Ratusan Rumah di Pangandaran Tergenang, Satu Dusun Terisolasi Akibat Banjir

PANGANDARAN, Desapenari.id – Pada Selasa pagi (11/11/2025), sebuah bencana banjir secara tiba-tiba menerjang dan merendam ratusan rumah di empat desa di Kabupaten Pangandaran. Akibatnya, kepanikan dan kesulitan langsung menyelimuti warga. Kemudian, desa-desa yang harus merasakan dampak terparah adalah Desa Sukanagara dan Desa Ciganjeng di Kecamatan Padaherang. Selain itu, Desa Pamotan dan Desa Kalipucang di Kecamatan Kalipucang juga tak luput dari terjangan air bah ini.

Lantas, apa yang sebenarnya memicu banjir dahsyat ini? Menurut Ketua Tagana Pangandaran, Nana Suryana, yang memberikan konfirmasi via pesan WhatsApp pada Selasa, hujan lebat yang terus-menerus mengguyur kawasan hulu Sungai Citanduy menjadi biang kerok utamanya. “Banjir ini terutama disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi di kawasan hulu Sungai Citanduy,” jelas Nana. Selanjutnya, ia pun memperjelas bahwa kondisi alam ini justru semakin diperparah oleh fenomena pancaroba, yaitu pasang air laut, yang secara efektif menahan aliran air sungai untuk mengalir bebas ke laut. “Di muara, air justru sedang pasang,” tambahnya, menegaskan betapa kombinasi dua faktor alam ini menciptakan situasi yang sempurna untuk bencana.

Lebih lanjut, Nana dengan tegas menyoroti dampak sosial yang sangat serius dari kejadian ini. Akses transportasi warga secara paksa terputus total akibat genangan air yang dalamnya mencapai satu meter. “Bahkan, ada satu dusun yang kini terisolasi, terputus dari dunia luar,” ungkapnya dengan nada prihatin. Kemudian, rentetan kejadian bermula sekitar pukul 08.15 WIB, ketika Sungai Citanduy akhirnya tidak mampu lagi menahan beban air dan memutuskan untuk meluap dengan dahsyat. Akibatnya, air dengan cepat menggenangi permukiman penduduk, mengubah jalanan menjadi sungai, dan halaman rumah menjadi kolam.

Tidak hanya permukiman warga yang harus menanggung akibatnya, banjir ini juga tanpa ampun merendam areal persawahan yang luas serta memutuskan akses jalan penghubung antardesa. Selanjutnya, Nana pun membeberkan data rinci mengenai jumlah warga yang menjadi korban. Sebagai contoh, di Desa Sukanagara, banjir ini berdampak pada 22 kepala keluarga atau setara dengan 40 jiwa. Sementara itu, di Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, “hanya” 9 KK yang turut merasakan dampaknya, meskipun jumlahnya lebih sedikit, penderitaan yang mereka alami tetap sama.

Selanjutnya, giliran Kecamatan Kalipucang yang mendapat porsi genangan terbesar. Di Dusun Pamotan RW 01, Desa Kalipucang, sebanyak 30 KK harus berhadapan dengan air bah. Kemudian, di Dusun Ciawitali, jumlahnya bahkan jauh lebih besar, yaitu 80 KK. Lalu, di Dusun Majingklak, bencana ini mempengaruhi kehidupan 115 KK. Sementara itu, di Dusun Girisetra, Desa Kalipucang, terdapat 39 KK yang juga tergenang. Dengan demikian, total ada 117 jiwa yang secara langsung merasakan dampak dari bencana ini dan harus berjuang menyelamatkan harta benda mereka.

Hingga pukul 09.30 WIB, kondisi sama sekali belum menunjukkan perbaikan. Permukiman warga masih terendam dengan ketinggian air yang sangat variatif, mulai dari 30 centimeter hingga 1 meter, membuat aktivitas warga benar-benar lumpuh total. Pada akhirnya, di tengah kondisi darurat ini, Nana menyuarakan kebutuhan paling mendesak yang harus segera dipenuhi. “Saat ini, warga sangat membutuhkan bantuan sembako dan perlengkapan tidur, seperti kasur, untuk bisa bertahan,” pintanya. Oleh karena itu, bantuan dari berbagai pihak sangat dinantikan untuk meringankan beban ribuan jiwa yang menjadi korban banjir dadakan ini.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

More From Author

Siap-Siap Nataru, Kemenhub Gelar Pemeriksaan Mendadak Bus PO Sinar Jaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Partner Kita