BANYUWANGI, Desapenari.id – Langkah berani dan penuh empati langsung diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi! Pasalnya, mereka secara resmi melarang seluruh elemen masyarakat, mulai dari pihak swasta hingga internal Pemkab sendiri, untuk menggelar pesta kembang api saat momen pergantian tahun 2026 nanti. Tidak main-main, larangan ini tertuang secara hitam di atas putih dalam Surat Edaran (SE) bernomor 100.3.4.4/4930/429.011/2025 yang fokus pada penertiban perayaan malam tahun baru.
Secara gamblang, SE tersebut menetapkan aturan ketat: semua kegiatan peringatan malam pergantian tahun yang bersifat resmi maupun berizin, baik yang pemerintah maupun swasta selenggarakan—termasuk di hotel, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan ruang publik—harus mencoret penggunaan kembang api dan petasan dari daftar acara mereka. Lantas, apa penggantinya? Pemerintah justru mengajak masyarakat untuk beralih ke hal yang lebih bermakna dan penuh ketenangan.
Imbauan “Power” untuk Doa Bersama
Alih-alih hingar-bingar suara ledakan, Pemkab Banyuwangi justru mengimbau warganya untuk lebih banyak menggelar doa bersama. “Untuk malam pergantian tahun, kami minta semuanya dilaksanakan secara sederhana. Mari kita utamakan kegiatan muhasabah, doa bersama, refleksi akhir tahun, dan kegiatan keagamaan sesuai keyakinan masing-masing,” tegas Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, pada Rabu (24/12/2025). Menurutnya, pendekatan ini merupakan wujud konkret rasa syukur, empati sosial, serta harapan kolektif untuk tahun yang lebih baik.
Sementara itu, untuk perayaan secara pribadi di rumah-rumah, pemerintah lebih mengedepankan pendekatan persuasif dan imbauan moral. Intinya, seluruh perayaan wajib mereka selenggarakan dengan tertib, aman, dan tidak mengganggu ketenteraman umum. Bahkan, pemerintah secara spesifik menegaskan bahwa setiap penyelenggara kegiatan, pelaku usaha, serta perangkat wilayah wajib menyesuaikan bentuk perayaannya dengan prinsip kesederhanaan dan kepedulian sosial, seraya tetap menjaga ketertiban serta kenyamanan lingkungan.
“Dalam hal ini, Perangkat Daerah, Camat, serta Kepala Desa/Lurah bertanggung jawab penuh untuk melakukan sosialisasi dan pengawasan secara humanis,” ungkap Ipuk. Tidak hanya itu, mereka juga harus berkoordinasi erat dengan aparat keamanan guna memastikan situasi daerah tetap kondusif sepanjang malam pergantian tahun. Prinsip yang sama juga wajib diterapkan di hotel, tempat hiburan, dan lokasi lain yang sudah berizin; mereka harus menghormati kearifan lokal serta nilai adat, budaya, dan norma sosial masyarakat Banyuwangi yang menjunjung tinggi kerukunan.
Selanjutnya, Pemkab Banyuwangi juga mempertegas larangan terhadap penyelenggaraan kegiatan atau hiburan apa pun yang terlihat bertentangan dengan etika, kesusilaan, budaya lokal, dan ketertiban umum. Aktivitas yang berpotensi menimbulkan keresahan di tengah masyarakat pun secara tegas mereka larang. Bagi siapa saja yang nekat melanggar atau mengabaikan SE ini, sanksi tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku siap mereka terapkan tanpa kompromi.
Koordinator Tangan Besi dengan Aparat Keamanan
Di sisi lain, koordinasi yang solid telah terjalin antara pemerintah daerah dan aparat keamanan. Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, mengonfirmasi hal ini dengan menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi intensif terkait imbauan larangan pesta kembang api tersebut. “Kami sepakat, melihat situasi keprihatinan di wilayah Sumatera (akibat bencana), kami sama sekali tidak merekomendasikan pesta kembang api,” ujar Rama dengan nada serius. Dia lalu mengajak seluruh elemen masyarakat, “Mari kita rayakan tahun baru dengan cara yang lebih produktif, penuh refleksi dan doa.”
Pada intinya, keputusan Banyuwangi ini bukan sekadar larangan, melainkan sebuah transformasi budaya perayaan yang lebih bernuansa spiritual, reflektif, dan berempati. Mereka dengan sengaja mengalihkan fokus dari euforia materialistis yang seringkali berisiko, menuju ke perayaan yang menitikberatkan pada nilai-nilai kebersamaan, introspeksi, dan kedamaian. Langkah visioner ini diharapkan dapat menciptakan tradisi tahun baru yang tidak hanya meriah, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam dan kontribusi positif bagi keamanan serta kerukunan sosial.
Dengan demikian, melalui Surat Edaran tersebut, Banyuwangi seolah menyampaikan pesan kuat: momen pergantian tahun adalah waktu yang tepat untuk berhenti sejenak dari keriuhan duniawi, bercermin atas perjalanan setahun, serta bersama-sama menyusun harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik. Pendekatan humanis dan berbasis komunitas ini justru menunjukkan kepemimpinan yang matang dan bertanggung jawab, di mana keselamatan warga, kelestarian lingkungan, dan ketenangan publik ditempatkan di atas kepentingan komersial sesaat. Akibatnya, tahun baru 2026 di Banyuwangi diprediksi akan dikenang sebagai momen bersejarah yang penuh dengan keheningan yang bermakna, kebersamaan yang hangat, dan doa-doa yang menguatkan, bukan dengan dentuman dan asap yang mengganggu.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com


The beauty of Wrest Point goes well beyond our breath-taking water,
mountain and city views. With free parking
and fantastic dining options close by, these options are walking distance
from Wrest Point tower. Find a comfortable room close to Sandy Bay
and the River Derwent.
For withdrawals, particularly after winning at casino games, customers
typically receive their payouts directly in cash.
This setup ensures that all patrons can enjoy the casino’s offerings with ease, regardless of their chosen payment method.
With its commitment to quality, service, and entertainment, Wrest Point Casino gaming hours remain a cornerstone of Tasmania’s hospitality and tourism sector.
As Federal Rewards Club members, you will enjoy discounted accommodation rates
and special offers at Country Club Tasmania and Wrest
Point. You’ll also access exclusive offers on our accommodation and dining experiences.
References:
ufo9