Berita

Buta Usai Operasi Katarak di RSU Pindad, Pria Malang Laporkan Dokter dan RS ke Polisi

Posted on 27 September 202527 September 2025

by eko satrio

MALANG, Desapenari.id – Sebuah laporan malapraktik yang mengguncang dunia kesehatan di Malang akhirnya mencuat ke permukaan. Pada Jumat (26/9/2025), Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Pindad di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, beserta seorang dokter spesialis mata, dr. R, secara resmi harus berhadapan dengan penyidik Polres Malang. Keduanya menghadapi laporan pidana yang diajukan oleh mantan pasiennya sendiri, Yulianto (47), seorang warga Kelurahan Dampit. Dengan penuh kekecewaan, pria ini melaporkan kedua pihak tersebut setelah operasi katarak yang dijalaninya justru berujung pada tragedi: kehilangan penglihatan total.

Awalnya, Yulianto hanya berniat untuk menyembuhkan gangguan penglihatan yang dialaminya. Kemudian, dengan penuh harap, ia pun memutuskan untuk berobat ke Klinik Cakra, yang merupakan bagian dari RSU Pindad, pada tahun 2024. Saat itu, diagnosis yang diberikan kepada nya terlihat sangat jelas dan sederhana. “Saat itu saya langsung divonis katarak. Sehingga solusinya kalau ingin sembuh, maka harus operasi mata,” tutur Yulianto mengisahkan awal mula petaka ini, saat ditemui pada Jumat (26/9/2025).

Sebagai seorang pasien yang bijak, Yulianto ternyata tidak serta merta menerima tawaran operasi tersebut. Sebelum mengambil keputusan, ia secara aktif menanyakan tingkat keamanan dan prosentase keberhasilan prosedur tersebut. Nah, yang membuatnya kemudian yakin adalah jaminan mutlak yang diberikan oleh pihak klinik. “Persentase keberhasilannya katanya 100 persen. Oleh karena itu saya berani operasi. Seandainya kalau bilang 80 persen, mungkin saya tidak akan melanjutkan operasi,” ucapnya dengan suara penuh penyesalan. Jaminan inilah yang kemudian menjadi pemicu utama keberaniannya untuk menjalani operasi.

Akan tetapi, alih-alih mendapatkan penglihatan yang jernih, malapetaka justru menghampirinya. Pasca operasi, kondisi mata Yulianto malah mengalami kemunduran yang sangat drastis. Bukannya sembuh, penglihatannya justru hilang sama sekali dan tidak dapat diselamatkan lagi. Bahkan, kondisi tragis itu diperparah dengan pendarahan hebat yang terjadi pada matanya. Sungguh, hasil yang sangat bertolak belakang dengan janji manis 100% kesuksesan yang sebelumnya di dengungkan.

Menghadapi komplikasi yang serius ini, pihak rumah sakit konon langsung menawarkan solusi lebih lanjut. Namun, Yulianto yang sudah trauma berat menolak tawaran tersebut secara tegas. “Saat itu saya ditawari oleh pihak rumah sakit untuk operasi ulang. Tapi saya tidak mau, karena trauma,” katanya dengan tegas. Rasa percayanya kepada rumah sakit dan dokter yang menanganinya telah pudar seketika, berganti dengan trauma mendalam.

Di sisi lain, kuasa hukum Yulianto, Agus Salim Ghozali, menjelaskan bahwa jalur hukum ditempuh setelah upaya damai menemui jalan buntu. Pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai upaya komunikasi dengan manajemen RSU Pindad untuk membahas kompensasi atas kondisi mata kliennya. Sayangnya, hasil dari komunikasi tersebut tidak membuahkan hasil. “Namun, RSU Pindad kekeh bahwa tindakan operasi yang dilakukan pada klien kami sudah sesuai prosedur,” ucap Agus dengan nada kecewa.

Lebih lanjut, Agus memaparkan alasan yang diberikan oleh rumah sakit untuk membebaskan diri dari tanggung jawab. RSU Pindad disebut-sebut mengalihkan penyebab kegagalan operasi kepada kondisi kesehatan Yulianto sendiri. Menurut rumah sakit, kegagalan operasi tersebut terjadi akibat Yulianto tengah menderita diabetes melitus. Akan tetapi, argumen ini justru ditangkis secara tajam oleh Agus. “Tapi seharusnya kalau sudah tahu klien kami mengalami diabetes, dokter tidak memaksakan operasi,” kata Agus dengan logika yang tegas. Ia menegaskan bahwa seharusnya dokter memiliki kewajiban untuk menilai kelayakan pasien sebelum melakukan tindakan berisiko tinggi.

Sementara itu, dari pihak kepolisian, Kanit III Satreskrim Polres Malang, Ipda Andreas, membenarkan bahwa laporan tersebut telah diterima dan proses penyelidikan sudah dimulai. “Kami sudah melakukan pemeriksaan kepada korban,” ujarnya. Sebagai langkah lanjutan, polisi berencana untuk segera memanggil dokter terkait serta pihak manajemen rumah sakit untuk dimintai keterangan. Dengan demikian, proses hukum untuk mengungkap kebenaran dan mencari keadilan bagi Yulianto kini telah bergulir secara resmi.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com