JAKARTA, desapenari.id – Waspada Puting Beliung hingga Juni, Cuaca Ekstrem Mengintai di Masa Pancaroba. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi angin puting beliung yang masih mengancam berbagai wilayah Indonesia hingga Juni 2025. Cuaca ekstrem ini erat kaitannya dengan masa pancaroba, di mana peralihan musim sering memicu fenomena alam yang tidak terduga.
“Kondisi ini memang saling berkaitan,” tegas Senior Forecaster Cuaca BMKG, Riefda Novikarany, dalam laporan KompasTV, Senin (12/5). Ia menjelaskan, salah satu pemicu utamanya adalah pembentukan awan kumulonimbus—awan gelap berbentuk bunga kol yang membawa hujan lebat, angin kencang, serta petir.
*BMKG menyatakan forecaster kesulitan memprediksi puting beliung karena sifatnya lokal dan singkat (1-7 menit, radius 4 km). Masyarakat dapat mengenali tanda-tandanya.*
“Waspadai awan kumulonimbus gelap – bisa picu hujan deras, petir, dan angin kencang,” imbau Riefda.
Dalam tiga hari ke depan, awan kumulonimbus akan tumbuh lebih intensif di Sumatera Barat, Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua.
Baru-baru ini, angin puting beliung menerjang RT01 RW08 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, pada Minggu (11/5) malam hingga Senin dini hari Akibatnya, 55 rumah mengalami kerusakan. “Wilayah kami belum pernah mengalami puting beliung sebelumnya,” jelas seorang warga yang rumahnya rusak akibat angin kencang.
BMKG menekankan, cuaca ekstrem seperti ini kerap terjadi selama masa transisi dari musim hujan ke kemarau. “Masyarakat harus tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama di daerah terbuka yang rawan terbentuknya puting beliung,” pesan Riefda.
Ia juga mengimbau agar masyarakat selalu memantau informasi cuaca sebelum beraktivitas di luar ruangan. “Pastikan untuk memeriksa prakiraan BMKG terlebih dahulu agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan,” tambahnya.
Selain ancaman puting beliung, BMKG juga mengingatkan potensi kekeringan di beberapa wilayah yang tidak mengalami hujan dalam beberapa hari.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, BMKG mendorong masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti perkembangan informasi terbaru. “Kesiapan dan pemahaman akan tanda-tanda alam bisa mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan,” pungkas Riefda