desapenari.id – Warga Protes Jalan Gelap di Trans Sulawesi Tumpaan-Amurang. Warga, khususnya pengguna jalan di ruas Trans Sulawesi Tumpaan hingga Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut), terus menyuarakan keluhan mengenai kurangnya lampu penerangan jalan di kawasan tersebut. Mereka menilai pemerintah seolah abai terhadap kondisi ini, padahal kehadiran lampu jalan sangat vital untuk mencegah kecelakaan maupun tindak kriminal.
“Ini jalur utama Trans Sulawesi yang ramai dilintasi kendaraan, tapi sayangnya lampu jalan sangat jarang. Bahkan, jika ada cahaya, itu hanya berasal dari rumah atau toko di pinggir jalan yang tidak secara khusus menerangi jalan,” tegas Yance, salah seorang pengemudi mobil.
Baca Juga: Prabowo Sambut Kembali Anthony Albanese sebagai PM Australia
Pratama, seorang sopir ekspedisi, juga mengungkapkan hal serupa. Ia menekankan bahwa kondisi jalan yang gelap gulita akibat minimnya penerangan bisa memicu kecelakaan karena pengendara kesulitan melihat kondisi jalan. “Untungnya, ruas jalan ini relatif lurus dan tidak banyak tikungan. Namun, pemasangan lampu jalan tetap sangat diperlukan. Bagaimana kami bisa melihat orang atau hewan di jalan jika sekelilingnya gelap?” ujarnya.
Meiske, warga setempat, menegaskan bahwa warga sudah berulang kali menyampaikan permintaan penambahan lampu jalan kepada pemerintah. Namun, hingga saat ini pemerintah belum menunjukkan tindakan nyata. “Kami terus mendesak pemasangan lampu jalan karena kondisi gelap ini sangat berisiko, terlebih ini merupakan ruas Trans Sulawesi yang selalu ramai kendaraan,” tegas Meiske.
Ia berharap pemerintah segera memenuhi permintaan warga, mengingat hal ini menyangkut keselamatan banyak orang. “Semoga ada tindakan cepat karena ini bukan sekadar masalah kenyamanan, tapi juga nyawa pengguna jalan,” tandasnya.
Analisis Kondisi Jalan yang Berisiko
Tanpa penerangan yang memadai, ruas jalan ini menjadi rawan kecelakaan, terutama di malam hari. Pengendara sering kali mengandalkan lampu kendaraan mereka sendiri, yang belum tentu cukup untuk menerangi seluruh area jalan. Selain itu, risiko tindak kriminal seperti pencurian atau perampokan juga meningkat karena lokasi yang gelap memudahkan pelaku untuk bersembunyi.
Respons Pemerintah Dinanti
Masyarakat menunggu langkah konkret dari pemerintah, baik melalui Dinas Pekerjaan Umum maupun pemerintah daerah. Warga mengajukan beberapa solusi konkret, termasuk memasang lampu jalan bertenaga surya yang lebih efisien dan menambah titik penerangan di lokasi-lokasi rawan. “Kami tidak meminta yang mewah, cukup penerangan dasar saja agar jalan terlihat jelas,” tambah Meiske.
Dampak Minimnya Penerangan
Selain meningkatkan risiko kecelakaan, kondisi ini juga memengaruhi aktivitas ekonomi di sekitar jalan. Pedagang kaki lima dan warung yang buka hingga malam hari mengaku kesulitan melayani pelanggan karena suasana yang terlalu gelap. “Banyak pelanggan yang enggan berhenti jika jalan terlalu gelap, ini jelas merugikan kami,” keluh seorang pedagang.
Warga berharap agar keluhan mereka segera ditindaklanjuti. Mereka menegaskan bahwa penerangan jalan bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan dasar untuk keselamatan dan kenyamanan bersama. “Kami hanya ingin jalan yang aman, baik siang maupun malam,” pungkas Yance.