Desapenari.id – Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto, akhirnya buka suara mengenai alasan di balik keputusannya untuk membangun Sekolah Garuda baru. Brian dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah sengaja memfokuskan pembangunan ini di daerah-daerah yang sebelumnya minim bahkan tidak memiliki sekolah unggulan sama sekali. “Kita sengaja membangun sekolah baru ini di lokasi-lokasi yang memang jumlah SMA-SMA unggulannya masih sangat sedikit atau bahkan nol besar,” jelas Brian saat menghadiri acara di SMAN Unggulan MH Thamrin, Jakarta, pada Rabu, 8 Oktober 2025. Dengan kata lain, pemerintah secara aktif mengejar ketertinggalan dan menciptakan pusat-pusat pendidikan berkualitas di daerah yang paling membutuhkan.

Nah, yang bikin heboh, Brian kemudian mengungkapkan angka yang sangat mencengangkan! Ternyata, untuk membangun satu unit Sekolah Garuda saja, pemerintah harus menggelontorkan dana hingga Rp 200 miliar! Meski angka ini terdengar sangat besar, pemerintah ternyata tidak serta-merta membangun semua sekolah dari nol. Faktanya, strategi utama mereka justru memanfaatkan sekolah-sekolah yang sudah ada. Brian menegaskan, “Sebenarnya, pendekatan transformasi sekolah existing ini mendominasi, yakni mencapai 80 persen dari total program.” Oleh karena itu, meski biaya pembangunan baru sangat tinggi, porsinya justru lebih kecil dibandingkan dengan memodifikasi sekolah yang sudah berdiri.

Lalu, di mana saja lokasi-lokasi istimewa yang terpilih untuk mendapatkan investasi pendidikan sebesar ini? Pemerintah saat ini menargetkan pembangunan empat SMA Garuda baru yang akan segera diwujudkan. Daerah-daerah beruntung tersebut adalah Belitung Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Timor Tengah Selatan, dan Konawe Selatan. Selain itu, pemerintah juga sedang menyiapkan kejutan lain dengan mentransformasi 12 sekolah existing menjadi Sekolah Garuda. Sekolah-sekolah pilihan ini tersebar dari ujung barat hingga timur Indonesia, mencakup SMAN 10 Fajar Harapan di Aceh, SMA Unggul Del di Sumatera Utara, MAN Insan Cendekia Ogan Komering Ilir di Sumatera Selatan, SMAN Unggulan MH Thamrin di DKI Jakarta, dan SMA Cahaya Rancamaya di Jawa Barat. Tak ketinggalan, SMA Taruna Nusantara dan SMA Pradita Dirgantara di Jawa Tengah, SMAN 10 Samarinda di Kalimantan Timur, SMAN Banua BBS di Kalimantan Selatan, MAN Insan Cendekia Gorontalo, SMAN Siwalima Ambon di Maluku, serta SMA Averos Sorong di Papua Barat Daya juga termasuk dalam daftar ini.

Pertanyaannya, apa sih tujuan sebenarnya dari program mega-proyek pendidikan ini? Brian Yuliarto dengan penuh semangat memaparkan bahwa misi utamanya adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan mampu bersaing di kancah global. “Program ini merupakan salah satu inisiatif langsung dari Bapak Presiden untuk menyediakan wadah bagi anak-anak bangsa yang memiliki tekad kuat untuk menjadi peneliti dan industrialis kelas dunia,” ungkapnya. Dengan kata lain, Sekolah Garuda dirancang sebagai inkubator bagi para calon pemimpin masa depan Indonesia. Melalui sekolah-sekolah ini, diharapkan semakin banyak pelajar Indonesia yang dapat diterima di perguruan tinggi top dunia maupun dalam negeri.

Namun, mungkin banyak yang penasaran, apakah Sekolah Garuda menggunakan kurikulum khusus yang super ketat? Jawabannya cukup mengejutkan! Brian menegaskan bahwa Sekolah Garuda TIDAK menerapkan kurikulum yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Sebaliknya, mereka hanya menambahkan beberapa program dan pengayaan khusus. “Kurikulum intinya sama, kita hanya memberikan tambahan untuk mempersiapkan mereka lebih matang dalam berkompetisi dengan lulusan SMA dari negara lain,” jelas Brian. Jadi, fokusnya adalah pada penyempurnaan dan penambahan kemampuan, bukan pada pembuatan sistem yang sama sekali baru. Pendekatan ini diyakini dapat membuat siswa lebih siap menghadapi persaingan global tanpa kehilangan akar pendidikan nasionalnya.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com