JAKARTA, Desapenari.id – Amerika Serikat (AS) membuktikan komitmennya sebagai mitra strategis Indonesia dengan menanamkan investasi senilai 1,56 miliar dollar AS (Rp 25 T) pada semester I 2025. Padahal, kedua negara sedang berjibaku dengan negosiasi tarif impor sejak Mei lalu. Fakta ini sekaligus menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi primadona bagi investor AS meski di tengah ketegangan perdagangan.
AS Masuk 6 Besar Investor, Bukti Kepercayaan Tak Terkikis
Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, AS berhasil menempati posisi keenam sebagai sumber investasi asing terbesar di Indonesia. Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan P Roeslani, dengan bangga menyoroti pertumbuhan signifikan ini.
“AS bukan sekadar mitra dagang, tapi juga mitra investasi yang konsisten. Di 2024 saja, nilai perdagangan kita tembus 38,6 miliar dollar AS, naik 11,5% dari tahun sebelumnya. Sementara investasi AS melonjak 12,8% menjadi 3,70 miliar dollar AS,” tegas Rosan dalam siaran pers BKPM, Sabtu (2/8/2025).
Tak hanya itu, Rosan menambahkan, “Di semester I 2025, AS sudah menanamkan 1,56 miliar dollar AS. Ini bukti kepercayaan mereka tak goyah meski ada isu tarif impor.”
MoU dengan Pengusaha AS: Langkah Cerdas Perkuat Kolaborasi
Di tengah dinamika perdagangan, Indonesia justru mempererat kerja sama dengan pelaku bisnis AS. Pada Rabu (30/7/2025), Kementerian Investasi resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan US-ASEAN Business Council (USABC) dan American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia).
MoU ini mencakup empat fokus utama:
- Pengembangan kebijakan investasi yang lebih menarik.
- Promosi peluang bisnis ke pengusaha AS.
- Memfasilitasi dialog antara investor AS dan pemerintah Indonesia.
- Pertukaran pengetahuan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
Rosan optimis langkah ini tak hanya mendatangkan investor baru, tetapi juga memperkuat keberlanjutan proyek yang sudah berjalan.
“Kami Tak Hanya Inbound, Tapi Juga Siap Ekspansi ke Luar!”
Rosan yang juga CEO Danantara—lembaga investasi Indonesia—menyampaikan, “Kolaborasi AS-Indonesia akan membuka lebih banyak peluang. Kami tak hanya fokus menarik investasi masuk, tapi juga siap ekspansi ke luar negeri lewat Danantara.”
Ia menegaskan, pemerintah terus mempercepat reformasi regulasi untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif. Satgas Deregulasi Investasi telah dibentuk untuk menangani hambatan seperti TKDN, sistem kuota, dan non-tarif barrier.
“Kami bersaing ketat dengan negara tetangga. Karena itu, Indonesia harus jadi pilihan utama investor AS di Asia Tenggara,” tegas Rosan.
Dukungan Penuh dari Pelaku Bisnis AS
Ted Osius, Senior Vice President USABC, menyambut baik MoU ini. “Ini momen penting bagi hubungan ekonomi AS-Indonesia. Forum ini jadi wadah konkret untuk atasi hambatan dan buka peluang investasi berkualitas,” ujarnya.
Ia menilai, masukan dari pengusaha AS sangat krusial untuk meningkatkan kepastian bisnis dan menarik investasi jangka panjang.
Apa Artinya Bagi Indonesia?
- Pertumbuhan Ekonomi Terjaga – Investasi AS membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan devisa.
- Teknologi & Inovasi Masuk – Perusahaan AS membawa transfer pengetahuan dan teknologi mutakhir.
- Posisi Tawar Indonesia Menguat – Dengan investasi besar, Indonesia punya leverage lebih dalam negosiasi perdagangan.
AS Tetap “Jagoan” Investor di Tengah Gejolak
Fakta bahwa AS tetap menanamkan modal besar meski ada isu tarif impor membuktikan bahwa Indonesia masih destinasi investasi yang menggiurkan. Dengan MoU terbaru, kolaborasi kedua negara diprediksi akan semakin menguat.
“Jika regulasi terus diperbaiki, bukan tidak mungkin AS akan masuk 3 besar investor di 2025!” tandas Rosan penuh keyakinan.