Liga 1 Tertinggal di Asia, Pengamat Desak Pembenahan Revolusioner

desapenari.id – Liga 1 Tertinggal di Asia, Pengamat Desak Pembenahan Revolusioner. Liga 1 Indonesia musim 2024-2025 sudah memasuki babak akhir. Sayangnya, meski ada sedikit peningkatan dalam koefisien poin, kompetisi tertinggi sepak bola Tanah Air masih tertatih-tatih di panggung Asia.

Dalam daftar peringkat AFC yang mencakup 47 negara, Liga 1 Indonesia hanya berada di posisi ke-25 dengan 18,2 poin. Memang, ada kenaikan tipis dari musim sebelumnya yang menempatkan kita di urutan ke-28. Namun, hal ini tidak cukup membanggakan karena kita justru ketinggalan jauh dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, bahkan Singapura.

Thailand, misalnya, dengan solid bertengger di peringkat ke-8 (53,1 poin). Malaysia juga terus merangkak naik ke posisi ke-10 (39,8 poin). Sementara itu, Vietnam (34,5 poin) dan Singapura (25,5 poin) sudah jauh meninggalkan Indonesia. Bahkan, Kamboja berhasil menggeser kita!

Akmal Marhali, pengamat sepak bola nasional, menyoroti buruknya kualitas kompetisi domestik sebagai penyebab utama. “Peringkat Indonesia yang hanya ke-25, bahkan kalah dari Kamboja, membuktikan bahwa liga kita butuh akselerasi perbaikan,” tegasnya.

Ia mengingatkan, dulu pada 2008-2010, Indonesia sempat masuk 10 besar di Asia. “Sekarang? Kita tertinggal sangat jauh,” ujarnya prihatin.

Akmal juga menyayangkan mentalitas klub-klub Indonesia yang berlaga di turnamen Asia seperti AFC Champions League atau ASEAN Club Championship (ACC). Menurutnya, mereka hanya sekadar ikut serta tanpa target jelas. Alhasil, poin koefisien klub Indonesia jeblok dan berdampak langsung pada peringkat nasional.

“Kita harus mengambil langkah progresif untuk membenahi kompetisi. Mindset klub-klub yang berlaga di ajang Asia harus berubah,” tegasnya. “Selama ini, mereka cuma jadi pelengkap penderita karena tidak bermain total.”

Menurut Akmal, salah satu masalah terbesar adalah manajemen kompetisi yang buruk, terutama dalam penyusunan jadwal. Liga 1 dijalankan seperti sinetron stripping—padat tanpa jeda, sehingga klub tidak punya waktu untuk recovery atau persiapan matang saat berlaga di kancah internasional.

“Jadwal yang terlalu padat membuat klub tidak punya waktu istirahat dan persiapan memadai. Akibatnya, performa di ajang Asia pun tidak maksimal,” jelasnya.

Akmal menegaskan, Indonesia butuh pembenahan revolusioner, bukan sekadar perbaikan biasa. Mulai dari peningkatan kualitas kompetisi, perbaikan manajemen liga, hingga perubahan mindset klub-klub. Tanpa langkah drastis, Liga 1 akan terus tertinggal di Asia.

“Kita tidak bisa hanya berpuas diri dengan peningkatan kecil. Harus ada terobosan besar agar sepak bola Indonesia bisa bersaing lagi di level regional maupun Asia,” pungkasnya.

Dengan kondisi saat ini, jelas bahwa Liga 1 butuh perubahan menyeluruh. Jika tidak, impian melihat Indonesia bersaing di panggung sepak bola Asia akan semakin jauh dari kenyataan. Sudah waktunya semua pihak—pengurus, klub, hingga pemain—berkontribusi untuk kemajuan sepak bola nasional.

Bagaimana menurutmu? Apa langkah konkret yang harus diambil untuk meningkatkan kualitas Liga 1?

More From Author

Hasil Malaysia Masters 2025: Putri KW Gugur di Perempat Final

Bertahan atau Tersingkir, Timnas China Pasang Taruhan Besar di SUGBK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *