JAKARTA, Desapenari.id – Dalam sebuah langkah mengejutkan yang langsung menyita perhatian publik, delapan fraksi di DPR akhirnya bersepakat bulat untuk menghapus tunjangan perumahan senilai Rp 50 juta per bulan yang selama ini mereka terima. Kesepakatan bersejarah ini bukan hanya sekadar wacana, melainkan sebuah keputusan konkret yang diambil setelah Ketua DPR, Puan Maharani, memimpin rapat tertutup bersama seluruh delapan pimpinan fraksi di gedung parlemen.
Selanjutnya, melalui siaran pers resmi yang dikeluarkan pada Kamis (4/9/2025), Puan dengan tegas menyatakan, “Semua Ketua Fraksi sepakat menghentikan tunjangan perumahan bagi anggota, dan secara simultan juga melakukan moratorium kunjungan kerja bagi anggota dan komisi-komisi DPR.” Tak hanya itu, rapat penting ini juga dihadiri oleh seluruh Wakil Ketua DPR, yaitu Sufmi Dasco Ahmad, Saan Mustofa, dan Cucun Ahmad Syamsurijal, yang semakin menegaskan keseriusan lembaga ini dalam merespons aspirasi rakyat.
Selain memfokuskan pembahasan pada penghapusan tunjangan yang kontroversial itu, Puan juga mengungkapkan bahwa rapat tersebut secara khusus membahas berbagai tuntutan masyarakat yang semakin vokal terhadap kinerja DPR. Sebagai konsekuensinya, Puan memastikan bahwa DPR akan segera melakukan reformasi kelembagaan secara besar-besaran agar benar-benar bisa memenuhi harapan dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat luas.
“Saya sendiri yang akan memimpin reformasi DPR ini,” tegas politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu dengan penuh keyakinan. “Prinsipnya kami DPR akan terus berbenah dan memperbaiki diri. Apa yang menjadi aspirasi masyarakat pasti akan kami jadikan masukan yang membangun,” sambungnya, memberikan sinyal kuat bahwa perubahan yang lebih baik sedang menuju ke arah yang tepat.
Latar Belakang Kontroversi Tunjangan Perumahan
Sebelumnya, tunjangan perumahan fantastis sebesar Rp 50 juta per bulan itu telah menjadi pemantik utama gelombang demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir. Kontroversi ini bahkan semakin memanas setelah sejumlah anggota DPR membuat pernyataan yang dinilai publik sangat tidak sensitif, di mana mereka menganggap angka tersebut adalah hal yang wajar untuk diterima oleh para legislator.
Akibatnya, demonstrasi pun meluas dengan cepat; berbagai elemen masyarakat, dari mahasiswa hingga kelompok civil society, turun ke jalan secara serentak untuk menuntut DPR segera mencabut tunjangan “jumbo” yang dinilai tidak masuk akal tersebut. Tekanan dari masyarakat ini begitu kuatnya hingga akhirnya memaksa Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan menggelar pertemuan darat dengan delapan ketua umum partai politik di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Minggu (31/8/2025).
Pada kesempatan itu, Prabowo menyampaikan hasil pertemuannya, “Para pimpinan DPR menyampaikan akan dilakukan pencabutan beberapa kebijakan DPR RI, termasuk besaran tunjangan anggota DPR dan juga moratorium kunjungan kerja ke luar negeri.” Dengan demikian, keputusan final yang diumumkan oleh Puan beberapa hari kemudian merupakan bentuk realisasi dari komitmen yang telah disampaikan sebelumnya kepada Presiden.
Sebuah Kemenangan bagi Rakyat
Kini, keputusan penghapusan tunjangan ini tidak hanya dilihat sebagai sebuah langkah penghematan anggaran negara, tetapi lebih dari itu, ia merupakan simbol kemenangan demokrasi dimana suara rakyat benar-benar didengar dan diakomodasi oleh para wakilnya di parlemen. Langkah moratorium kunjungan kerja ke luar negeri juga mendapat apresiasi luas, karena selama ini sering dikritik sebagai ajang piknik dengan dalih kerja.
Dengan komitmen reformasi yang dipimpin langsung oleh Ketua DPR, publik berharap bahwa ini adalah awal dari sebuah transformasi besar menuju DPR yang lebih akuntabel, transparan, dan benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat. Semoga langkah berani ini tidak berhenti di sini, tetapi akan diikuti dengan berbagai kebijakan lainnya yang pro-rakyat dan mengutamakan efisiensi keuangan negara.
Semua mata kini tertuju pada DPR, menanti realisasi dari semua janji reformasi tersebut. Masyarakat pun siap mengawasi setiap langkah yang diambil, memastikan bahwa aspirasi mereka tidak lagi diabaikan dan bahwa tunjangan-tunjangan lainnya yang tidak perlu juga akan dievaluasi ulang. Inilah momen dimana DPR membuktikan bahwa mereka memang benar-benar #DPRUntukRakyat.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com