Baghdad (Desapenari.id) β Sebuah drone yang membawa bahan peledak jatuh di dekat Erbil, ibu kota wilayah semi-otonom Kurdistan, Irak, pada Kamis (17/7). Kejadian ini menambah daftar serangan drone yang semakin sering terjadi belakangan ini.
Serangan di Bahirka Tanpa Korban Jiwa
Direktorat Jenderal Kontraterorisme Daerah Kurdistan langsung merilis pernyataan resmi. Mereka menyebutkan bahwa insiden terjadi Kamis dini hari pukul 01.27 waktu setempat (05.27 WIB) di area Bahirka, dekat Kota Erbil. Meski drone tersebut membawa bahan peledak, serangan ini tidak menelan korban jiwa. Sampai saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
Belum reda kejadian di Erbil, serangan drone kembali terjadi di sejumlah ladang minyak yang dikelola perusahaan asing. Pada Rabu (16/7) pagi waktu setempat, dua drone langsung menghantam lapangan minyak milik perusahaan Norwegia, DNO, di daerah Faysh Khabur. Tak berselang lama, drone ketiga menyasar ladang minyak lain yang juga dioperasikan DNO di wilayah Tawke.
Tidak berhenti di situ, drone keempat meluncur dan menghantam fasilitas minyak milik perusahaan Amerika Serikat (AS) di Baadre. Malam harinya, serangan kembali terjadi di lokasi yang sama. Sebuah drone kembali menyerang ladang minyak AS di Baadre untuk kedua kalinya dalam sehari.
Sehari sebelumnya, pada Selasa (15/7) pagi, sebuah drone juga menyerang ladang minyak di Provinsi Duhok. Untungnya, serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa. Sementara itu, pada Senin (14/7), pihak berwenang berhasil menembak jatuh drone bermuatan bahan peledak di dekat Bandara Internasional Erbil. Di hari yang sama, dua drone lainnya jatuh di ladang minyak Khurmala, Provinsi Erbil.
Serangan-serangan ini jelas mengganggu operasional perusahaan minyak asing di Irak. Pemerintah setempat pun meningkatkan kewaspadaan. Namun, hingga kini belum ada pihak yang secara terbuka mengklaim sebagai dalang di balik serangan beruntun ini.
Ladang minyak menjadi sasaran empuk karena nilai strategisnya. Serangan drone ini tidak hanya mengancam keamanan energi Irak, tetapi juga berpotensi memicu ketegangan dengan negara-negara pemilik perusahaan yang menjadi korban.
Perusahaan-perusahaan minyak yang terdampak mulai mengevaluasi sistem keamanan mereka. Sementara itu, pemerintah Kurdistan dan Baghdad berkoordinasi untuk memperketat pengawasan udara, terutama di sekitar fasilitas vital.
Serangan dengan drone dinilai lebih sulit dideteksi dan lebih murah dibanding metode konvensional. Kelompok bersenjata atau pihak tertentu mungkin memanfaatkan kelemahan sistem pertahanan udara Irak yang belum sepenuhnya siap menghadapi ancaman drone.
Jika serangan seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin perusahaan asing akan mempertimbangkan untuk mengurangi operasional mereka. Hal ini tentu berdampak pada perekonomian Irak yang sangat bergantung pada sektor minyak.
Pemerintah Irak dan Kurdistan harus segera mengambil tindakan tegas. Mulai dari meningkatkan teknologi anti-drone hingga memperkuat kerja sama intelijen dengan negara sekutu. Jika tidak, serangan-serangan ini bisa menjadi tren yang semakin sulit dikendalikan.
Gelombang serangan drone di Irak menunjukkan kerentanan keamanan di sektor energi. Tanpa penanganan serius, ancaman ini bisa membahayakan stabilitas ekonomi dan politik negara tersebut. Semua pihak kini menunggu langkah konkret dari pemerintah untuk menghentikan serangan beruntun ini.