Desapenari.id – Ketua Masyarakat Pemerhati Badminton Indonesia (MPBI), Kurniadi, menyatakan keprihatinannya atas kondisi ganda campuran Rinov Rivaldy. Bersama Pitha Haningtyas Mentari, Rinov harus menyerah di babak pertama Indonesia Open 2025 setelah bertarung sengit melawan pasangan Singapura, Hee Yong Kai Terry/Jin Yu Jia. Pertandingan berlangsung tiga gim dengan skor 21-9, 17-21, 19-21 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Usai laga, Rinov mengaku merasa mentok dan kehilangan motivasi. “Kami sudah berusaha maksimal, tapi mungkin ini bukan takdir kami di bulu tangkis,” ujarnya, seperti dikutip Antara. “Saya merasa tidak bisa berkembang lagi,” tambahnya, menunjukkan frustrasi yang dalam.
Kurniadi langsung menanggapi serius pernyataan Rinov. Menurutnya, usia 26 tahun seharusnya menjadi puncak performa atlet. “Ini fenomena yang mengkhawatirkan. Rinov masih muda, seharusnya dia sedang di masa keemasan karirnya,” tegas Kurniadi kepada Desapenari.id.
Ia yakin Rinov sebenarnya punya ambisi besar. “Saya percaya tidak ada atlet yang tidak ingin juara. Rinov pasti punya keinginan itu, PBSI juga pasti terus mengevaluasi,” ungkapnya. Namun, masalah stagnasi ini ternyata bukan hanya dialami Rinov. Kurniadi melihat pola serupa pada beberapa pemain lain.
Masalah Utama: Gagal Bersaing di Level Elite
Kurniadi menyoroti akar masalah yang sering terlewat: kegagalan pemain Indonesia bersaing di turnamen elit seperti BWF World Tour Super 1.000. “Ini bukan pertama kalinya. Selalu ada pola pemain kesulitan di level tertinggi. Pasti ada variabel yang terlewat dalam evaluasi PBSI,” tegasnya.
Ia mendesak PBSI untuk menggali lebih dalam. “Jangan hanya fokus pada program latihan, sparring, nutrisi, atau bonus. Cari faktor lain yang mungkin selama ini diabaikan,” tandas Kurniadi. Menurutnya, solusi harus komprehensif agar masalah serupa tidak terulang.
Apa yang Bisa PBSI Lakukan?
Kurniadi menekankan perlunya pendekatan baru. “Mungkin perlu evaluasi sistem pelatihan, dukungan mental, atau bahkan pola rekrutmen pasangan ganda. PBSI harus berani keluar dari zona nyaman,” sarannya.
Ia juga mengingatkan bahwa tekanan mental atlet sering kali diabaikan. “Tidak hanya fisik, beban psikologis pemain harus jadi perhatian utama. Jangan sampai mereka merasa sendirian dalam perjuangan,” ujarnya.
Harapan untuk Rinov dan Pemain Lain
Meski prihatin, Kurniadi tetap optimis. “Rinov masih punya waktu untuk bangkit. PBSI harus memberinya dukungan tepat, baik secara teknis maupun mental,” katanya. Ia berharap Rinov tidak menyerah dan menemukan kembali motivasinya.
Di sisi lain, ia mendorong PBSI untuk segera bertindak. “Ini saatnya intropeksi. Jika tidak, kita akan terus melihat pemain-pemain berbakat mentok di tengah jalan,” pungkasnya.
Dengan langkah tepat, Rinov dan pemain lain masih bisa meraih prestasi gemilang. Namun, semua pihak harus bekerja sama sebelum terlambat.