KATHMANDU, Desapenari.id – Nepal menyambut era baru! Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung, resmi melangkah sebagai perdana menteri sementara pada Jumat (12/9/2025). Pelantikan ini menandai sejarah gemilang: Karki menjadi perempuan pertama yang memimpin Nepal, di tengah gejolak kerusuhan yang mengguncang negara itu.
Karki mengukir namanya di buku sejarah setelah gelombang demonstrasi besar-besaran meletus pada Senin (8/9/2025) hingga Selasa (9/9/2025). Aksi protes yang berujung ricuh itu membakar semangat perubahan di Kathmandu. Kini, Karki berdiri di garis depan untuk memimpin bangsa menuju stabilitas.
Dalam upacara sederhana namun penuh makna, Karki mengucap sumpah jabatan. Pelantikan ini lahir dari kesepakatan antara Presiden Nepal Ram Chandra Poudel dan para pemimpin demonstrasi antikorupsi. Kesepakatan itu, seperti dilansir BBC, tercipta setelah diskusi panjang dengan pakar hukum dan difasilitasi oleh Kepala Staf Angkatan Darat Nepal. Hasilnya? Karki resmi menjadi tumpuan harapan baru Nepal.
Namun, jalan menuju pelantikan Karki tidaklah mudah. Gelombang protes yang mengguncang ibu kota memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri. Demonstrasi ini dipicu oleh kemarahan rakyat terhadap korupsi merajalela dan ketimpangan sosial yang mencolok antara pejabat dan masyarakat biasa. Situasi kian memanas ketika pemerintah memblokir 26 platform media sosial, termasuk WhatsApp, Instagram, dan Facebook. Kebijakan itu memicu amuk massa yang tak terbendung.
Meski pemblokiran media sosial akhirnya dicabut pada Senin, kobaran protes tetap membesar. Massa membakar gedung parlemen dan beberapa kantor pemerintahan di Kathmandu. Akibatnya, parlemen resmi dibubarkan pada Jumat malam (12/9/2025), dengan pemilu umum dijadwalkan pada 5 Maret 2026. Kini, Karki menghadapi tugas berat untuk memimpin pemerintahan transisi di tengah situasi yang masih panas.
Dalam waktu dekat, Karki akan menunjuk anggota kabinet untuk membantunya menavigasi krisis. Ia dikenal sebagai sosok bersih, bebas dari noda korupsi, dan mendapat dukungan kuat dari para pemimpin mahasiswa Generasi Z. Dukungan ini menjadi angin segar bagi pemerintahan transisinya, yang bertugas memulihkan ketertiban, membangun kembali gedung-gedung yang rusak, dan menenangkan publik yang khawatir akan masa depan demokrasi Nepal. Selain itu, Karki juga harus memastikan para pelaku kekerasan diadili secara adil.
Pada Selasa, Karki menunjukkan kepeduliannya dengan mengunjungi lokasi protes di Kathmandu, tempat 19 orang kehilangan nyawa sehari sebelumnya. Ia juga menyempatkan diri menjenguk korban luka di rumah sakit, menegaskan komitmennya untuk merangkul rakyat di tengah krisis.
Siapa Sushila Karki?
Karki bukan nama asing di panggung politik Nepal. Ia lahir dari keluarga yang memiliki ikatan erat dengan dinasti politik Koirala dari Partai Kongres Nepal. Perjalanan kariernya semakin kokoh berkat dukungan suaminya, Durga Subedi, seorang pemimpin penting di partai tersebut. Pada 2016, Ia mencatat sejarah sebagai Ketua Mahkamah Agung Nepal, sebuah posisi yang menempatkannya sebagai figur hukum terkemuka.
Namun, kariernya tak luput dari badai. Selama menjabat sebagai hakim agung, Karki menghadapi proses pemakzulan yang berlangsung selama 11 bulan. Meski begitu, ia berhasil bangkit dan kini dipercaya memimpin Nepal di saat krisis. Citranya yang bersih dan integritasnya menjadikannya sosok yang dihormati, terutama di kalangan generasi muda.
Sementara itu, suasana di Kathmandu masih tegang. Militer terus berpatroli di jalanan untuk menjaga keamanan setelah kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade. Pemerintah hanya melonggarkan pembatasan sebentar, memberikan kesempatan bagi warga untuk membeli kebutuhan pokok. Di tengah situasi ini, Karki menghadapi tantangan besar: menyatukan bangsa, memulihkan kepercayaan rakyat, dan membuktikan bahwa demokrasi Nepal tetap berdiri kokoh.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com