PYONGYANG, Desapenari.id – Pemerintah Korea Utara secara terbuka menuding Korea Selatan melakukan tindakan provokatif dengan melepaskan tembakan peringatan ke arah pasukannya yang sedang bertugas di perbatasan pada Sabtu (23/8/2025). Selain itu, Korut memperingatkan bahwa insiden berisiko tinggi ini berpotensi memicu ketegangan antara kedua negara ke tingkat yang sama sekali tidak terkendali.
Berdasarkan laporan media pemerintah KCNA, Letnan Jenderal Angkatan Darat Korea Utara, Ko Jong Chol, menyatakan bahwa konfrontasi tersebut sebenarnya telah terjadi lebih awal, yaitu pada Selasa (19/8/2025). Saat itu, pasukan Korea Utara sedang menjalankan proyek penutupan permanen perbatasan yang membelah Semenanjung Korea. Menurutnya, insiden ini bukanlah hal sepele.
“Ini adalah awal yang sangat serius yang mau tidak mau akan mendorong situasi di wilayah perbatasan selatan—lokasi di mana sejumlah besar pasukan saling berhadapan—ke fase yang tidak terkendali,” tegas Ko Jong Chol, seperti dikutip oleh kantor berita AFP. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa militer Korea Selatan menggunakan senapan mesin untuk melepaskan lebih dari sepuluh tembakan peringatan ke arah pasukannya. Ia pun dengan tegas menyebut tindakan tersebut sebagai sebuah provokasi serius.
kunjungi juga laman berita gadget di Newtechclub.com
Sementara itu, pihak militer Korea Selatan hingga kini belum memberikan konfirmasi atau tanggapan resmi terkait insiden bentrokan yang dituduhkan tersebut.
Bentrokan di perbatasan kedua negara memang bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada awal April lalu, insiden serupa juga telah terjadi. Kala itu, militer Korea Selatan juga melepaskan tembakan peringatan sebagai respons atas sekitar sepuluh tentara Korea Utara yang diduga melintasi batas wilayah. Bahkan, pasukan Korea Utara keraterlihat beraktivitas di Zona Demiliterisasi (DMZ), yang merupakan wilayah berbahaya karena dipenuhi ranjau dan semak belukar.
baca juga : Bantu Rusia Perang di Ukraina, Kim Jong Un Puji Pasukan Militernya
Sejak Oktober 2024 lalu, Korea Utara telah mengumumkan rencana untuk menutup total perbatasannya dengan Korea Selatan. Tak hanya itu, Pyongyang juga dikabarkan mengirim pesan telepon kepada Amerika Serikat agar tidak melakukan kesalahan penilaian yang dapat memicu konflik tidak disengaja. Tak lama setelah pengumuman itu, pemerintah Korea Utara bahkan sengaja bagian jalan dan rel kereta api yang bersifat simbolis dan kedua Korea.
Dalam pernyataannya, Letjen Ko Jong Chol juga memperingatkan bahwa tentara Korea Utara tidak akan tinggal diam. Mereka akan membalas setiap gangguan terhadap upaya penutupan permanen perbatasan. Ditegaskannya, “Jika tindakan pengekangan atau penghalangan proyek yang tidak terkait dengan karakter militer terus berlanjut, tentara kami akan sebagai provokasi militer yang disengaja dan tindakan balasan yang sesuai.”
baca juga: Paviliun Indonesia di World Expo 2025
Selain insiden tembak-menembak, kedua negara juga diketahui kerap terlibat dalam bentrokan non-kekerasan di perbatasan. Contohnya, pada tahun lalu, Korea Utara menerbangkan ribuan balon yang berisi sampah ke arah Korea Selatan. Tindakan tersebut mereka klaim sebagai balasan atas balon propaganda anti-Korea Utara yang diterbangkan oleh aktivis Korea Selatan.
Sebagai bentuk respons, Korea Selatan kemudian menyalakan kembali pengeras suara perbatasan untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Mereka menyiarkan lagu-lagu K-pop dan berita internasional. Korea Utara pun tidak mau kalah; mereka balas dengan suara-suara aneh di sepanjang perbatasan yang akhirnya meresahkan warga Korea Selatan.