Berita

Nasib Pedagang Pasar Lontar Terabaikan, Revitalisasi Cuma Wacana?

Posted on 15 September 202515 September 2025

by eko satrio

Desapenari.id – Dua tahun silam, tepatnya pada 2023, sebuah insiden kebakaran hebat melahap habis Pasar Lontar Kebon Melati, Tanahabang, Jakarta Pusat. Namun, yang sungguh memilukan, hingga detik ini, belum ada satu pun tindakan perbaikan nyata yang pemerintah lakukan untuk membenahi pasar tersebut. Alih-alih melihat kemajuan, para pedagang justru hanya disuguhi rentetan janji yang tak kunjung menjadi kenyataan.

Berdasarkan penuturan Parno (40), seorang pedagang yang telah lama berjualan di sana, rencana revitalisasi sebenarnya sudah menggema bahkan sebelum si jago merah menghanguskan blok belakang pasar. “Sebenarnya, rencana pembangunan kembali memang sudah sering mereka omongkan. Akan tetapi, kenyataannya sampai sekarang belum juga terwujud. Kami, para pedagang, sudah sangat lelah mendengar janji-janji itu,” keluh Parno dengan nada kesal saat kami wawancarai di lokasi pada Minggu, 14 September 2025.

Meski begitu, di balik kelelahannya, Parno masih menyimpan secercah harapan agar pemerintah akhirnya merealisasikan revitalisasi tersebut. Terutama setelah tragedi kebakaran yang memperparah keadaan, harapan itu justru semakin membara. Parno dengan gamblang menggambarkan bahwa kondisi pasar tempat ia mencari nafkah sekarang ini sama sekali tidak mencerminkan wajah sebuah pasar yang layak.

Selain itu, kondisi pasar tersebut sangat memprihatinkan; terlihat kumuh dan lorong-lorong antar kiosnya sangat sempit. Bahkan, kios-kios para pedagang harus berbaur dengan kontrakan warga yang berada di dalam bangunan kayu yang sama. “Akan tetapi, ya kalau bisa sih, saya sangat berharap pasar ini dibangun kembali dengan serius. Soalnya, kondisinya sangat jauh berbeda dengan Pasar Inpres yang letaknya di atas. Pasar Inpres masih terlihat seperti pasar yang layak dan tertata,” tutur pria yang berdagang plastik dan kelontong itu.

Sebagai informasi, toko milik Parno sebelumnya juga ikut menjadi korban amukan api pada peristiwa kebakaran tersebut. Namun, demi mempertahankan usaha dan memenuhi permintaan pelanggan setianya, dengan semangat pantang menyerah, Parno memutuskan untuk mengambil alih sebuah kios di blok depan pasar yang selamat dan kembali membuka usahanya di sana. “Awalnya, toko saya berada di blok belakang. Setelah terbakar, saya pindah ke sini karena masih ada pelanggan yang setia datang. Akhirnya, saya putuskan untuk berjualan lagi di sini,” jelasnya dengan tekad bulat.

Sementara itu, nasib berbeda dialami oleh beberapa pedagang lainnya. Mereka memilih untuk tidak menunggu lebih lama dan akhirnya berpindah mencari tempat berjualan di lokasi lain. Sebagian dari mereka bahkan terpaksa berjualan di pinggir jalan tepat di depan pasar demi menyambung hidup.

Fakta mencengangkan lainnya terungkap dari Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI Jaya. Mereka mencatat bahwa Pasar Lontar Kebon Melati merupakan salah satu pasar yang paling terbengkalai dan tergolong paling kumuh di seluruh Jakarta. “Kami menilai, pasar dengan kondisi terparah saat ini adalah Pasar Blok G Tanah Abang dan juga Pasar Lontar Kebon Melati,” tegas Kepala Puskoppas DKI Jaya, Gusnal, dalam sebuah keterangan resminya.

JADI, APAKAH JANJI INI AKAN TERUS BERULANG?

Pada akhirnya, pertanyaan besar yang harus dijawab oleh pemangku kebijakan adalah: sampai kapan para pedagang kecil ini harus terus menanggung beban dan menunggu realisasi janji yang tak pasti? Revitalisasi bukan sekadar tentang membangun fisik pasar, tetapi tentang memulihkan denyut nadi perekonomian warga dan menghidupkan kembali harapan ratusan keluarga yang menggantungkan hidupnya di Pasar Lontar. Sudah waktunya aksi nyata berbicara, bukan lagi retorika!

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com