DENPASAR, Desapenari.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi melansir peringatan dini untuk ancaman kekeringan ekstrem yang sedang melanda Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Sebagai informasi penting, Stasiun Klimatologi Bali secara aktif memantau perkembangan iklim ini. Kemudian, Kepala Stasiun Klimatologi Bali, Aminudin Ar Roniri, mengonfirmasi kabar ini di Denpasar pada Sabtu (11/10/2025). Beliau pun langsung memberikan penjelasan yang menenangkan; beliau memproyeksikan bahwa risiko kekeringan ekstrem ini kemungkinan besar tidak akan meluas. Alasan di balik optimisme ini adalah karena Desember 2025 ini sudah diprediksi akan menjadi gerbang masuk menuju awal musim hujan.
Sementara itu, dari markasnya yang terletak di Kabupaten Jembrana, Bali Barat, Stasiun Klimatologi Bali dengan cermat memetakan kondisi kekeringan di seluruh wilayah. Hasilnya sangat mengejutkan! Mereka menemukan fakta bahwa Kecamatan Tejakula di Kabupaten Buleleng harus masuk dalam status AWAS untuk kekeringan. Status mengkhawatirkan ini mereka tetapkan setelah melalui pengamatan ketat terakhir pada Jumat (10/10/2025), yang mengungkapkan bahwa wilayah tersebut sama sekali tidak diguyur hujan selama lebih dari 60 hari berturut-turut!
Lalu, apa sebenarnya arti dari kategori “Awas” ini? Kategori ini bukanlah sekadar label biasa, melainkan sebuah indikasi bahaya yang serius. Secara teknis, status ini berarti para ahli memprakirakan dengan probabilitas sangat tinggi (di atas 70%) bahwa curah hujan di wilayah tersebut akan kurang dari 20 milimeter per periode sepuluh hari (dasarian). Bahkan, nilai indeks curah hujannya diprediksi akan mencapai titik terendah, yaitu minus 2. Singkatnya, kekeringan parah masih akan terus membelenggu Tejakula untuk beberapa waktu ke depan.
Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa wilayah Tejakula saat ini diperkirakan sedang mengalami fase kekeringan meteorologis. Secara sederhana, kondisi ini menggambarkan situasi kekeringan yang terjadi dalam periode tertentu, yang utamanya dipicu oleh menyusutnya curah hujan secara signifikan atau bisa juga karena ulah musim kemarau yang berkepanjangan. Jadi, ini adalah peringatan nyata dari alam.
Namun, yang perlu kita perhatikan, ancaman serupa tidak hanya berhenti di Tejakula. BMKG juga menyoroti wilayah lain yang sudah harus siaga, yaitu Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem. Wilayah ini mereka masukkan ke dalam kategori SIAGA kekeringan. Status ini menjadi lampu kuning yang menandakan masyarakat harus mulai meningkatkan kewaspadaan.
Lalu, bagaimana dengan kriteria “Siaga”? Kategori siaga ini memiliki makna prakiraan yang hampir mirip dengan status “Awas”. Para ahli memperkirakan dengan probabilitas yang sama tingginya (di atas 70%) bahwa curah hujan akan di bawah 20 milimeter per dasarian. Akan tetapi, sedikit ada angin segar karena nilai indeks curah hujannya diprakirakan berada di kisaran minus 1,50 hingga minus 1,99, yang secara teknis sedikit lebih baik daripada kondisi di Tejakula.
Di balik semua peringatan ini, ada secercah harapan yang disampaikan oleh Aminudin. Beliau dengan yakin menyampaikan sebuah prediksi penting; diperkirakan pada Desember 2025 nanti, sebagian besar wilayah di Bali akan mulai menyambut musim hujan, termasuk tentunya Buleleng dan Karangasem yang sedang mengalami kesulitan ini. Prediksi ini tentu saja didasarkan pada analisis data dan model iklim mutakhir yang diolah oleh tim ahli BMKG.
Selain itu, Aminudin juga membagikan pengetahuan berharga mengenai proses transisi menuju musim hujan. Beliau menjelaskan, “Sebelum masuk musim hujan tentu akan didahului dengan hujan ringan sampai sedang sebagai pertanda akan masuk musim hujan.” Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa hujan-hujan kecil di akhir periode kemarau adalah pertanda baik yang harus disyukuri.
Sebagai informasi tambahan, sebelumnya BMKG sudah lebih dulu memprediksi jadwal puncak musim hujan di Bali. Puncak hujan diperkirakan akan terjadi pada periode Januari-Februari 2026. Artinya, setelah melewati masa transisi di Desember, intensitas hujan akan semakin meningkat sebelum akhirnya mencapai puncaknya di awal tahun 2026.
Terakhir, untuk memberikan gambaran yang lebih detail, BMKG memecah Bali menjadi 20 zona musim (ZOM). Dari pemantauan mereka, sebanyak 55 persen dari zona-zona ini, atau 11 zona, diproyeksikan akan mengalami puncak musim hujan pada Februari 2026. Sementara itu, sisanya yang mencapai 45 persen, atau setara dengan sembilan zona musim, justru akan merasakan puncak musim hujan lebih cepat, yaitu pada Januari 2026. Dengan demikian, seluruh wilayah Bali akan bergiliran mengalami curah hujan tertinggi dalam periode dua bulan tersebut.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
**mindvault**
Mind Vault is a premium cognitive support formula created for adults 45+. It’s thoughtfully designed to help maintain clear thinking
**mind vault**
mind vault is a premium cognitive support formula created for adults 45+. It’s thoughtfully designed to help maintain clear thinking