BANGKA, Desapenari.id – Sebuah lubang lingkaran sebesar drum menyimpan teror yang mematikan, menjadi saksi bisu tewasnya tiga awak kapal tongkang Tirta Samudra 3 di perairan Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, pada Sabtu (30/8/2025). Pintu masuk sekaligus lorong maut ini merupakan satu-satunya akses ke ruang palka yang menjadi kuburan beracun, dan akhirnya menjadi jalur evakuasi saat jenazah korban harus diangkat satu per satu dalam operasi yang sangat berisiko.
Tanpa ragu, anggota tim SAR bergantian menyelam masuk dengan dilengkapi tabung oksigen dan full body harness. Sistem pengaman ketat ini memastikan mereka dapat segera ditarik keluar jika terjadi kondisi darurat di dalam. Gas beracun yang mematikan diduga kuat berasal dari sisa minyak crude palm oil (CPO) yang telah lama mengendap dan mengalami fermentasi di ruang palka tanpa sirkulasi udara sedikit pun.
Evakuasi Penuh Drama dan Ketegangan
Kepala Kantor SAR Pangkalpinang, I Made Oka Astawa, dengan tegas menjelaskan bahwa proses evakuasi ini penuh dengan risiko nyawa. “Kami melakukan evakuasi dengan membuat sistem lowring dan lifting yang rumit untuk menurunkan personel ke dalam palka serta mengangkat korban ke atas dek,” jelas Oka di Pangkalpinang, pada Sabtu malam. Sebelum tim turun, Tim Inafis Polda Bangka Belitung lebih dulu turun tangan melakukan olah TKP dan menurunkan gas detector untuk memastikan tingkat kadar gas beracun di dalam ruangan.
Selanjutnya, setiap petugas evakuasi wajib dibekali dengan alat Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) demi menghindari risiko keracunan yang dapat berakibat fatal. Proses evakuasi akhirnya dimulai pukul 15.25 WIB dan berlangsung sangat lama, lebih dari empat jam, karena ruang gerak yang sangat terbatas dan kondisi yang berbahaya. Dengan penuh kesabaran, satu per satu korban berhasil diangkat keluar dari lubang mengerikan tersebut.
Ketiga awak yang menjadi korban keganasan gas beracun tersebut adalah Lukmanto (29), Iwan Santoso (30), dan Iswadi (49). Pada Sabtu malam, evakuasi akhirnya dinyatakan selesai dan jenazah langsung dibawa dengan cepat ke RS Bakti Timah menggunakan Kapal Negara (KN) SAR Karna 246 untuk proses selanjutnya.
Kronologi Mengerikan di Laut Lepas
Kepala SAR memaparkan kronologi bahwa kecelakaan kerja ini pertama kali dilaporkan oleh nakhoda tugboat yang menarik tongkang. Tiga awak kapal tersebut ditemukan sudah tak sadarkan diri di dalam ruang palka saat mereka sedang melakukan pembersihan sisa CPO. Berdasarkan informasi, tongkang tersebut diketahui berangkat dari Pelabuhan Wilmar, Banten, menuju Batam pada 26 Agustus 2025 malam.
Kemudian, dua hari setelah berlayar, tepatnya saat memasuki perairan Bangka Selatan, para awak kapal mulai membersihkan palka. Korban pertama, Lukmanto, turun ke ruang palka dan langsung ditemukan tak sadarkan diri akibat menghirup gas beracun. Melihat rekannya terjebak, Iwan Santoso berniat menolong tetapi ikut terpapar gas mematikan dan akhirnya jatuh pingsan. Tanpa belajar dari kejadian, Iswadi kemudian juga turun dengan niat membantu, namun naas, ia mengalami nasib yang sama persis dengan kedua kawannya.
Menyaksikan tragedi tersebut, dua awak lainnya yang berada di tugboat Bintang Mutiara XXX segera panik dan meminta bantuan darurat ke tim SAR. Akhirnya, Kapal KN SAR Karna 246 berhasil mencegat tongkang di perairan Tanjung Berikat, Bangka Tengah, untuk segera melakukan proses evakuasi yang heroik tersebut.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

