WASHINGTON DC, Desapenari.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka melontarkan ketidaksenangannya. Kali ini, ia menyoroti dugaan serangan yang dilancarkan Ukraina ke salah satu kediaman pribadi Presiden Rusia, Vladimir Putin. Hebatnya, klaim panas ini justru datang di tengah momen paling genting dalam perundingan damai untuk mengakhiri perang yang sudah berlarut-larut hampir empat tahun. Namun, Anda harus tahu, Ukraina dengan tegas membantah tuduhan ini. Mereka bahkan menyebutnya sebagai rekayasa politik yang sengaja diciptakan untuk menggagalkan upaya perdamaian yang dipimpin AS.

Lalu, bagaimana cerita serangan ini mulai bergulir? Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin (29/12/2025) membuat pernyataan yang menggegerkan. Ia mengklaim bahwa Ukraina telah menerbangkan puluhan drone ke wilayah Novgorod, tempat salah satu kediaman Putin berada. Lebih detail, Lavrov menyebut ada 91 wahana udara tak berawak jarak jauh yang diluncurkan antara Minggu malam hingga Senin dini hari. Namun demikian, pihak Rusia mengklaim seluruh drone tersebut berhasil mereka jatuhkan dengan sistem pertahanan mereka. “Mengingat kemerosotan total rezim kriminal Kyiv, yang telah beralih pada kebijakan terorisme negara, posisi negosiasi Rusia akan dipertimbangkan kembali,” ujar Lavrov. Akan tetapi, pernyataan keras ini tidak disertai dengan bukti atau rincian lebih lanjut yang mereka berikan.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung memberikan respons yang tak kalah tajam. Ia dengan cepat menepis semua tudingan dari Moskwa. Zelensky dengan lugas menyebut klaim Rusia itu sebagai “sepenuhnya fabrikasi” atau hasil rekayasa belaka. Menurut analisisnya, semua ini adalah taktik politik yang bertujuan jelas: menggagalkan proses perdamaian yang sudah di ambang pintu.

Yang justru mengejutkan banyak pihak adalah reaksi dari Presiden AS Donald Trump. Alih-alih mendukung sekutunya, Trump justru menyampaikan kritik langsung kepada Kyiv. Hal ini ia ungkapkan setelah melakukan panggilan telepon dengan Vladimir Putin pada hari yang sama. Dari kediamannya di Mar-a-Lago, Florida, Trump dengan ekspresi tidak suka menyampaikan pendapatnya kepada para wartawan. “Saya tidak menyukainya. Ini tidak baik,” kata Trump dengan nada tegas. Lalu, dengan gaya khasnya, ia menambahkan, “Anda tahu siapa yang memberi tahu saya tentang itu? Presiden Putin yang memberi tahu saya.” Selain itu, Trump juga menekankan betapa sensitifnya situasi saat ini. “Ini adalah periode yang rumit. Ini bukan waktu yang tepat,” ujarnya lagi, seolah ingin menegaskan bahwa momen ini sangat krusial untuk dikotori oleh insiden.

Lantas, mengapa timing klaim serangan ini dianggap begitu krusial? Ternyata, tuduhan Rusia ini muncul persis pada detik-detik genting dalam proses perundingan damai. Sebagai informasi, Ukraina sebelumnya menyatakan telah menyetujui sekitar 90 persen dari rancangan rencana perdamaian yang disusun AS. Rencana itu bahkan sudah mencakup soal jaminan keamanan pascaperang. Namun demikian, isu paling pelik tentang wilayah masih menjadi batu sandungan utama yang belum terselesaikan. Sementara itu, Rusia yang terus mencatatkan kemajuan di medan pertempuran, berulang kali menolak segala rencana yang tidak memenuhi tuntutan maksimal mereka.

Berdasarkan pernyataan resmi Kremlin, dalam percakapan teleponnya dengan Trump, Putin menyatakan tetap berkomitmen pada proses perdamaian. Akan tetapi, ia juga memberikan sinyal bahwa Rusia akan “merevisi” posisi negosiasinya menyusul dugaan serangan drone tersebut. Perlu diingat, Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dengan dalih “operasi militer khusus”. Sebaliknya, Kyiv dan sekutu-sekutunya di Eropa menilai perang ini sebagai aksi agresi ilegal yang memicu kehancuran terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Lalu, bagaimana prospek perdamaian ke depannya? Trump sendiri mengaku bahwa kesepakatan damai “sangat dekat” setelah ia berbicara dengan Presiden Zelensky pada hari Minggu. Di hari Senin, Zelensky juga mengumumkan kabar baik: Amerika Serikat akhirnya menjanjikan jaminan keamanan untuk periode pascaperang, meski hanya untuk jangka waktu 15 tahun dengan kemungkinan perpanjangan. Namun, sekali lagi, masalah terbesar masih belum terpecahkan. Isu kedaulatan wilayah, termasuk masa depan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang kini diduduki Rusia, masih menjadi ganjalan. Putin sendiri terus mendorong penguasaan penuh atas wilayah Donetsk di Ukraina timur dan menegaskan bahwa militernya tetap menargetkan wilayah tersebut serta tiga wilayah Ukraina lain yang diklaimnya. Jadi, apakah perdamaian yang sudah di depan mata akan kandas oleh sebuah klaim drone? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com