WASHINGTON DC, Desapenari.id – Dalam sebuah aksi mengejutkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara terang-terangan mengumumkan bahwa militer AS baru saja meledakkan sebuah speedboat yang membawa narkoba dari Venezuela di laut internasional. Lebih heboh lagi, serangan mematikan ini konon menewaskan 11 orang yang disebut sebagai “narkoteroris” dan dikaitkan dengan geng Tren de Aragua, yang menurut klaim Washington secara mengejutkan berada di bawah kendali langsung Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

“Pagi ini, atas perintah saya, Pasukan Militer AS melakukan serangan kinetik terhadap narkoteroris Tren de Aragua yang telah diidentifikasi secara positif,” tegas Trump dalam unggahan eksklusif di akun Truth Social miliknya, Selasa (2/9/2025). Selanjutnya, ia menambahkan dengan nada tegas, “Serangan terjadi ketika para teroris berada di laut di perairan internasional, mengangkut narkoba ilegal menuju AS.” Sebagai bukti tak terbantahkan, Trump bahkan dengan percaya diri menyertakan video hitam-putih yang secara jelas memperlihatkan speedboat terbuka dengan sejumlah orang di atasnya sebelum akhirnya meledak menjadi berkeping-keping. “Ada banyak narkoba di kapal itu dan masih banyak lagi yang akan menyusul,” ujar Trump dengan ancaman terselubung di Gedung Putih.

Pesawat Operasi Khusus Jadi Senjata Pamungkas

Kemudian, menurut pengakuan seorang pejabat senior pertahanan AS yang dirilis oleh The New York Times, serangan pada Selasa pagi itu ternyata dilakukan oleh pesawat operasi khusus — yang kemungkinan besar adalah helikopter serang atau drone MQ-9 Reaper yang canggih. Pejabat tersebut juga mengungkapkan sebuah fakta penting, yaitu pesawat pengintai AS dan sensor lainnya telah dengan cermat memantau lalu lintas maritim kartel selama berminggu-minggu sebelum operasi digelar. Yang paling membanggakan, tidak ada korban di pihak AS dalam serangan spektakuler ini. Sebagai konfirmasi resmi, Gedung Putih melalui akun resminya di X, @WhiteHouse, juga membenarkan operasi tersebut. “Pasukan Militer AS melakukan serangan terhadap kelompok teroris narkoba Tren de Aragua… Serangan tersebut mengakibatkan 11 teroris tewas dalam aksinya,” tulis akun The White House dengan lugas pada Rabu (3/9/2025).

AS Genjot Tekanan Hingga Level Tertinggi untuk Maduro

Selanjutnya, langkah agresif ini jelas merupakan eskalasi baru dalam “perang narkoba” versi pemerintahan Trump terhadap Venezuela. Sejak beberapa tahun terakhir, Presiden Maduro terus-menerus dituduh memimpin jaringan narkotika di negaranya sendiri. Bahkan, yang lebih mencengangkan, jaksa federal di Manhattan pada 2020 secara resmi menyebut pemerintah Venezuela sebagai “narco-state” atau “negara narkotika” melalui kartel bernama Cartel de los Soles (Kartel Matahari), yang disebut-sebut bekerja sama dengan gerilyawan FARC Kolombia untuk menyelundupkan kokain ke AS. Tak tanggung-tanggung, pada Januari 2025, pemerintah AS mengiming-imingi imbalan fantastis sebesar 25 juta dollar AS (sekitar Rp 407 miliar) bagi pemberi informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro. Luar biasanya, imbalan tersebut bahkan digandakan menjadi 50 juta dollar AS (sekitar Rp 814 miliar) pada awal Agustus 2025, menunjukkan keseriusan Washington.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio kemudian menegaskan dengan sangat serius, “Presiden sangat jelas bahwa dia akan menggunakan seluruh kekuatan Amerika, kekuatan penuh Amerika Serikat, untuk menghadapi dan memberantas kartel narkoba ini, di mana pun mereka beroperasi.” Namun, Rubio juga memberikan analisis bahwa speedboat tersebut kemungkinan tidak menuju AS secara langsung, melainkan ke Trinidad atau negara lain di Karibia sebagai titik persinggahan.

Armada Militer AS Kepung Karibia dengan Kekuatan Penuh

Di sisi lain, seorang pejabat Departemen Pertahanan AS membeberkan fakta mencengangkan bahwa saat ini ada delapan kapal Angkatan Laut AS yang terlibat dalam upaya kontra-narkotika di Amerika Latin. Kekuatan tersebut terdiri dari tiga kapal serbu amfibi, dua kapal perusak, sebuah kapal penjelajah, dan sebuah kapal tempur litoral di Karibia, plus sebuah kapal perusak lagi di Pasifik timur. Tidak hanya itu, militer AS juga membawa 4.500 pelaut dan 2.200 marinir dari 22nd Marine Expeditionary Unit yang siap tempur. Selain itu, pesawat patroli P-8 dan setidaknya satu kapal selam juga sudah ditempatkan di kawasan, menunjukkan kesiapan tempur yang sangat tinggi.

Respons Geram Maduro: Siap Perang!

Sebagai respons, Maduro dengan keras membantah seluruh tuduhan Washington terhadapnya. Ia dengan berani menilai pemerintah AS tengah membangun “narasi palsu” untuk menjatuhkan pemerintahannya yang sah. “Jika Venezuela diserang, saya akan secara konstitusional menyatakan republik dalam keadaan perang,” sanggahnya dengan nada mengancam awal pekan ini. Atas dikerahkannya kapal perang ke dekat Venezuela, Maduro juga mengecam langkah Washington tersebut dengan sangat keras. Ia dengan lantang mengatakan, pengerahan delapan kapal perang AS di Laut Karibia adalah ancaman militer langsung terhadap kedaulatan Venezuela. “Kami akan membela laut, langit, dan tanah kami,” seru Maduro dengan penuh semangat, seraya mengeklaim AS berusaha menciptakan alasan palsu untuk melakukan intervensi militer secara illegal.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com