Desapenari.id – Sudah hampir dua pekan terakhir, situasi di SPBU 74.913.49 Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, benar-benar memprihatinkan! Ratusan truk yang melintas antarprovinsi terpaksa menyerah di pinggir jalan karena kehabisan solar, sehingga mereka harus mengantre panjang yang tak wajar. Bahkan, antrean kendaraan berat ini terlihat mengular begitu dramatis, mencapai lebih dari satu kilometer dan memadati sepanjang Jalan Trans Sulawesi dengan pemandangan yang mirip lokasi konser truk.
Dampaknya bagi para sopir sungguh sangat merugikan! Sejumlah sopir dengan nada kesal mengungkapkan, mereka harus menghabiskan waktu hingga lima jam lebih setiap harinya hanya untuk menunggu pengisian bahan bakar. Lebih parah lagi, tak sedikit dari mereka yang akhirnya terpaksa menghabiskan malam di dalam kabin truk mereka di tepi jalan, semua itu terjadi karena solar di tangki mereka habis di tengah perjalanan. “Waktu kita lebih banyak terbuang di jalan menunggu BBM daripada beroperasi,” keluh Eka Pebrianto, salah seorang sopir truk, dengan nada frustrasi pada Rabu (15/10/2025). Pada intinya, waktu produktif mereka habis percuma.
Selain itu, banyak sopir lainnya juga mengeluhkan kesulitan yang sama. Mereka menyatakan bahwa lebih dari separuh waktu kerja mereka yang berharga ternyata habis hanya untuk aktivitas antre bahan bakar. Bahkan, demi mendapatkan giliran isi, beberapa sopir sudah rela datang dan menunggu sejak subuh menyingsing. Biasanya, antrean panjang yang mengerikan ini mulai terlihat jelas pada sore hari dan berlanjut hingga tengah malam, yaitu tepat pada saat pasokan solar baru akhirnya tiba di SPBU. Sebaliknya, pada siang hari, SPBU justru tampak sangat sepi dan kosong karena stok bahan bakar sudah lama habis terjual. Konfirmasi dari para pengguna jalan, kondisi menyebalkan ini konon sudah berlangsung lebih dari dua pekan, terutama sejak aktivitas truk melonjak drastis pada musim panen padi.
Lalu, apa akar masalah dari kekacauan ini? Penanggung jawab SPBU Wonomulyo, Arham, dengan jelas menerangkan bahwa lonjakan antrean kendaraan ini terutama disebabkan oleh meledaknya permintaan solar dari kendaraan pengangkut hasil panen. “Jatah tetap kami dari Pertamina hanya 16.000 liter, hanya saja lonjakan kendaraan truk meningkat tajam terutama sejak memasuki musim panen padi saat ini,” jelas Arham dengan gamblang. Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa pasokan solar yang datang setiap hari itu selalu habis terjual dalam waktu yang sangat singkat, yaitu kurang dari satu malam. Hal ini tentu saja dipicu oleh membludaknya jumlah truk lokal maupun lintas provinsi yang mengantre. Dengan kata lain, pasokan yang ada sama sekali tidak mampu memenuhi permintaan yang membengkak.
Menyikapi kondisi yang serba sulit ini, para sopir pun akhirnya angkat suara. Mereka pun berharap agar Pertamina dan pemerintah daerah segera turun tangan untuk melakukan pengawasan langsung di lapangan. Tujuannya jelas, agar distribusi BBM bisa berjalan lebih merata dan adil. Selain itu, mereka juga secara khusus meminta dengan sangat kepada pemerintah agar menambah kuota solar untuk daerah dengan aktivitas ekonomi tinggi seperti Polewali Mandar. Permintaan ini dinilai sangat penting agar roda perekonomian, khususnya sektor pengangkutan hasil bumi, tidak terus-menerus terhambat oleh krisis BBM yang sebenarnya bisa diatasi.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com