PURWAKARTA, Desapenari.id – Sudah 100 hari Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein dan Abang Ijo Hapidin, memimpin. Namun, kinerja mereka justru menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa dan pengamat kebijakan publik.
Koordinator Aliansi BEM Purwakarta, Shela Amelia, tak ragu menyuarakan kritiknya. Menurutnya, meski pembangunan infrastruktur mulai terlihat, janji besar di sektor pendidikan masih jauh dari harapan. “Kami melihat langkah Pak Bupati, tapi dunia pendidikan masih banyak yang belum tersentuh,” tegas Shela, mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Purwakarta, dalam wawancara pada Senin (2/6/2025).
Masalah Pendidikan yang Belum Terselesaikan
Shela membeberkan beberapa isu krusial. Pertama, angka partisipasi pendidikan anak usia dini masih rendah. Kedua, akses pendidikan bagi kelompok marginal terbatas. Ketiga, kebijakan untuk kelompok rentan masih minim. “Kalau anak usia 13-15 tahun banyak yang tak bersekolah, itu bukan sekadar data. Itu masa depan yang kita abaikan,” ujarnya.
Ia menegaskan, ketimpangan pendidikan bukan masalah klasik, melainkan bukti ketidakhadiran pemerintah dalam memastikan hak belajar setiap anak. “Negara harus hadir, bukan hanya lewat wacana, tapi tindakan nyata,” tambahnya.
Pendidikan vs Ekonomi Keluarga: Dilema yang Menganga
Shela juga menyoroti keterkaitan erat antara pendidikan dan kemiskinan. Banyak anak terpaksa putus sekolah demi membantu orang tua mencari nafkah. “Ketika masyarakat bertanya, ‘Kalau sekolah harus bayar, siapa yang mendidik orang miskin?’ – itu jeritan yang harus didengar,” tegasnya.
Ia mendesak evaluasi tak hanya dilakukan di ruang rapat, tapi juga di lapangan. “Lihatlah kelas-kelas reyot dan sekolah pelosok. Pendidikan bukan soal gedung mewah, tapi tentang menyalakan harapan,” tandas Shela.
Pengamat Nilai Kinerja Bupati: Ada Kemajuan, Tapi Arah Strategis Masih Samar
Sementara itu, Srie Muldrianto, pengamat kebijakan publik dari STAI KH EZ Muttaqien Purwakarta, memberikan penilaian berimbang. Ia mengakui program fisik seperti perbaikan jalan dan rumah sudah berjalan. Namun, langkah strategis jangka panjang belum terlihat jelas.
“Pembangunan jalan dan rumah berjalan, tapi visi lima tahun ke depan masih samar. Di mana arah ideologisnya?” tanya Srie dalam wawancara pada Kamis (29/5/2025).
Ia mengingatkan pentingnya melanjutkan pembangunan berbasis budaya, seperti yang pernah diusung Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Konsep Tatanen di Bale Atikan (TdBA) dan pendekatan kultural Sunda, menurutnya, harus jadi fondasi. “Om Zein mengklaim sebagai penerus KDM. Nah, sekarang waktunya buktikan lewat kebijakan konkret,” ujarnya.
baca juga: Porsche Tabrak Rush Berisi 1 Keluarga, 2 Korban Butuhkan Perawatan Intensif
Srie juga menyoroti peran Wakil Bupati dan DPRD Purwakarta yang dinilai pasif. “DPRD nyaris tak bersuara, sementara kritik malah datang dari DPR RI. Padahal, checks and balances penting dalam demokrasi,” ungkapnya.
Meski begitu, ia optimis Bupati bisa membangun tim solid. “Beliau punya potensi besar. Tinggal perkuat narasi pembangunan yang mengglobal tapi tetap berpijak di lokal,” saran Srie.
Srie menilai tagline kampanye “Jalan mulus, Imah alus, Rakyat kaurus” sudah diimplementasikan. Namun, ia mengingatkan agar kebijakan tak hanya menyentuh permukaan, tapi juga akar masalah. “Secara umum, 100 hari ini cukup baik. Tapi Purwakarta butuh arah strategis yang lebih tajam,” pungkasnya.
Seratus hari pertama kepemimpinan Saepul Bahri Binzein dan Abang Ijo Hapidin diwarnai progres dan kritik. Pembangunan fisik berjalan, tapi sektor pendidikan masih jadi pekerjaan rumah besar.
Shela dan Srie sepakat: Purwakarta butuh kebijakan yang lebih visioner, inklusif, dan berkelanjutan. Apakah Bupati bisa menjawab tantangan ini? Waktulah yang akan menentukan.