SEMARANG, Desapenari.id – Sebuah peristiwa tragis sekaligus penuh teka-teki akhirnya tersingkap! Kematian seorang dosen di Semarang, Jawa Tengah, langsung menyulut banyak tanya. Pasalnya, sebuah fakta mengejutkan terungkap: seorang polisi berpangkat menengah ternyata bersama sang almarhumah sesaat sebelum jenazahnya ditemukan tewas di kamar hotel.
Kemarin, pada Selasa (18/11/2025), Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir secara resmi membeberkan awal cerita ini. Ia menyatakan bahwa korban yang berinisial D (35) ini petugas temukan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, yaitu telanjang. Lebih jauh lagi, ia menegaskan bahwa almarhum meninggal secara tidak wajar di sebuah hotel mewah di Jalan Telaga Bodas Raya, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, pada Senin (17/11/2025).
Selain itu, AKP Nasoir juga memberikan keterangan yang semakin menguatkan keberadaan orang lain di TKP. Ia mengungkapkan dengan jelas bahwa korban sebelumnya sempat bermalam bersama seorang laki-laki di dalam kamar hotel yang sama. “Inisialnya D, usia 35 tahun. Dia berdua dengan seseorang. Mereka satu kamar, sama laki-laki,” tegas Nasoir pada Selasa itu.
Namun, yang bikin heboh adalah ini: Saksi Kuncinya Justru Oknum Polisi Berpangkat AKBP!
Di sisi lain, sebuah sumber terpercaya dari kalangan internal kampus ikut angkat bicara. Ketua Umum Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan, dengan berani menyatakan sebuah fakta yang semakin mengerucut. Menurut penuturannya, koleganya yang seorang dosen itu justru ditemukan tewas oleh oknum polisi sendiri di tempat kejadian perkara (TKP).
Lebih detail lagi, Jansen memaparkan identitas korban yang merupakan perempuan lajang dan telah mengabdikan diri sebagai dosen hukum pidana di Untag. Yang paling mencengangkan, ia menegaskan bahwa korban ditemukan dalam keadaan tanpa busana oleh saksi utama yang bukan orang sembarangan, melainkan seorang anggota Polri berinisial B (56)! Oknum ini berpangkat AKBP dan bahkan menduduki jabatan strategis sebagai Kasubdit Dalmas Ditsamapta Polda Jateng.
“Kematian ini jelas sesuatu yang tidak wajar,” ungkap Jensen dengan penuh keyakinan saat dikonfirmasi, Selasa malam. Ia kemudian memaparkan alasan logisnya, “Sebab, jenazah ditemukan tewas pada pukul 05.30 WIB, waktu yang sangat pagi. Lalu, pertanyaannya, kenapa bisa ada seorang oknum polisi yang kebetulan menjadi saksi kunci dan berada di TKP pada jam segitu?”
Nah, yang bikin cerita ini makin rumit adalah ini: Korban Ternyata Sudah ‘Kenal’ dengan Sang Oknum Polisi!
Sebelum meninggal dunia, korban sempat menceritakan sosok polisi ini kepada rekan-rekannya. Meski kita harus tetap menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah, fakta bahwa oknum polisi itu dekat dengan korban tidak bisa kita pungkiri.
“Dia (korban) sempat bercerita kepada saya,” kisah Jansen, mengutip perkataan almarhumah. “Karena korban tahu saya ini aktivis yang sering demo, dia bilang, ‘Ibu punya teman polisi, dia Kasubdit Pengendalian Massa. Jangan-jangan kalian sering ketemu pas demo, soalnya kan demo itu pasti urusannya berkaitan dengan urusan pengendalian massa’.” Percakapan singkat ini akhirnya menjadi petunjuk penting yang mengaitkan sang oknum dengan kehidupan korban.
Oleh karena itu, dengan landasan bukti dan keterkaitan yang kuat ini, para alumni secara serentak mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian dosennya. Mereka dengan lantang menyuarakan harapan agar penanganan kasus ini diungkap secara transparan, tanpa ada yang ditutup-tutupi. “Kami selaku ikatan alumni Untag mendesak kepolisian agar kasus ini dibuktikan secara terang benderang!” tegas Jansen. “Dan yang paling penting, jangan sampai ada upaya untuk melindungi oknum tertentu,” harapnya penuh tekanan.
Lalu, Bagaimana Hasil Penyidikan Awal Polisi? Mereka Klaim Tidak Temukan Tanda Kekerasan!
Menanggapi desakan publik, Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Andika Dharma Sena akhirnya memberikan konfirmasi mengenai perkembangan penyelidikan. Pihaknya menyatakan bahwa meskipun secara sekilas visum luar tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, mereka tetap akan melakukan prosedur standar.
“Memang, sekilas dari visum luar tidak ada tanda-tanda kekerasan ya,” akui Andika. “Akan tetapi, kami tetap dan akan melakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian yang sebenarnya. Kita lihat hasilnya nanti,” janjinya, mencoba meyakinkan masyarakat bahwa proses hukum tetap berjalan.
Selain itu, ia juga menambahkan informasi penting mengenai pemeriksaan saksi. “Saat ini, sudah ada satu saksi laki-laki yang kami periksa,” ujar Andika. Namun, polisi masih mendalami dan mengkroscek keterangannya untuk memastikan konsistensi. “Kita dalami dulu keterangannya,” pungkasnya, meninggalkan ruang untuk spekulasi dan pertanyaan lebih lanjut: Siapakah sebenarnya saksi laki-laki yang dimaksud? Apakah dia oknum polisi berpangkat AKBP tersebut? Masyarakat pun masih menunggu jawaban yang terang benderang.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

