Jakarta, desapenari.id – Wakil Ketua Umum I PP PBSI, Taufik Hidayat, secara terbuka mendorong pelatih untuk melakukan bongkar pasang atlet, khususnya di nomor ganda. Namun, ia menegaskan bahwa perubahan maksimal harus selesai akhir tahun ini. Langkah ini dinilai penting karena performa ganda belum optimal dalam enam bulan terakhir.
*”Kalau mau ada perombakan, harus rampung paling lambat akhir tahun. Tunggal sih enggak perlu diutak-atik, tapi ganda putra atau *mixed double? Sekaranglah waktunya kalau memang mau di-switch,” tegas Taufik saat berbincang di kawasan Thamrin, Jakarta.
Ia menjelaskan, tahun 2026 sudah masuk masa persiapan Olimpiade, sehingga perubahan setelahnya akan menyulitkan atlet mengejar peringkat. *”Kalau *reset* di 2026, mereka harus mulai dari nol lagi. Itu risiko besar buat kualifikasi,”* tambahnya.
Baca juga DPR Bahas Pansus Haji 2025 Usai Angka Kematian Melonjak!
Uji Coba Pasangan Baru di Ganda Putra
Pelatih dan Bidang Pembinaan Prestasi (BinPres) Pelatnas PBSI sedang menguji duet baru Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri. Mereka akan menjalani debut di Japan Open, China Open, dan Macau Open. PBSI mengambil keputusan ini karena Rian Ardianto dan Daniel Marthin, pasangan lama Fajar dan Fikri, sedang tidak bisa turun ke lapangan. Rian menunggu kelahiran anaknya, sementara Daniel masih recovery dari cedera.
Di sektor mixed double, PBSI juga berencana menyusun pasangan baru. Dejan Ferdinansyah, misalnya, kini belum memiliki partner tetap. Selain itu, dua pasangan elit—Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Verrel Mulia Atustin/Lisa Ayu Kusumawati—masih belum menunjukkan progres signifikan dalam enam bulan terakhir.
Sebelumnya, Kabid BinPres PBSI Eng Hian menegaskan bahwa keputusan akhir sepenuhnya ada di tangan pelatih, asalkan targetnya jelas. *”Kami kasih kebebasan penuh ke pelatih. Yang penting, mereka punya target realistik: berapa gelar yang harus diraih *mixed double, ganda putra, atau tunggal putra sampai akhir tahun,” ujar Eng Hian di Pelatnas PBSI.
Taufik menekankan bahwa waktu sangat krusial. Jika pergantian pasangan molor, atlet akan kesulitan mengumpulkan poin untuk kualifikasi Olimpiade 2028. *”Kalau *timing-nya salah, bisa-bisa kita kehilangan momen,” ungkapnya.
Para pelatih menyadari tekanan ini. Mereka harus memilih: mempertahankan pasangan yang stagnan atau mengambil risiko dengan kombinasi baru. *”Kami lihat *chemistry-nya dulu. Kalau dalam 2-3 bulan tidak ada perkembangan, ya harus ada keputusan tegas,” kata salah satu pelatih ganda.
Harapan PBSI
PBSI berharap langkah ini bisa memicu spark di tim ganda. Dengan deadline akhir tahun, semua pihak harus bekerja ekstra. *”Kami tidak mau terburu-buru, tapi juga tidak boleh terlalu lama. Ini *golden period-nya,” pungkas Taufik.
Perombakan tim ganda PBSI memang seperti double-edged sword. Namun, jika dilakukan dengan tepat, bisa menjadi kunci kembali ke puncak. Semua kini tergantung pada keputusan pelatih dan kesiapan atlet!
