Sanaa, Desapenari.id – Kelompok Houthi dengan tegas menyatakan diri sebagai dalang di balik serangan mematikan yang menenggelamkan sebuah kapal kargo di Laut Merah. Kapal berbendera Liberia dan dioperasikan oleh Yunani ini menjadi target kedua dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, menunjukkan eskalasi serangan yang mengkhawatirkan.
Operation Aspides, satuan tugas Angkatan Laut Uni Eropa yang dikerahkan ke Laut Merah untuk merespons aksi Houthi, mengonfirmasi bahwa serangan ini menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai dua lainnya. Kapal bulk-carrier bernama Eternity C pertama kali diserang pada Senin (7/7), lalu mengalami serangan lanjutan hingga Selasa (8/7) sebelum akhirnya tenggelam akibat kerusakan parah.
Houthi Kembali Melancarkan Serangan Berbahaya
Setelah beberapa bulan relatif tenang, kelompok Houthi tiba-tiba kembali menggencarkan serangan di perairan strategis ini. Yahya Saree, juru bicara militer Houthi, secara terbuka mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut.
“Angkatan Laut Houthi sengaja menargetkan kapal Eternity C sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza,” tegas Saree dalam pernyataannya. Ia juga menyebut bahwa kapal tersebut sedang dalam perjalanan menuju Eilat, Israel.
baca juga: Rusia Hantam Ukraina dengan Serangan Terbesar, 12 Tewas
Menurut Saree, serangan ini melibatkan sebuah kapal tanpa awak (drone laut) dan enam rudal jelajah serta balistik. Namun, di tengah klaim tersebut, Houthi mengaku telah menyelamatkan sebagian awak kapal, memberikan perawatan medis, dan memindahkan mereka ke lokasi aman.
Nasib Awak Kapal: 19 Orang Masih Hilang
Meski Houthi mengklaim telah menolong beberapa korban, Operation Aspides justru melaporkan bahwa 19 awak kapal masih hilang per Rabu (9/7). Tim pencarian dan penyelamatan terus bekerja untuk menemukan mereka, sementara enam orang lainnya berhasil dievakuasi.
Fakta ini memunculkan pertanyaan: Benarkah Houthi benar-benar membantu, atau justru mencoba menutupi dampak serangannya yang brutal?
Laut Merah Kembali Jadi Titik Krisis
Serangan terhadap Eternity C semakin mempertegas bahwa Laut Merah masih menjadi zona rawan konflik. Kelompok Houthi terus menggunakan isu Palestina sebagai pembenaran untuk mengganggu lalu lintas kapal internasional.
Apakah ini murni dukungan untuk Gaza, atau sekadar upaya Houthi memperkuat posisi tawar di medan geopolitik?
Respons Internasional: Uni Eropa Tingkatkan Pengamanan
Menyikapi serangan ini, Uni Eropa memperkuat kehadiran militernya di Laut Merah melalui Operation Aspides.
Namun, pertanyaannya tetap sama: Akankah tekanan internasional mampu menghentikan serangan Houthi, atau justru memicu konflik yang lebih luas?
Apa Dampaknya bagi Perdagangan Global?
Tenggelamnya Eternity C bukan hanya soal korban jiwa, tetapi juga ancaman bagi stabilitas perdagangan laut. Laut Merah merupakan jalur vital bagi pengiriman minyak, gas, dan komoditas lainnya. Jika serangan terus berlanjut, harga logistik global bisa melonjak, dan rantai pasokan terganggu.
Kesimpulan: Situasi Semakin Memanas
Dengan klaim terbaru ini, Houthi kembali membuktikan bahwa mereka tidak main-main dalam mengganggu keamanan maritim. Sementara dunia internasional berusaha merespons, nasib awak kapal yang hilang dan masa depan stabilitas Laut Merah masih menjadi tanda tanya besar.
Satu hal yang pasti: Konflik ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.