PAMEKASAN, Desapenari.id – Bayangkan puluhan perahu nelayan di Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, hanya teronggok di pinggir pantai. Pada kenyataannya, mereka sama sekali tidak melaut akibat sebuah kendala besar: kesulitan memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Bio Solar. Akibatnya, kondisi memilukan ini secara paksa menghentikan aktivitas melaut sebagian besar nelayan karena mereka kehilangan bahan bakar vital untuk menggerakkan mesin perahu mereka.
Tanpa basa-basi lagi, mari kita lihat skalanya. Wardan, seorang pemilik perahu, dengan gamblang mengungkap fakta bahwa dari sekitar 200 nelayan di desanya, hanya segelintir yang masih bisa berjuang melaut. Selebihnya, terpaksa memilih beristirahat di rumah lantaran sama sekali tidak bisa membeli Bio Solar. “Disini banyak sekali nelayan yang tidak bisa bekerja karena solar sulit. Mungkin sekitar sekitar 50 perahu tidak melaut,” paparnya, pada Kamis (25/12/2025). Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa nelayan yang masih bertahan pun harus mengorbankan jadwal operasional mereka. Alhasil, perahu yang biasanya menjelajah laut selama lima hari, kini hanya sanggup melaut maksimal tiga hari.
Lalu, sejak kapan sebenarnya krisis ini mulai menghantam? Menurut penuturan Wardan, kelangkaan Bio Solar sudah dirasakan gejalanya sejak awal Desember 2025 dan kemudian menjadi semakin parah dalam sepekan terakhir. “Kami tidak bisa bekerja selama solar belum pulih ketersediaannya. Sebab, solar salah satu kebutuhan utama bagi nelayan,” tegasnya dengan nada prihatin. Sejak awal Desember itu pula, pom bensin nelayan (pom nelayan) di Desa Branta Pesisir dilaporkan jarang membuka layanan. Bahkan, dalam sepekan terakhir, pom tersebut sudah tutup total!
Mendengar cerita itu, kita pasti bertanya-tanya: bagaimana nasib nelayan lain? Rahmad (38), seorang nelayan setempat, mengonfirmasi bahwa kondisi ini benar-benar melumpuhkan. “Banyak yang tidak bisa melaut. Membeli ke SPBU juga dibatasi dan sering kosong,” keluhnya. Menurut penjelasannya, pom nelayan setempat tidak lagi mendapat suplai Bio Solar dari Pertamina sejak sepekan terakhir. Padahal, kebutuhan bahan bakar untuk melaut tetap berjalan seperti biasa. Dengan kata lain, pasokan terputus sementara kebutuhan terus mendesak.
Di tengah keluhan para nelayan, bagaimana tanggapan pihak berwenang? Sementara itu, dari kubu Pertamina, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menyatakan hal berbeda. Ia menegaskan bahwa kuota Bio Solar untuk Kabupaten Pamekasan telah mereka salurkan sesuai ketentuan. “Stok solar untuk Pamekasan tersedia. Kalau ada kekosongan bersifat sementara karena dalam proses pengiriman,” klaimnya. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa Pertamina Patra Niaga memastikan stok BBM subsidi di wilayah Madura, khususnya Bio Solar, berada pada tingkat yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tak berhenti di situ, Pertamina juga mengaku sedang memperketat layanan. Tujuannya, agar penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran kepada konsumen yang berhak serta meminimalkan potensi penyelewengan oleh pihak yang tidak berwenang. Terakhir, Pertamina mengimbau masyarakat agar menggunakan BBM subsidi secara bijak dan sesuai kebutuhan. Namun, imbauan ini tampaknya belum menjawab langsung jeritan puluhan nelayan di Branta Pesisir yang perahunya masih terparkir tak berdaya.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

