Berita

Misi Berat Evakuasi Ponpes Al Khoziny Dimulai, 5 Crane Dikerahkan Atas Persetujuan Para Keluarga

Posted on 3 Oktober 20253 Oktober 2025

by eko satrio

Desapenari.id – Tim SAR Gabungan akhirnya memutuskan untuk mengalihkan fokus operasi mereka dari pencarian korban hidup ke evakuasi puing-puing mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagai langkah logis berikutnya, mereka mengambil keputusan berat ini setelah alat pemindai canggih sama sekali tidak lagi mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan di balik reruntuhan. Perlu kita catat bersama, korban terakhir yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat telah mereka bawa keluar pada Rabu (1/10/2025) malam. Setelah momen haru itu, tim SAR kemudian secara intensif mengerahkan drone thermal untuk memindai area, sayangnya hasilnya benar-benar nihil.

Untuk memperkuat keputusan ini, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dengan tegas menyampaikan bahwa seluruh indikator ilmiah sudah tidak menunjukkan adanya kehidupan. “Secara fakta ilmiah, kami sama sekali tidak lagi menemukan tanda-tanda kehidupan. Sebagai bentuk kehati-hatian tertinggi, kami bahkan memberi waktu jeda dari sore kemarin sampai tadi pagi,” jelas Suharyanto dengan nada berat pada Kamis (2/10/2025).

Lalu, apa yang sebenarnya mendasari Tim SAR menghentikan pencarian manual? Ternyata, sejak Rabu malam, petugas dengan sigap telah mensterilkan area reruntuhan dari segala kebisingan. Tujuan strategisnya jelas, mereka ingin memastikan tidak ada suara korban sekecil apa pun yang terlewat oleh alat pendeteksi super sensitif mereka. Namun sayangnya, hingga Kamis pagi, hasilnya tetap sama: tidak ada tanda kehidupan. Oleh karena itu, tim gabungan pun dengan berat hati memutuskan untuk menghentikan pencarian manual dan beralih ke fase evakuasi dengan melibatkan alat berat. “Pada akhirnya, karena sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan), tim gabungan memutuskan untuk masuk ke tahap selanjutnya,” papar Suharyanto.

Kini, mereka telah memasuki fase baru dengan mengerahkan lima unit crane besar yang langsung bekerja mengangkat puing-puing bangunan. Langkah operasional ini secara tegas menandai bahwa operasi sudah tidak lagi mempertimbangkan kemungkinan adanya korban selamat. “Dengan terus terang kami sampaikan, tahap evakuasi dengan alat berat ini risikonya jelas tidak lagi mempertimbangkan kemungkinan ada yang masih selamat,” tambah Suharyanto secara transparan.

Lantas, bagaimana tanggapan keluarga korban menyambut keputusan sulit ini? Yang patut diapresiasi, sebelum mengerahkan alat berat, tim SAR terlebih dahulu menggelar diskusi terbuka dengan para keluarga korban. Dalam forum tersebut, mereka memberikan dua opsi realistis: melanjutkan pencarian manual yang peluang menemukan korban hidupnya sangat kecil, atau segera mengevakuasi puing dengan alat berat untuk mempercepat proses. Menurut penuturan Suharyanto, keluarga korban akhirnya menyepakati opsi penggunaan alat berat. “Kami memahami, beberapa keluarga tentu langsung bersedih, namun tidak satu pun keluarga yang meminta kami melanjutkan pencarian korban hidup. Mereka justru memutuskan agar kami segera mengevakuasi menggunakan alat berat,” ungkapnya.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi, tim SAR kemudian membuat berita acara resmi yang ditandatangani oleh perwakilan keluarga. “Dan untuk memperkuat legalitasnya, kami membuat berita acara yang ditandatangani oleh perwakilan warga yang keluarganya menjadi korban. Proses ini membuktikan bahwa kami tidak bertindak sesuai keinginan sendiri,” tegas Suharyanto.

Lalu, berapa sebenarnya jumlah korban dalam musibah yang menyedihkan ini? Hingga Kamis (2/10/2025), total korban yang tercatat mencapai 108 orang. Dari angka tersebut, tim SAR telah berhasil mengevakuasi 18 korban, dengan rincian lima dinyatakan meninggal dunia dan 103 orang dinyatakan selamat. Sementara itu, sebanyak 59 orang masih belum dapat dipastikan keberadaannya. Namun, tim SAR masih berharap, angka 59 ini tidak seluruhnya merupakan korban yang tertimbun. Pasalnya, beberapa keluarga sebelumnya melapor kehilangan, tetapi anaknya kemudian ditemukan dalam keadaan selamat. “Kami tegaskan sekali lagi, apakah benar 59 atau tidak, kami belum tahu. Semoga saja, jumlahnya tidak sebanyak itu,” harap Suharyanto.

Mengenai penyebab musibah, dugaan kuat mengarah pada kegagalan konstruksi sebagai biang keladinya. Struktur bangunan mushala tiga lantai itu diduga tidak mampu menahan beban yang melebihi kapasitasnya. Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin (29/9/2025) sore, tepat ketika para santri sedang khusyuk melaksanakan salat ashar.

Kini, dengan telah beralihnya operasi ke fase evakuasi alat berat, tim SAR berkomitmen penuh untuk terus bekerja hingga seluruh puing bersih dan semua korban berhasil ditemukan. “Sampai kapan? Jawabannya tegas: sampai bersih, sampai semua korban yang tercatat dalam data kami berhasil ditemukan,” pungkas Suharyanto menutup pernyataannya.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com