Desapenari.id – Program Barak Militer Siswa Dedi Mulyadi Dilanjutkan?. Program pendidikan karakter di barak militer yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akhirnya menyelesaikan gelombang pertamanya pada Minggu (18/5/2025). Sebanyak siswa bermasalah dalam pergaulan menjalani pelatihan intensif di Resimen Armed 1/Sthira Yudha Purwakarta dan Dodik Bela Negara, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Banyak orang mengira program ini hanya bentuk hukuman, tetapi nyatanya, Dedi merancangnya sebagai pendekatan pendidikan berbasis disiplin dan tanggung jawab untuk membentuk karakter siswa dari nol.
Usai tahap pertama, Dedi Mulyadi secara terbuka meminta maaf atas segala kekurangan. Ia mengakui bahwa program perdana ini masih jauh dari sempurna.
“Awal tidak pernah sempurna, pasti ada kurangnya,” ujarnya lewat akun media sosial pada Rabu (21/5/2025).
Meski begitu, ia menegaskan komitmennya untuk terus memperbaiki program ini. “Tidak ada kesempurnaan dalam sebuah kegiatan, tapi kesempurnaan hanya lahir jika kita mau bekerja dan terus memperbaiki diri,” tambahnya.
Dedi belum memberikan kepastian resmi tentang kelanjutan program. Namun, dari pernyataannya, terlihat jelas bahwa ia tidak berencana menghentikan inisiatif ini. Justru, ia bertekad menyempurnakan konsep dan pelaksanaannya ke depan.
Ia juga berpesan kepada orang tua agar menyambut anak-anak mereka dengan kasih sayang setelah dua pekan menjalani pendidikan karakter. “Semoga anak-anak yang kembali ke pangkuan keluarga tumbuh dengan kultur dan karakter baru,” harapnya.
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) turut memberikan tanggapan. Ketua LPAI, Seto Mulyadi atau Kak Seto, mengapresiasi dampak positif program ini namun menekankan pentingnya evaluasi eksternal.
“Tetap harus dievaluasi sampai akhir. Kalau hasilnya positif, jangan ragu menjadikannya gerakan nasional,” tegas Kak Seto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/5/2025).
Ia menilai pendidikan formal dan informal di keluarga perlu dilengkapi pendekatan nonformal seperti program bela negara ini. “Saya terharu melihat perubahan anak-anak. Bahkan ada ibu yang sampai pingsan karena emosi,” ungkapnya.
Menurutnya, program semacam ini membuka potensi anak yang selama ini terhambat oleh lingkungan atau masalah keluarga. “Ini langkah gemilang,” ujarnya.
Baca Juga: LPAI Tetap Evaluasi Program Dedi Mulyadi
Di balik kesuksesan program, sebuah fakta mengharukan muncul: ternyata 13 peserta tak seorang pun datang menjemput mereka. Banyak dari siswa ini menghadapi keadaan keluarga yang berantakan, beberapa bahkan sudah kehilangan kedua orang tua. Yang paling menyayat hati, beberapa anak terpaksa berpisah dengan ibu mereka yang memilih bekerja sebagai TKW di negeri orang.
Melihat kondisi itu, Dedi langsung mengambil tindakan. Ia memutuskan menjadi orang tua angkat bagi ketiga belas anak tersebut. Baginya, program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan awal membangun peradaban baru di Tanah Sunda.
“Program ini langkah awal membangun peradaban baru, peradaban Tanah Sunda, warisan leluhur Siliwangi,” tegasnya.
Bagi Dedi, program ini bukti bahwa tindakan nyata jauh lebih bermakna daripada sekadar teori dan diskusi tanpa ujung.
“Memulai lebih baik daripada terus bermimpi dengan wacana akademis tak berujung,” tegasnya.
Ia pun berterima kasih kepada Panglima TNI, KSAD, Pangdam Siliwangi, Rindam Siliwangi, dan para pelatih yang telah membimbing peserta dengan penuh kasih sayang. “Cinta akan melahirkan semangat nasionalisme,” ujarnya.
Tak lupa, ia mengapresiasi para pengkritik. Menurutnya, kritik justru menjadi bahan refleksi untuk perbaikan ke depan.
Program pendidikan karakter Dedi Mulyadi telah membawa perubahan signifikan. Meski belum sempurna, komitmen untuk terus memperbaikinya membuat program ini layak diapresiasi. Dengan dukungan berbagai pihak, bukan tidak mungkin inisiatif ini menjadi model nasional.