Desapenari.id – Dalam sebuah pengumuman yang menggemparkan dunia, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan penuh keyakinan mendeklarasikan bahwa perang panjang di Gaza akhirnya berakhir pada Minggu, 12 Oktober 2025. Tak hanya berhenti di pernyataan, Trump langsung membuktikan keseriusannya dengan segera bertolak ke kawasan Timur Tengah yang masih berdarah-darah. Bahkan, dia dengan percaya diri akan menghadiri sebuah KTT Perdamaian bersejarah di Mesir yang mengukuhkan akhir dari konflik berkepanjangan ini.
Di sisi lain, sebagai bentuk goodwill pertama pasca-akhir perang, kelompok Hamas dilaporkan akhirnya bersedia membebaskan semua sandera yang masih hidup setelah mereka tahan selama dua tahun penuh gejolak. Sebagai imbalannya, pemerintah Israel pun berkomitmen untuk mulai melepaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina yang telah mendekam bertahun-tahun dalam penjara. Namun demikian, nuansa ketegangan masih terasa karena hingga Minggu malam, proses negosiasi yang alot dilaporkan masih terus berlangsung di balik layar.
Lebih detail lagi, dua sumber internal Hamas yang diwawancarai oleh AFP mengungkapkan bahwa kelompok mereka masih memiliki tuntutan tersendiri. Mereka secara khusus menuntut agar Israel bersedia memasukkan tujuh tokoh senior Palestina yang sangat berpengaruh ke dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan. Sementara itu, dari Washington, Trump tampak sangat percaya diri saat dia berbicara di depan para wartawan sebelum pesawatnya lepas landas menuju Timur Tengah. Dengan tegas dia menyatakan, “Perang telah berakhir,” sebuah kalimat pendek yang langsung menggema ke seluruh penjuru dunia. Bahkan, dia menyebut kunjungannya kali ini sebagai sebuah perjalanan yang sangat istimewa dan bersejarah, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Menurut jadwal yang telah dirancang, Presiden AS yang kontroversial itu dijadwalkan tiba di Israel tepat sesaat setelah proses pembebasan sandera yang dinantikan seluruh dunia itu benar-benar dilakukan. Selanjutnya, agenda padatnya akan dilanjutkan dengan memberikan pidato penting di parlemen Israel yang sangat bersejarah. Setelah itu, dia akan segera menuju Mesir untuk memimpin pertemuan puncak para pemimpin dunia di kota Sharm El Sheikh yang eksotis. Pertemuan akbar ini secara resmi mendukung rencana besarnya untuk mengakhiri perang Gaza sekaligus mendorong terciptanya perdamaian abadi di kawasan Timur Tengah.
Di kubu Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyambut akhir perang ini dengan pernyataan yang penuh kemenangan. Dia dengan lantang mengklaim bahwa Israel pada akhirnya telah berhasil meraih kemenangan besar yang luar biasa. Bersemangat dia berkata, “Bersama-sama kita mencapai kemenangan luar biasa yang mengagumkan dunia. Namun saya harus mengatakan, pertarungan ini belum sepenuhnya berakhir,” sebuah pernyataan yang meninggalkan ambiguitas tentang masa depan. Tak ketinggalan, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, juga ikut mengeklaim kemenangan dari sisi militer. Dia memaparkan dengan rinci, “Tekanan militer selama dua tahun terakhir, yang disertai dengan langkah diplomatik yang melengkapinya, merupakan sebuah kemenangan telak atas Hamas,” jelasnya.
Sementara itu, dari sisi teknis, juru bicara kantor Netanyahu, Shosh Bedrosian, memberikan pengumuman resmi mengenai waktu pembebasan. Dia menjelaskan bahwa proses pembebasan sandera yang mengharukan itu akan segera dimulai pada Senin (13/10/2025) pagi. Dengan penuh harap dia menambahkan, “Kami berharap 20 sandera yang masih hidup akan dibebaskan sekaligus dalam satu kesempatan,” ujarnya.
Setelah kunjungan singkatnya di Israel, Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi akan segera memimpin KTT Perdamaian di Sharm el-Sheikh yang sangat dinantikan. Pertemuan bersejarah ini konon dihadiri oleh lebih dari 20 pemimpin dunia yang sangat berpengaruh. Beberapa nama besar yang hadir antara lain Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, serta para pemimpin dari Inggris, Italia, Spanyol, Perancis, dan Yordania. Namun yang cukup mengejutkan, baik pejabat Israel maupun Hamas dikonfirmasi tidak akan hadir dalam pertemuan puncak yang menentukan masa depan mereka ini.
Di lapangan, pada hari ketiga gencatan senjata diberlakukan, beberapa truk bantuan kemanusiaan akhirnya mulai diizinkan memasuki Gaza. Akan tetapi, warga di Khan Yunis melaporkan bahwa sejumlah kiriman bantuan tersebut justru dirampas secara paksa oleh warga yang kelaparan dalam situasi yang sangat kacau dan tidak terkendali. Salah seorang warga, Mahmud Al Muzain, berbagi kegelisahannya kepada AFP, “Semua orang masih diliputi ketakutan bahwa perang akan kembali lagi. Kami terpaksa menimbun makanan karena rasa takut dan cemas yang mendalam bahwa perang akan datang lagi,” sebuah pernyataan yang merepresentasikan trauma mendalam yang dirasakan oleh warga Gaza. Dengan demikian, meskipun perdamaian telah diumumkan di tingkat elite, ketidakpastian dan luka lama masih menghantui kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com