ISLAMABAD, Desapenari.id – Seorang ayah di Pakistan nekat menembak putrinya sendiri hanya karena sang anak menolak menghapus aplikasi TikTok dari ponselnya. Polisi setempat langsung bergerak cepat dan berhasil menangkap pelaku. Seperti dilaporkan AFP, Jumat (11/7/2025), sang ayah kini harus berurusan dengan hukum atas perbuatan kejinya.
Permintaan yang Berujung Maut
Menurut juru bicara kepolisian, ayah korban sudah memaksa putrinya untuk menutup akun TikTok. Namun, karena gadis itu tetap bersikeras, emosi sang ayah meledak. Alih-alih memaksanya dengan cara lain, ia malah mengambil senjata dan mengakhiri nyawa anak kandungnya sendiri.
Korban Tewas dalam Usia Belia
Peristiwa tragis ini terjadi pada Selasa (8/7/2025) di Rawalpindi, kota yang berdekatan dengan Islamabad, ibu kota Pakistan. Polisi mengungkapkan bahwa motif pembunuhan ini didasari alasan “kehormatan keluarga”. Awalnya, keluarga korban berusaha menutupi fakta dengan mengklaim gadis itu bunuh diri. Namun, penyelidikan membongkar kebenaran: ayahnyalah yang menjadi dalang pembunuhan itu.
Fenomena Kekerasan terhadap Perempuan di Pakistan
Kasus ini bukan yang pertama kali terjadi di Pakistan. Bulan lalu, seorang pria membunuh influencer TikTok bernama Sana Yousaf setelah wanita itu menolak rayuannya.
Sana, yang punya ratusan ribu pengikut, sering membagikan konten seputar kafe, skincare, dan busana tradisional. Sayangnya, popularitasnya justru membawanya pada akhir yang tragis.
TikTok: Populer tapi Kontroversial
Meski masyarakat Pakistan sangat menggandrungi TikTok, pemerintah kerap memblokir platform ini. Mereka beralasan bahwa banyak konten TikTok bertentangan dengan nilai-nilai moral yang mereka pegang teguh. Otoritas telekomunikasi setempat bahkan berulang kali mengancam akan menutup akses aplikasi ini.
baca juga: Pendaki Brasil Jatuh Di Rinjani: Seberapa Ekstrem Jalurnya?
Namun, larangan dan ancaman rupanya tidak menyurutkan minat warganet Pakistan. Masyarakat Pakistan tetap mempertaruhkan nyawa demi terus menggunakan TikTok sebagai platform hiburan favorit mereka.
Reaksi Publik dan Tuntutan Keadilan
Masyarakat Pakistan mulai geram dengan maraknya kasus kekerasan berbasis gender seperti ini. Banyak yang menuntut hukum lebih tegas terhadap pelaku, terutama yang mengatasnamakan “kehormatan”. Aktivis perempuan juga terus mendesak pemerintah untuk memberikan perlindungan lebih bagi kaum hawa, baik di dunia nyata maupun daring.
Sementara itu, keluarga korban masih berduka. Seorang ayah tega merenggut nyawa gadis 16 tahun itu—yang masih memiliki masa depan panjang—hanya karena persoalan sebuah aplikasi.
Pelajaran dari Tragedi Ini
Kasus ini seharusnya menjadi pengingat bagi semua orang: kekerasan bukanlah solusi. Daripada menggunakan cara ekstrem, komunikasi dan pemahaman seharusnya jadi jalan utama. Sayangnya, bagi sebagian orang di Pakistan, “kehormatan” masih dinilai lebih tinggi daripada nyawa manusia.
Kini, semua mata tertuju pada proses hukum yang akan dijalani sang ayah. Akankah keadilan benar-benar ditegakkan, atau lagi-lagi hanya menjadi formalitas belaka?