DENPASAR, Desapenari.id – Gubernur Bali, I Wayan Koster, langsung mengambil langkah tegas dengan memerintahkan agar mobil-mobil yang terendam air di basement Pasar Badung, Denpasar, segera diderek. Tindakan cepat ini, menurutnya, akan sangat mempermudah proses pembersihan sampah dalam skala besar. Bayangkan saja, masih ada sisa 210 ton sampah yang harus segera diangkat pasca-banjir dahsyat yang meluluhlantakkan Bali pada Rabu (10/9/2025) lalu. Koster pun dengan lugas menyatakan bahwa fokus utama saat ini adalah tiga hal: membersihkan puing-puing sampah, membantu korban yang terdampak, dan secepatnya memperbaiki infrastruktur yang rusak. “Saat ini, kita fokus bersih-bersih dulu,” tegas Koster pada Minggu (14/9/2025), menegaskan prioritas utama pemerintahannya.
Sementara itu, dari tingkat pusat, Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq, datang dengan solusi darurat. Beliau menyatakan bahwa seluruh sampah yang berhasil dikumpulkan akan segera dibawa ke TPA Suwung. Alasan utama kebijakan ini adalah karena sampah ini dikategorikan sebagai sampah spesifik langsung akibat bencana banjir. “Karena ini darurat, kita harus bertindak cepat. Seluruh sampah dalam jangka waktu paling lama satu bulan ini akan kita angkut semua ke Suwung untuk ditangani secara khusus di sana,” jelas Hanif dengan penuh keyakinan. Namun, ia juga mengingatkan, “Proses pembersihan sampah sisa yang menyumbat sungai dan saluran air mungkin masih membutuhkan waktu beberapa hari lagi.”
Lebih jauh, Hanif memberikan analisis mendalam dengan menyoroti akar masalahnya. Ia berpendapat bahwa kondisi alam Bali saat ini sudah tidak lagi mampu menahan curah hujan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa kita memerlukan upaya-upaya restorasi yang serius untuk mengembalikan kemampuan alam Bali, khususnya dalam meningkatkan ketahanannya menghadapi perubahan iklim yang semakin dramatis dan tidak terduga.
Berdasarkan data resmi dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, komposisi sampah banjir ini sangatlah kompleks. Sampah tersebut tidak hanya terdiri dari potongan kayu dan pohon-pohon yang tumbang, tetapi juga sampah organik, serta aneka sampah anorganik seperti beton, lumpur, plastik, logam, kain, kaca, dan karet. Yang lebih mengkhawatirkan, petugas juga menemukan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari barang-barang hanyut maupun reruntuhan bangunan yang roboh, yang tentunya membutuhkan penanganan khusus.
Di sisi lain, dampak dari bencana ini sungguh memilukan. Selain menyebabkan kerusakan parah pada jalan, jembatan, serta puluhan rumah warga, banjir bandang di Bali telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Berdasarkan data pemerintah daerah, tragedi ini merenggut 17 nyawa. Rincian korban jiwa tersebar di 11 orang di Kota Denpasar, tiga orang di Kabupaten Gianyar, dua orang di Kabupaten Jembrana, dan satu orang di Kabupaten Badung. Akhirnya, para ahli menyimpulkan bahwa banjir mematikan ini dipicu oleh hujan lebat ekstrem yang berasal dari fenomena gelombang ekuatorial Rossby yang telah terjadi sejak awal pekan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com