ANKARA, Desapenari.id – Pemberontak Kurdi Akhirnya Letakkan Senjata dan Bubarkan Diri, Akhiri Perang 40 Tahun Melawan Turki. Mereka sepakat meletakkan senjata dan membubarkan diri setelah empat dekade berperang melawan pemerintah Turki. Keputusan ini muncul setelah pemimpin mereka yang dipenjara, Abdullah Öcalan, mendesak pembubaran kelompok tersebut.
Awalnya, PKK mengangkat senjata dengan tujuan mendirikan negara merdeka bagi etnis Kurdi, yang mencakup sekitar 20% populasi Turki. Namun, seiring waktu, perjuangan mereka bergeser dari separatisme menuju tuntutan otonomi dan pengakuan hak-hak Kurdi yang lebih luas. Konflik berkepanjangan ini telah menewaskan lebih dari 40.000 orang sejak 1984.
“Turki, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa (UE) sejak lama mengklasifikasikan PKK sebagai organisasi teroris.” Meski demikian, kelompok ini tetap menjadi simbol perlawanan bagi sebagian masyarakat Kurdi.
“BBC Internasional mengutip pernyataan resmi PKK pada Senin (12/5/2025), di mana kelompok ini menegaskan telah menyelesaikan misi bersejarah mereka.””Kami memutuskan mengakhiri perjuangan bersenjata,” tegas kelompok tersebut. Mereka juga menekankan bahwa sekarang saatnya menyelesaikan persoalan Kurdi melalui proses politik yang demokratis.
Keputusan ini tidak lepas dari seruan Abdullah Öcalan pada Februari lalu. Pemimpin berusia 76 tahun itu, yang dipenjara di Pulau İmralı di Laut Marmara sejak 1999, mendesak pengikutnya untuk beralih ke jalur damai. “Tidak ada alternatif selain demokrasi untuk mewujudkan sistem politik yang adil. Konsensus demokratis adalah jalan utama,” tulis Öcalan dari balik jeruji besi.
Masa Depan Öcalan dan Politik Kurdi
Hingga kini, belum jelas apa imbalan yang akan diterima Öcalan dan pendukungnya setelah pembubaran PKK. Namun, beredar spekulasi bahwa ia mungkin mendapatkan pembebasan bersyarat. Di sisi lain, politikus Kurdi berharap langkah ini membuka ruang dialog baru dengan pemerintah Turki untuk memperjuangkan hak-hak mereka secara politik.
Beberapa tahun terakhir, PKK memang mengalami pukulan signifikan dari operasi militer Turki. Perubahan geopolitik di kawasan, termasuk tekanan terhadap afiliasi mereka di Irak dan Suriah, juga memperlemah posisi kelompok ini.
Dengan berakhirnya perlawanan bersenjata PKK, harapan baru muncul bagi resolusi damai konflik Kurdi-Turki. Namun, tantangan tetap mengintai, terutama dalam memastikan transisi menuju perjuangan politik yang inklusif dan berkelanjutan.
Transisi Menuju Perdamaian
Kini, semua mata tertuju pada langkah pemerintah Turki menyikapi pembubaran PKK. Apakah Ankara akan membuka pintu dialog atau justru memperketat pengawasan terhadap aktivis Kurdi? Jawabannya akan menentukan masa depan hubungan antara negara dan minoritas terbesarnya ini.
Sementara itu, masyarakat internasional menyambut positif keputusan PKK. Banyak yang berharap ini menjadi awal dari perdamaian abadi di kawasan yang telah lama dilanda kekerasan.
Tanpa senjata, perjuangan Kurdi memasuki babak baru. Kini, kata-kata dan kebijakan akan menjadi senjata utama mereka. Apakah jalan damai ini akan membuahkan hasil? Hanya waktu yang bisa menjawab.