TOYOAKE, Desapenari.id – Pemerintah Kota Toyoake di Jepang sedang merancang sebuah peraturan unik yang mendorong seluruh warganya untuk secara sukarela membatasi waktu penggunaan smartphone (screen time) hanya hingga dua jam per hari di luar jam kerja atau sekolah.
Selanjutnya, Wali Kota Toyoake, Masafumi Koki, menegaskan maksud di balik kebijakan ini melalui sebuah pernyataan resmi. Selanjutnya, Wali Kota Toyoake, Masafumi Koki, menegaskan maksud di balik kebijakan ini melalui sebuah pernyataan resmi.
Lebih detail, rancangan aturan tersebut juga memuat imbauan khusus untuk kalangan pelajar. Pemerintah kota mendorong para siswa sekolah dasar agar menghindari penggunaan ponsel pintar setelah pukul 21.00. Sementara itu, untuk siswa SMP dan yang lebih tua, pemerintah menyarankan agar mereka tidak lagi menggunakan smartphone setelah pukul 22.00.
Namun, langkah progresif ini justru memicu gelombang reaksi keras dari warganet di berbagai platform daring. Banyak sekali komentar yang menilai bahwa rencana tersebut terkesan tidak realistis dan sulit untuk diterapkan dalam keseharian.
Menanggapi berbagai respons kontra yang bermunculan di media sosial tersebut, Wali Kota Masafumi Koki kembali memberikan penjelasan. Ia menekankan bahwa batas dua jam screen time itu sama sekali tidak wajib dan sifatnya hanya imbauan.
Jika disetujui, aturan tersebut akan mulai berlaku dan diimplementasikan pada bulan Oktober mendatang.
Perlu diketahui bahwa ini bukanlah kali pertama sebuah wilayah di Jepang menerapkan kebijakan semacam ini.
Selain itu, peraturan di Kagawa juga menyarankan agar anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun tidak menggunakan smartphone setelah pukul 21.00. Sedangkan untuk remaja berusia 15 hingga 18 tahun, batas waktu yang ditetapkan adalah hingga pukul 22.00.
Data ini semakin memperkaya diskusi tentang seberapa besar sebenarnya kebutuhan untuk mengatur screen time secara ketat.