kepada atasannya, yaitu Kepala Balai Besar KSDA NTT. “Nanti saya hubungi lagi,” janji Dadang. Akan tetapi, janji ini tentunya masih harus dibuktikan dengan tindakan nyata dan percepatan proses, karena warga tidak bisa terus menunggu di tengah bahaya yang mengintai setiap saat.
Pada akhirnya, seluruh rangkaian peristiwa ini meninggalkan sebuah tanda tanya besar bagi kita semua. Apakah pemerintah akan bergerak cepat sebelum bencana yang sesungguhnya terjadi? Ataukah kita harus menunggu laporan duka dari Desa Warloka terlebih dahulu? Yang pasti, suara warga adalah representasi dari ketakutan kolektif yang sangat nyata. Oleh karena itu, kita semua berharap agar pihak berwenang tidak menganggap enteng laporan ini dan segera menurunkan tim untuk melakukan assesment serta memasang pagar pengaman seperti yang diminta. Keamanan warga harus di atas segalanya, karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

