Desapenari.id – Bukan main panasnya aksi warga Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Rabu malam itu! Seorang pelaku pencurian motor (curanmor) benar-benar merasakan akibat perbuatannya setelah nekat beraksi. Saksikan, bagaimana seorang pemuda berinisial AN kini harus duduk tertunduk dengan wajah babak belur, menjadi sasaran amuk warga yang geram.
Mari kita kupas kronologinya. Berdasarkan video viral yang diunggah akun Instagram @kabar_kramat.jati, peristiwa mencekam ini berlangsung sekitar pukul 23.30 WIB, tepatnya di kawasan sekitar Masjid Al-Hawi, Condet. Awalnya, pelaku kepergok warga saat sedang mengendap-endap di daerah Cililitan. Selanjutnya, karena gerak-geriknya dinilai sangat mencurigakan, warga pun langsung sigap mengejarnya.
Ternyata, kabar viral ini bukan sekadar isu. Kanit Reskrim Polsek Kramat Jati, AKP Fadoli, dengan tegas membenarkan kejadian tersebut. “Sudah diamankan di Polsek dan diproses (penyidikan),” jelas Fadoli saat dikonfirmasi pada Jumat (26/12/2025). Dengan demikian, keaslian peristiwa ini sudah terjamin dari pihak berwenang.
Lalu, bagaimana sebenarnya modus operandi sang pelaku? Menurut penjelasan Fadoli, pelaku menggunakan cara yang terbilang klasik namun seringkali berhasil. “Pelaku sendiri modusnya pelaku jalan kaki, melihat motor korban kebetulan diparkir di pinggir jalan tanpa dikunci stang selanjutnya didorong,” ungkapnya. Jadi, jelas sekali, korbannya adalah motor yang lengah karena stangnya tidak dikunci.
Namun, malam itu nasib sial benar-benar menghampiri sang pelaku. Bukannya berhasil kabur, dia justru terjepit dan akhirnya tertangkap basah oleh warga yang semakin banyak berdatangan. Akibatnya, emosi warga yang sudah memuncak pun meledak. Dalam video tersebut, terlihat pelaku dalam kondisi sangat mengenaskan setelah menjadi ‘bulan-bulanan’ massa. Wajahnya penuh lebam, dan dia hanya bisa terduduk lesu.
Di tengah kemarahan massa, ada juga sisi humanis yang patut diapresiasi. Tampak dalam video, beberapa warga yang lebih tenang justru berusaha mencegah tindakan main hakim sendiri yang berlebihan. Mereka berusaha menahan warga lainnya agar tidak terus-menerus memukuli pelaku. Aksi ini menunjukkan bahwa meski emosi tinggi, masih ada nalar dan rasa kemanusiaan yang coba dijaga.
Bayangkan suasana malam itu; keriuhan, teriakan, dan kemarahan warga yang merasa wilayahnya terusik. Pelaku yang awalnya mungkin mengira aksinya berjalan mulus, langsung terbangun dari mimpi buruknya sendiri. Dia tidak hanya gagal mengambil motor, tetapi juga harus menghadapi konsekuensi fisik yang sangat berat dari warga yang sudah jengah dengan aksi kejahatan.
Sekarang, setelah insiden ricuh tersebut, pelaku telah berada dalam pengamanan pihak kepolisian. Proses penyidikan resmi telah dimulai untuk mengusut tuntas kasus ini. Dengan demikian, meski sempat terjadi penganiayaan oleh massa, akhirnya jalur hukum tetap ditempuh. Hal ini penting untuk ditekankan agar tidak menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di masyarakat.
Peristiwa ini, sekali lagi, menyoroti fenomena ‘main hakim sendiri’ yang masih kerap terjadi di masyarakat kita. Di satu sisi, kita memahami luapan emosi warga yang merasa terancam dan sering menjadi korban. Akan tetapi, di sisi lain, kita juga harus mengingat bahwa negara memiliki alat hukum yang sah untuk menindak pelaku. Kekerasan berantai justru dapat menimbulkan masalah baru.
Oleh karena itu, sementara kita mengutuk tindak pencurian yang dilakukan pelaku, kita juga perlu mengimbau agar warga menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada pihak yang berwenang. Upaya warga menangkap dan menahan pelaku sangat heroik, tetapi penganiayaan selanjutnya berisiko melanggar hukum. Poin inilah yang seringkali menjadi area abu-abu dalam situasi semacam ini.
Lantas, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus ini? Pertama, bagi pemilik kendaraan, selalu tingkatkan kewaspadaan. Mengunci stang motor adalah langkah minimalis yang sangat berarti. Kedua, bagi masyarakat, koordinasi dengan patroli warga dan polisi sektor setempat harus lebih diperkuat. Dan ketiga, bagi calon pelaku kejahatan, insiden ini adalah bukti nyata bahwa masyarakat kini semakin waspada dan tidak segan bertindak.
Pada akhirnya, video yang viral itu bukan sekadar tontonan kekerasan, melainkan cermin dari kondisi sosial kita. Ia menunjukkan sinergi (meski kadang kacau) antara masyarakat dan aparat, serta pentingnya keamanan kolektif. Pelaku AN kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, sementara warga diingatkan untuk menjaga ketertiban bahkan dalam menangani kejahatan. Semoga, kejadian seperti ini tidak terulang, dan jalan hukum selalu menjadi pilihan utama untuk menciptakan rasa aman yang beradab bagi semua.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

