Surabaya (Desapenari.id) – Tanpa basa-basi lagi, Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto, langsung menegaskan bahwa kericuhan yang terjadi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, pada Jumat (28/8) sama sekali tidak mencerminkan aspirasi murni komunitas ojek online (ojol). Menurutnya, aksi yang justru berlangsung sangat damai di Mapolda Jatim membuktikan hal tersebut.

Dengan penuh keyakinan, Nanang mengajak para wartawan yang hadir untuk membandingkan kedua aksi tersebut. “Coba lihat, kawan-kawan!” ujarnya saat ditemui di Mapolda Jatim, Jumat malam. “Yang di Grahadi dan yang di sini sangat berbeda. Di Polda, ini ojol semua, benar-benar murni, kondusif, dan tanpa masalah. Kami pun sangat terbuka dan menampung semua aspirasi mereka dengan baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, jenderal bintang dua ini mengingatkan bahwa kericuhan di sekitar Grahadi justru menimbulkan banyak pertanyaan besar. Pasalnya, aksi tersebut justru berakhir dengan pengrusakan fasilitas umum dan merusak simbol kebesaran Provinsi Jawa Timur yang seharusnya dijaga bersama oleh seluruh masyarakat.

“Jangan sampai ojol justru didiskreditkan!” tegas Nanang. “Buktinya sudah jelas, aksi di Polda berjalan murni, tertib, dan penuh aspirasi. Sementara yang di Grahadi sangat berbeda. Kami akan menginvestigasi siapa saja pelaku di balik kerusuhan ini, karena mereka telah merusak simbol provinsi yang sangat kita junjung,” tambahnya.

Sebelum kericuhan terjadi, Nanang menegaskan bahwa aparat telah melakukan berbagai upaya persuasif jauh sebelum akhirnya mengerahkan gas air mata. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari eskalasi,” katanya.
Secara rinci, ia memaparkan bahwa proses pengamanan selalu mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. “Pertama-tama, kami selalu mulai dengan imbauan simpatik. Lalu, kami membentuk barikade pengaman. Namun, setelah kawat pengaman dirusak, kami pun bertahan. Bahkan, kami sudah memberikan peringatan keras, tetapi massa tidak juga mundur. Akhirnya, kami menyemprotkan air untuk membubarkan mereka. Sayangnya, bukannya menghentikan aksi, massa justru makin beringas. Mereka malah melakukan pembakaran, merusak CCTV, dan melemparkan paving block. Bahkan, ada sejumlah motor yang dibakar,” paparnya.
Selain itu, Nanang juga menekankan bahwa aparat kepolisian sama sekali tidak menggunakan senjata api atau peluru, baik tajam maupun karet, selama proses pengamanan berlangsung. “Kami tidak menggunakan senjata api sedikit pun, apalagi peluru tajam. Satu-satunya yang kami gunakan adalah gas air mata, itu pun hanya untuk membuat massa mundur dan situasi bisa terkendali,” jelasnya.
Di akhir pernyataannya, Nanang mengajak seluruh elemen masyarakat Jawa Timur untuk bersama-sama menjaga kondusivitas dan tidak merusak fasilitas publik yang merupakan milik bersama. “Daripada dana masyarakat dipakai untuk memperbaiki fasilitas umum yang dirusak, lebih baik dialokasikan untuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan warga. Saya yakin, seluruh warga Jawa Timur pasti sayang Jawa Timur. Ayo, kita jaga bersama!” serunya.
baca juga artikel gadget terbaru dan lengkap di Newtechclub.com
Sebagai informasi penting, unjuk rasa komunitas ojol di Surabaya ini digelar untuk menyampaikan aspirasi terkait kasus meninggalnya seorang pengemudi daring bernama Affan Kurniawan dalam sebuah insiden di Jakarta pada Kamis (28/8). Uniknya, massa membagi diri menjadi dua lokasi: satu kelompok berkumpul di depan Gedung Negara Grahadi dan satu lagi di Mapolda Jatim. Aksi di Mapolda berjalan sangat damai dengan doa bersama dan penyampaian tuntutan, sementara aksi di Grahadi justru berakhir ricuh hingga memicu aparat melepas gas air mata.