JAMBI, Desapenari.id – Dunia maya digemparkan oleh sebuah video viral yang memperlihatkan kenyataan pahit di balik indahnya masa kecil. Video itu menampilkan seorang bocah laki-laki, yang masih seharusnya seragam putih-merah, justru sedang diinterogasi terkait dugaan pesta sabu-sabu di Dusun Tebing Tinggi Uleh, Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Muara Bungo. Lebih tepatnya, yang membuat publik tercengang adalah pengakuan lugu sang bocah tentang harga “paket hemat” barang haram tersebut.
Dalam video yang menyebar bak virus itu, seorang pria dengan tegas menanyai bocah tersebut. Kemudian, dengan polosnya, bocah itu mengiyakan dan bahkan menyebut angka yang membuat kita semua merinding: “Rp 30.000.” Bayangkan, dengan uang yang mungkin untuk jajan seminggu, seorang anak bisa mendapatkan racun yang merusak masa depannya. “Berapa kamu beli,” tanya perekam video. Tanpa ragu, bocah itu langsung membalas, “Rp 30.000.” Singkat, namun dampaknya luar biasa dahsyat bagi yang menyaksikan.
Namun, tunggu dulu, ternyata kisah pilu ini tidak berhenti di situ. Pasalnya, dalam rekaman yang sama, bocah tersebut membongkar fakta yang lebih mengerikan lagi. Ia mengaku tidak melakukannya sendirian. Dengan jelas, ia menyebut ada sejumlah teman sebayanya yang ikut serta dalam lingkaran hitam itu. Beberapa temannya mengonsumsi sabu-sabu, sementara yang lain memilih untuk menghirup lem aibon. Lebih detail, ia menyebut ada tiga teman yang ikut memakai sabu, dan tiga lainnya asyik dengan lem. Sungguh, gambaran yang sangat memilukan untuk usia mereka yang masih belia.
Kemudian, muncul respons dari aparat berwajib. Kapolres Bungo, AKBP Natalena Eko Cahyono, akhirnya angkat bicara untuk memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa meski video tersebut baru viral belakangan ini, sebenarnya kejadiannya sudah lama, yaitu pada 2024. Video lama itu kembali menyita perhatian setelah diunggah ke media sosial Facebook sekitar sepekan lalu. “Itu video lama, dan sudah diklarifikasi,” kata Natalena saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (3/12/2025). Namun, penjelasan ini sama sekali tidak mengurangi urgensi dari masalah yang diangkat.
Setelah video tersebut ramai dan memicu gelombang keprihatinan publik, pihak kepolisian pun langsung bergerak cepat. Mereka tidak tinggal diam. Sweeping atau razia langsung dilakukan ke rumah terduga pengedar yang namanya disebut dalam video. “Kasat Narkoba dan Kapolsek Tanah Tumbuh sudah menindaklanjuti dengan melibatkan masyarakat melakukan razia,” tegas Natalena. Aksi ini menunjukkan komitmen mereka untuk menindak tegas para bandar yang tega meracuni generasi muda. Dengan melibatkan masyarakat, upaya pemberantasan menjadi lebih masif dan terasa dampaknya.
Viralnya video bocah SD di Jambi ini adalah alarm keras bagi kita semua. Ia membuktikan bahwa ancaman narkoba sudah merambah ke kelompok usia yang sangat rentan. Harga “paket hemat” Rp 30.000 adalah simbol betapa mudahnya racun itu diakses. Meski video adalah rekaman lama, bahaya yang ditunjukkan tetap aktual dan nyata. Tindakan cepat polisi dengan melakukan sweeping patut diapresiasi, namun perang melawan narkoba membutuhkan peran serta aktif keluarga, sekolah, dan seluruh elemen masyarakat. Mari jaga anak-anak kita, karena masa depan bangsa ada di pundak mereka, bukan dalam bungkusan “paket hemat” yang justru menghancurkan segalanya.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

