Trump Berubah Sikap soal Rusia-Ukraina, di cap Labil!

Moskow, 15 Juli 2024 , Desapenari.id – Rusia dengan tegas menolak ultimatum 50 hari dari Presiden AS Donald Trump yang meminta gencatan senjata di Ukraina. Tak hanya itu, Moskow juga menyebut ancaman tarif berat Trump sebagai langkah yang tidak masuk akal. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, menegaskan bahwa negaranya tetap terbuka untuk solusi diplomatik.

“Tapi kalau diplomasi gagal, operasi militer khusus kami akan terus berjalan,” tegas Ryabkov. “Posisi kami tidak berubah. AS dan NATO harus paham ini.”

Penolakan Rusia ini muncul hanya beberapa hari setelah Trump, dalam konferensi pers bersama Sekjen NATO Mark Rutte, mengancam akan mengenakan tarif 100% pada produk Rusia jika tidak ada kesepakatan damai dalam 50 hari. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, kemudian menjelaskan bahwa yang dimaksud Trump sebenarnya adalah “sanksi ekonomi”, bukan sekadar tarif biasa.

Duta Besar AS untuk NATO, Matt Whitaker, memperingatkan bahwa sanksi ini bakal menghantam ekonomi Rusia dengan keras, terutama lewat pembatasan pada negara-negara yang masih membeli minyak dari Moskow. Namun, ironisnya, AS sendiri masih mengimpor banyak produk Rusia, seperti pupuk, bahan kimia, dan material nuklir—di mana Rusia masih menjadi pemasok utama dunia.

Senjata untuk Ukraina, Tekanan untuk NATO
Trump juga mengumumkan bahwa AS akan mengirim senjata ke Ukraina via NATO, termasuk sistem rudal Patriot. Pengiriman ini rencananya bakal dilakukan dalam waktu dekat. Langkah ini sekaligus menegaskan komitmen NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan negara-negara anggotanya menjadi 5% dari PDB pada 2035—sesuai dengan desakan Trump selama ini agar sekutu Eropa lebih banyak berkontribusi.

Trump Berbalik Arah, Kembali ke Pola Lama
Namun, hanya sehari setelah ancaman tarif dan janji senjata, Trump tiba-tiba berubah sikap. Trump dengan tegas menyatakan, “Saya tidak memihak siapa pun,” sambil memberi saran mengejutkan agar Ukraina jangan menyerang Moskow. Padahal, Financial Times baru saja membongkar fakta mengejutkan: Trump ternyata pernah bertanya langsung kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, “Kalau kami kasih senjata jarak jauh, bisa nggak kamu hantam Moskow dan St. Petersburg?”

“Volodymyr, bisa nggak kamu serang Moskow? Atau St. Petersburg?” kira-kira begitu pertanyaan Trump dalam panggilan telepon 4 Juli lalu, menurut dua sumber yang diwawancarai FT. Zelensky konon menjawab, “Tentu, asal kami dikasih senjatanya.”

Trump membantah laporan ini, tapi sikapnya yang plin-plan mengingatkan pada kebiasaan lamanya. Di awal masa jabatannya, dia pernah mengirim utusan ke Arab Saudi untuk berunding dengan pejabat Rusia—tanpa melibatkan Ukraina. Dia juga pernah memarahi Zelensky di Gedung Putih karena dianggap “tidak tahu terima kasih”.

kunjungi informasi terkait gadget di Newtechclub.com

Belum lama ini, Trump sempat membekukan bantuan militer AS senilai $1 miliar untuk Ukraina, dengan alasan Kiev menghambat proses perdamaian. Tapi di Juli, dia berbalik haluan—kembali mengirim senjata, termasuk sistem Patriot, sekaligus menyatakan kekecewaannya pada Putin.

“Saya kecewa sama dia, tapi belum selesai urusan sama dia,” kata Trump dalam wawancara dengan BBC.

Trump mengklaim 17 baterai rudal Patriot bisa dialihkan ke Ukraina dengan cepat. Rutte, yang duduk di sampingnya, menyebut langkah ini sebagai “pengubah permainan”. Tapi, pihak Ukraina justru bingung. Vadym Skibitsky, Wakil Kepala Intelijen Pertahanan Ukraina, mengaku tidak yakin dengan angka 17 tersebut.

*”Kami nggak tahu pasti… 17 baterai itu jumlah gila-gilaan. Kalau yang dimaksud peluncur, mungkin saja,”* ujarnya.

baca juga: Trump Putuskan Hubungan dengan Israel

Ini bukan pertama kalinya janji militer AS bikin ribut. Awal bulan ini, ada simpang siur soal apakah Ukraina dapat 10 rudal Patriot atau 10 sistem lengkap.

Moskow langsung merespons keras rencana pengiriman senjata ini. Wakil Menlu Rusia Alexander Grushko menyebutnya sebagai bukti bahwa NATO “nggak serius mau damai”.

Sementara itu, parlemen Ukraina memperpanjang status perang dan mobilisasi militer hingga 5 November. Mereka juga memutuskan untuk sementara keluar dari Perjanjian Ottawa yang melarang ranjau darat.

baca juga: Rusia Hantam Ukraina dengan Serangan Terbesar, 12 Tewas

Di medan perang, kedua belah pihak makin gencar serang pakai drone. Angkatan Udara Ukraina melaporkan Rusia meluncurkan 400 drone dan 1 rudal balistik dalam sehari. Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim berhasil menjatuhkan 402 drone Ukraina dalam beberapa hari terakhir.

Dari ancaman tarif hingga janji senjata, sikap Trump yang berubah-ubah bikin banyak pihak geleng-geleng. Rusia tetap bersikukuh, Ukraina berjuang, sementara NATO berusaha menjaga komitmen—semua dalam ketidakpastian. Satu hal yang pasti: konflik ini masih jauh dari kata selesai.

More From Author

Trump Umumkan Tarif 19% untuk Indonesia, Masih Tinggi?

One thought on “Trump Berubah Sikap soal Rusia-Ukraina, di cap Labil!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *