Desapenari.id – Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Polres Indramayu justru mengeluarkan alarm peringatan keras untuk para pengendara di Jalur Pantura. Alarm ini mereka pasang secara harfiah berupa spanduk larangan besar-besaran yang terpampang di sekitar Jembatan Sewo. Jembatan ini bukan sembarang jembatan, melainkan gerbang perbatasan antara Kabupaten Indramayu dan Subang yang jadi sorotan. Intinya, polisi dengan tegas melarang keras tradisi melempar uang di atas jembatan tersebut.
Lantas, mengapa pihak kepolisian begitu serius? Ternyata, Kasat Lantas Polres Indramayu, AKP Rizky Aulia Pratama, menegaskan bahwa larangan ini punya misi besar: menjaga keselamatan nyawa. Terlebih, saat arus kendaraan membludak pada puncak momen Nataru nanti, aktivitas sepele seperti melempar uang bisa berubah menjadi pemicu kekacauan yang fatal. “Jangan anggap remeh! Larangan melempar koin ini kami buat bukan cuma untuk ketertiban, tapi terutama demi keselamatan bersama. Aktivitas ini berisiko tinggi memicu kecelakaan bagi pengendara maupun warga sekitar,” tegas Rizky di Kantor Polres, Sabtu lalu.
Selain itu, Satlantas Polres Indramayu juga memfokuskan pengawasannya pada sebuah aktivitas unik yang mengikuti tradisi lempar uang tersebut, yaitu para “penyapu koin”. Nah, keberadaan para penyapu koin ini ternyata punya kaitan erat dengan legenda mistis yang sangat melekat di hati masyarakat. Ceritanya berkisar tentang kakak beradik Saedah dan Saeni yang sudah seperti dongeng turun-temurun. Beberapa versi mengisahkan mereka sebagai pengemis miskin, sementara versi lain yang lebih magis menyebut mereka adalah penari ronggeng yang berubah wujud menjadi buaya penunggu Jembatan Sewo!
Karena legenda inilah, kemudian muncul keyakinan turun-temurun di kalangan pengendara. Banyak yang percaya, dengan melempar uang di jembatan itu, mereka akan mendapatkan perlindungan dan keselamatan selama perjalanan di Pantura. Tak hanya itu, sebagian lainnya meyakini ritual itu bisa mendatangkan berkah dan keuntungan dalam hidup. Uang-uang receh yang berhamburan itu akhirnya dimanfaatkan oleh sebagian warga sebagai ‘rezeki’ dengan hanya bermodalkan sebuah sapu. Meski terlihat seperti simbiosis mutualisme, pihak kepolisian justru melihat bahaya besar yang mengintai.
Oleh karena itu, AKP Rizky dengan tegas menilai aktivitas berebut uang di tengah badan jalan itu sangat membahayakan. Apalagi, saat momen Nataru tiba dimana lalu lintas sudah padat merayap, aksi menyapu koin ini jelas akan menjadi gangguan dan titik rawan kecelakaan baru. Sebagai langkah antisipasi, Rizky pun sudah memerintahkan anak buahnya untuk langsung turun ke lapangan. Mereka melakukan pendekatan secara humanis dan persuasif kepada para penyapu koin yang biasa mangkal. “Kami sudah menghimbau mereka agar menghentikan aktivitas berbahaya itu. Ini untuk keselamatan mereka sendiri dan juga para pengendara yang melintas,” jelasnya.
Selanjutnya, pendekatan persuasif dan edukatif menjadi senjata utama Satlantas dalam menangani masalah ini. Mereka berusaha membuat warga paham betul bahwa mengais rezeki di antara kendaraan yang melaju adalah taruhan nyawa. Tidak berhenti di situ, polisi juga aktif mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan serta. “Kami ingin mengajak semua pihak bersinergi menciptakan lalu lintas yang aman dan tertib. Ingat, keselamatan di jalan adalah tanggung jawab kolektif kita bersama,” ajak Rizky.
Akhirnya, melalui kombinasi pemasangan spanduk peringatan dan komunikasi langsung di lapangan, Polres Indramayu menegaskan posisinya. Semua aktivitas yang terkait dengan ritual lempar uang dan menyapu koin di area Jembatan Sewo resmi dilarang! Keputusan ini diambil semata-mata karena kedua aktivitas tersebut telah dinilai sebagai titik rawan yang sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan, terutama di tengah euforia dan kepadatan arus mudik Natal dan Tahun Baru mendatang.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com


casinos online paypal
References:
http://www.129koreaems.com/bbs/board.php?bo_table=free&wr_id=26514