desapenari.id – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan penyebab gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,7 yang mengguncang wilayah Bekasi, Karawang, Purwakarta, hingga terasa di Jakarta pada Rabu (20/8/2025) malam.
Menurut Badan Geologi, penyebab gempa Bekasi Rabu Malam dipicu oleh aktivitas Sesar Baribis.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan analisis sumber gempa menunjukkan adanya pergerakan sesar naik pada zona Sesar Baribis.
“Analisis parameter sumber gempa bumi menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh sesar naik pada zona Sesar Baribis,” ujar Wafid di Bandung, Rabu, dikutip dari Antara.
baca juga: Haruma Bay Waterpark Bekasi Liburan Keluarga Seru
Untuk diketahui, struktur Sesar Baribis ini diperkirakan membentang sepanjang 100 kilometer, terbagi ke dalam beberapa segmen.
Segmen Jakarta melintas di sisi selatan Ibu Kota, sementara di bagian timur terdapat segmen Bekasi–Purwakarta. Menurut kajian, segmen timur tercatat lebih aktif dibanding segmen barat.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut gempa yang terjadi di Bekasi Rabu malam berasal dari aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat (West Java Back Arc Thrust)
“Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal yang dipicu oleh sumber gempa Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat (West Java back arc thrust),” jelas Daryono.
Kondisi Geologi di Sekitar Episentrum Gempa
Pusat gempa Bekasi tercatat berada pada koordinat 6,52 LS – 107,25 BT atau di sebelah tenggara Kabupaten Bekasi dengan kedalaman 10 kilometer.
Wilayah ini didominasi morfologi dataran, berombak, bergelombang, hingga pegunungan.
Secara geologi, batuan penyusunnya terdiri dari batuan sedimen berumur Tersier, batuan gunung api berumur Kuarter, serta endapan aluvium berumur Resen.
Batuan yang sudah mengalami pelapukan atau berupa sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan.
“Secara umum, kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah, begitu juga sebaliknya,” jelas Wafid.
Berdasarkan data tapak lokal (Vs30), wilayah dekat pusat gempa diklasifikasikan dalam kelas tanah C (sangat padat dan batuan lunak), kelas tanah D (tanah sedang), dan kelas tanah E (tanah lunak).
Keberadaan tanah lunak inilah yang membuat guncangan terasa lebih intens.
Dampak dan Intensitas Guncangan
Badan Geologi mencatat, gempa ini dirasakan dengan intensitas III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity) di Bekasi, serta III MMI di Purwakarta, Jakarta, Depok, Cikarang, dan Bandung.
Wilayah tersebut termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.
Meski demikian, Wafid memastikan gempa tidak berpotensi tsunami karena sumber gempa berada di darat.
Ia juga menyebut tidak ditemukan indikasi bahaya ikutan seperti retakan tanah, penurunan lahan, likuefaksi, maupun longsoran.
kunjungi laman berita terbaru di Exposenews.id
Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat. Warga juga diingatkan untuk memperhatikan beberapa hal berikut:
- Tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
- Tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, khususnya soal gempa dan tsunami.
- Memeriksa kondisi bangunan setelah gempa.
- Menghindari tebing atau lereng yang rawan gerakan tanah, terutama saat hujan.
- Membangun atau memperkuat rumah sesuai kaidah bangunan tahan gempa serta melengkapi jalur evakuasi.
Sementara itu, BMKG mencatat gempa terjadi pada pukul 19:54:56 WIB, dengan episentrum yang sama yaitu di tenggara Kabupaten Bekasi, pada kedalaman 10 km dan magnitudo M4,7.