Gara-gara Trump Ejek Putin, Rusia ingatkan Perang Dunia III

WASHINGTON DC, Desapenari.id — Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev tak tinggal diam setelah Presiden AS Donald Trump menghujat Vladimir Putin. Medvedev langsung melemparkan ancaman serius: Perang Dunia III bisa pecah! Ini semua berawal dari komentar pedas Trump yang menyebut Putin “gila” karena serangan udara Rusia di Ukraina yang menewaskan 13 orang.

Tanpa basa-basi, Trump meledak di platform Truth Social pada Minggu (25/5/2025). “Dia benar-benar gila. Membunuh banyak orang tanpa alasan!” tulisnya. Tak berhenti di situ, Trump juga memperingatkan bahwa tanpa dirinya, Rusia bakal menghadapi bencana. “Vladimir Putin tidak sadar, kalau bukan karena aku, hal-hal buruk sudah menimpa Rusia. Dan aku serius—benar-benar buruk! Dia main api!” tegas Trump.

Medvedev, yang kini jadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, langsung merespons dengan nada mengancam. “Hanya satu hal yang benar-benar buruk—Perang Dunia III. Aku harap Trump paham!” cetusnya. Komentar ini langsung memicu reaksi keras dari perwakilan AS untuk Ukraina, Keith Kellogg, yang menyebut ancaman Medvedev sembrono.

Kellogg tak mau kalah. Lewat akun X-nya, dia menembak balik, “Bicara soal Perang Dunia III cuma buat ciptakan ketakutan. Komentar @MedvedevRussia sangat tidak pantas untuk negara besar!” Dia menambahkan, “Presiden Trump sedang berusaha hentikan perang dan pertumpahan darah. Kami masih tunggu dokumen resmi dari Rusia yang dijanjikan seminggu lalu. Gencatan senjata harus segera!”

Meski saling serang di media, di belakang layar, upaya diplomasi ternyata masih hidup. Buktinya, dua pejabat Kedubes AS hadir di forum keamanan internasional di Moskwa pada Rabu (29/5/2025). Kehadiran Eric Jordan (Konselor Urusan Politik dan Ekonomi) dan Jeremy Ventuso (Sekretaris Kedua) ini jadi yang pertama sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022.

baca juga: Trump Putuskan Hubungan dengan Israel

Presiden Putin sendiri membuka forum dengan tegas. Dia menegaskan kebijakan keamanan Rusia, termasuk soal perang di Ukraina, tetap tak berubah. Namun, kehadiran perwakilan AS di Moskwa menarik perhatian banyak pihak.

Sam Greene, analis politik Rusia dari King’s College London, melihat kehadiran diplomat AS sebagai sinyal positif. “Ini isyarat itikad baik dengan risiko rendah dari pemerintahan Trump,” ujarnya. Greene menambahkan, langkah ini membuktikan AS masih punya niatan menormalkan hubungan dengan Rusia.

Sementara kedua negara saling sindir di publik, pertemuan diam-diam terus terjadi. Apakah ini pertanda ketegangan akan mereda atau justru memanas? Semua tergantung pada langkah selanjutnya dari Trump dan Putin. Satu hal yang pasti: dunia menunggu dengan waspada!

More From Author

Dedi Mulyadi: “Kalau Waktunya Marah, Ya Saya Marah!”

Ormas Tanggapi Prabowo Akui Israel Jika Palestina Merdeka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *