Desapenari.id – Mantan Presiden AS Donald Trump secara terbuka melancarkan kritik pedas. Kali ini, ia menyoroti kegagalan para pemimpin Eropa dalam menghentikan konflik di Ukraina. Bahkan, dengan nada keras, Trump secara langsung menyebut para pemimpin Eropa itu lemah. Lebih lanjut, ia menyarankan agar Amerika Serikat mengurangi dukungan militernya untuk Ukraina. “Saya pikir mereka lemah, tetapi saya juga berpikir mereka ingin bersikap sangat politis. Saya pikir mereka tidak tahu harus berbuat apa,” ucap Trump dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Politico.
Kritik Trump ini bukan tanpa sebab. Menariknya, kritik terbaru Trump ini muncul tepat sehari setelah para pemimpin Eropa berkumpul di London. Seperti diketahui, pertemuan London tersebut membahas upaya kolektif untuk menghentikan pertempuran di Ukraina. Menurut Trump, para pemimpin Eropa secara nyata gagal dalam dua hal besar. Pertama, mereka gagal mengendalikan arus migrasi. Kedua, dan yang lebih krusial, mereka tidak mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri perang Ukraina dengan Rusia. Trump dengan tegas menuduh mereka membiarkan Kyiv terus berperang tanpa solusi yang jelas.
Di sisi lain, Trump mengklaim adanya perkembangan menarik dari pihak Ukraina. Dalam wawancara yang sama, ia mengungkapkan bahwa negosiator Ukraina ternyata menyukai proposal perdamaian yang didukung AS. Namun, ada satu kendala besar: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri diklaim belum membacanya. Tidak berhenti di situ, Trump juga mengulangi seruannya yang kontroversial. Ia mendesak Kyiv untuk segera menyelenggarakan pemilu, sambil menuduh pihak Ukraina sengaja menggunakan perang sebagai alasan untuk menundanya. “Tahukah Anda, mereka berbicara tentang demokrasi, tetapi sampai pada titik di mana itu bukan demokrasi lagi,” tegas Trump.
Lalu, bagaimana fakta sebenarnya tentang pemilu di Ukraina? Sebagaimana banyak dilaporkan, masa jabatan Zelensky sebenarnya akan berakhir pada Mei 2024. Akan tetapi, pemilu memang secara resmi ditangguhkan sejak darurat militer diberlakukan pasca invasi Rusia. Selain isu Ukraina, Trump juga memperingatkan bahaya lain. Ia mengklaim bahwa perpecahan ideologis yang mendalam kini mengancam akan merobek-robek aliansi lama Washington dengan Eropa.
Tentu saja, kritik tajam Trump ini langsung memantik berbagai respons. Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper, secara khusus menanggapi pernyataan Trump. Cooper menyatakan bahwa Trump tampaknya hanya melihat Eropa sebagai “kekuatan” semata, tanpa memahami kompleksitas diplomasi. Padahal, faktanya, para pemimpin Eropa disebut telah berupaya maksimal untuk mengambil peran dalam upaya perdamaian yang dipimpin AS. Namun, mereka juga memiliki kekhawatiran yang valid: mereka tidak ingin melemahkan kepentingan jangka panjang Eropa hanya demi sebuah penyelesaian yang cepat dan instan.
Sementara itu, dari pihak Ukraina, Volodymyr Zelensky memberikan penjelasan melalui unggahan di platform X. Dengan tegas, Zelensky menyatakan bahwa Ukraina dan Eropa saat ini aktif bekerja sama untuk mengakhiri perang. Menurutnya, elemen-elemen dalam rencana perdamaian yang digarap bersama Ukraina dan Eropa justru sudah berkembang lebih maju. Lalu, bagaimana dengan wacana pemilu? Zelensky menyatakan kesiapannya. Ia bahkan meminta agar proposal yang dapat mengubah undang-undang pemilu segera disusun. Presiden Ukraina itu menyebutkan, pemilu dapat terlaksana dalam waktu 60 hingga 90 hari ke depan, dengan satu syarat mutlak: keamanan harus benar-benar terjamin dengan bantuan penuh dari AS dan sekutu-sekutunya.
Analisis menunjukkan bahwa pernyataan Trump ini kembali menyoroti perbedaan pendekatan yang mendasar. Di satu sisi, Trump tampaknya mengedepankan pendekatan transaksional dan mendorong solusi cepat, meski mungkin mengorbankan posisi Ukraina. Di sisi lain, para pemimpin Eropa dan Ukraina sendiri tampak lebih berhati-hati, ingin memastikan bahwa perdamaian yang dicapai adalah perdamaian yang berkelanjutan dan adil, serta tidak mengabaikan kedaulatan Ukraina. Kritik tentang “kelemahan” Eropa ini juga dinilai banyak pengamat sebagai upaya untuk mendistorsi narasi. Faktanya, dukungan finansial, militer, dan kemanusiaan Eropa untuk Ukraina justru sangat masif dan konsisten sejak hari pertama invasi.
Pertanyaannya sekarang, apakah desakan untuk pemilu di tengah perang realistis? Banyak pakar hukum dan keamanan internasional meragukannya. Menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil membutuhkan kondisi keamanan yang stabil, akses yang merata bagi seluruh calon, dan kemampuan bagi semua warga untuk memberikan suara tanpa paksaan—kondisi-kondisi yang hampir mustahil terpenuhi di wilayah yang masih menjadi medan tempur. Oleh karena itu, wacana pemilu yang diangkat Trump kerap dianggap sebagai alat politik untuk menekan Zelensky, daripada sebuah solusi yang genuine untuk memajukan demokrasi Ukraina.
Pada akhirnya, perang di Ukraina telah menjadi ujian berat bagi solidaritas transatlantik. Komentar Trump, yang berpotensi memecah belah koalisi pendukung Ukraina, justru dianggap dapat menguntungkan posisi Rusia. Sementara itu, pernyataan Zelensky dan respons Eropa menunjukkan komitmen untuk tetap berpegang pada prinsip: kedaulatan Ukraina tidak bisa ditawar. Pertarungan narasi ini akan terus berlanjut, terutama menjelang Pemilu AS 2024, di mana hasilnya akan sangat menentukan masa depan dukungan Barat untuk Ukraina dan bentuk aliansi AS-Eropa di tahun-tahun mendatang. Satu hal yang pasti: jalan menuju perdamaian masih panjang dan berliku, dan membutuhkan lebih dari sekadar kritik dari pinggir lapangan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com


Kingphbet! They got a bunch of different stuff to bet on. Sports, casino games… whatever floats your boat. Go check ‘em out! kingphbet
дизайн проект квартиры стоимость дизайн квартиры
Нужен трафик и лиды? https://avigroup.pro/kazan/sozdanie-sajtov/ SEO-оптимизация, продвижение сайтов и реклама в Яндекс Директ: приводим целевой трафик и заявки. Аудит, семантика, контент, техническое SEO, настройка и ведение рекламы. Работаем на результат — рост лидов, продаж и позиций.