Desapenari.id – Bayangkan, suatu hari nanti Anda bisa mendeteksi penyakit mematikan seperti TBC semudah dan secepat mengetes COVID-19 di rumah. Inilah terobosan dahsyat yang diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi. Alih-alih hanya sekadar wacana, pemerintah Indonesia justru sedang serius menjadikan penanganan Tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu prioritas utama. Mereka tidak main-main dan sudah menyiapkan senjata rahasia: alat deteksi praktis yang bakal mengubah total wajah perang melawan TBC di tanah air.
Lantas, apa yang mendorong langkah cepat ini? Ternyata, komando langsung datang dari Presiden Prabowo Subianto yang memiliki tekad baja untuk memangkas angka kematian akibat TBC secepat mungkin. Momentum ini kemudian ditangkap dengan sangat baik oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, Menkes Budi dengan penuh semangat menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam. Mereka berkomitmen untuk segera menyediakan alat yang lebih praktis guna mempercepat proses deteksi dini kasus TBC di seluruh penjuru negeri.
Namun, sebelum kita membahas solusi jeniusnya, kita harus pahami dulu akar masalahnya. Selama ini, banyak yang mengira tingginya kasus TBC di Indonesia terjadi karena kita kekurangan obat. Akan tetapi, Menkes Budi dengan tegas membantah anggapan ini. Faktanya, masalah utamanya justru terletak pada sulitnya mendeteksi atau melakukan skrining pasien sejak dini. Di sisi lain, gejala TBC yang sering kali terlihat seperti batuk biasa membuat banyak penderita tidak menyadari bahaya yang mengintai. Belum lagi, akses terhadap pemeriksaan laboratorium yang canggih masih sangat terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil.
Oleh karena itu, untuk menjawab semua tantangan itu, Kemenkes akhirnya memperkenalkan solusi yang benar-benar game changer: sebuah alat tes TBC portabel yang super mudah digunakan. Alat baru ini sengaja didesain dengan ukuran kecil dan ringan, sehingga bisa dibawa ke mana-mana. Yang paling menakjubkan, alat ini tidak memerlukan laboratorium sama sekali! Meskipun sederhana, akurasinya diklaim setara dengan alat GeneXpert yang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Alat mahal itu selama ini hanya bisa diakses oleh rumah sakit besar, sedangkan alat baru ini akan mendemokratisasikan pemeriksaan TBC.
Lalu, bagaimana cara kerjanya? Di sinilah letak kemudahannya yang luar biasa. Menkes Budi dengan gamblang menjelaskan bahwa metode tes pada alat ini persis seperti tes COVID-19 yang sudah sangat familiar di masyarakat. Anda tidak perlu lagi repot-repot atau merasa jijik untuk mengeluarkan dahak. Cukup dengan menggunakan sampel ludah saja, hasil deteksi sudah bisa diketahui. “Bedanya, alat ini bisa digunakan hanya dengan sampel ludah seperti tes COVID-19, tanpa perlu dahak,” sambungnya menekankan kemudahan tersebut. Proses yang rumit dan memakan waktu akhirnya berhasil disederhanakan.
Dampak dari kehadiran alat ini dipastikan akan sangat besar, terutama di tingkat fasilitas kesehatan pertama (Faskes) seperti klinik atau puskesmas. Dengan alat portabel ini, deteksi TBC bisa dilakukan lebih cepat dan akurat langsung di garis terdepan pelayanan kesehatan. Pasien tidak perlu lagi dirujuk jauh-jauh ke rumah sakit yang memakan biaya dan waktu. Akibatnya, penemuan kasus menjadi lebih masif, dan pengobatan bisa dimulai lebih awal. Pada akhirnya, rantai penularan TBC di masyarakat dapat diputus lebih cepat.
Nah, mungkin Anda bertanya-tanya, kapan alat hebat ini bisa dinikmati? Kabar baiknya, tahun ini sendiri Kementerian Kesehatan langsung turun tangan dengan menjalankan proyek percontohan di 100 puskesmas terpilih. Proyek percontohan ini sengaja dilakukan untuk memastikan bahwa alat tersebut benar-benar efektif di lapangan. Selanjutnya, jika hasilnya sesuai harapan dan terbukti sukses, maka pada tahun 2026 alat ajaib ini akan segera disebarluaskan ke delapan provinsi dengan beban kasus TBC tertinggi, termasuk Jawa Timur. Langkah strategis ini menunjukkan keseriusan pemerintah.
Selain itu, ada strategi jitu lainnya yang diungkap oleh Menkes Budi. Beliau menekankan bahwa penanganan TBC sebenarnya lebih baik dilakukan di klinik daripada di rumah. Mengapa? Alasannya, pasien TBC membutuhkan pengawasan ketat untuk disiplin minum obat setiap hari selama berbulan-bulan. Di klinik, tenaga kesehatan dapat terus mengingatkan dan memantau kepatuhan pengobatan pasien. Pendekatan ini memastikan bahwa pasien tidak putus obat, yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan pengobatan dan munculnya TBC resistan obat. Dengan demikian, alat deteksi cepat ini dilengkapi dengan sistem pendampingan yang kuat.
Singkatnya, inovasi alat deteksi TBC portabel ini bukan sekadar alat, melainkan sebuah loncatan besar dalam sejarah kesehatan Indonesia. Alat ini diharapkan dapat menjadi ujung tombak baru yang mampu mengubah paradigma penanganan TBC dari yang sebelumnya lambat dan rumit, menjadi cepat, mudah, dan terjangkau. Melalui kombinasi antara teknologi canggih dan strategi penanganan yang tepat, impian untuk menurunkan angka kematian akibat TBC, seperti yang diinstruksikan Presiden Prabowo, bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Masyarakat pun bisa bernapas lega karena pemeriksaan TBC sebentar lagi bakal semudah mengetes COVID-19.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

